Scroll untuk baca artikel

Tips-Trik Membeli Properti dari Ahli Keuangan, Siapkan ini

×

Tips-Trik Membeli Properti dari Ahli Keuangan, Siapkan ini

Sebarkan artikel ini
MGL9603 11zon
Sebuah miniatur rumah yang dipajang pengembang Citra City dalam pameran di Mal AEON Sentul City. (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM – Memiliki rumah atau properti merupakan impian setiap manusia. Sebab, rumah merupakan kebutuhan premier untuk berlindung hingga menjadi tempat tinggal yang nyaman. Namun begitu, tidak semua orang bisa mendapatkan rumah dengan mudah. Pasalnya setiap ingin memiliki tempat tinggal, pasti mempunyai tantangan tersendiri.

Perencana Keuangan Andy Nugroho, mengatakan uang yang harus dikumpulkan seseorang dalam proses membeli rumah sekitar 20 persen dari harga rumah.

“Jadi semisal harga rumahnya Rp300 juta, maka kita harus memiliki dana Rp60 juta untuk bisa menjadikan rumah tersebut milik kita,” ujar Andy kepada KabarBursa, Sabtu 27 Juli 2024.

Andy menjelaskan jika seseorang memiliki income sebesar Rp5 juta, idealnya mereka bisa menyisihkan sebagian uangnya 10 persen yang artinya di sekitar Rp500 ribu atau Rp1 juta untuk ditabung sebagai pembayaran pertama rumah.

“Dengan asumsi uang yang dibutuhkan Rp60 juta, maka kita butuh waktu 60 bulan untuk bisa mencapai angka pembayaran pertamanya yang dibutuhkan,” jelasnya.

Dengan nominal yang relatif besar dan jangka waktu menabung yang cukup panjang tersebut, Andy menuturkan seseorang sering menemukan kendalanya ketika ingin memiliki rumah.

Di antaranya adalah mereka tidak sabar menabung hingga uang yang dimilikinya sengaja atau tidak sengaja terpakai untuk kebutuhan lain.

“Tabungan untuk beli rumah menjadi kalah prioritasnya dibandingkan dengan keinginan untuk kesenangan yang bisa dinikmati langsung saat ini juga,” ucap Andy.

Selain itu, Andy memandang seseorang juga kerap enggan untuk mencari income tambahan dengan tujuan untuk mempercepat waktu menabungnya. Mengingat, jumlah uang yang dibutuhkan cukup besar dan waktu menabungnya juga cukup lama.

Untuk menghindari itu semua, Andy kemudian memberikan beberapa tips agar proses pembelian rumah berjalan lancar. Menurutnya, seseorang harus disiplin dalam menabung. Kalau perlu, kata dia, rekening tabungan untuk membeli rumah dipisah dari rekening yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Andy juga menyarankan agar seseorang untuk membeli rumah yang terjangkau dengan kemampuan finansialnya.

“Rumah yang dibeli adalah rumah yang memang terjangkau dan realistis bagi kemampuan finansial kita, bukan sekedar rumah impian,” tuturnya.

Tak hanya itu, seseorang juga diharuskan berusaha mencari income tambahan untuk mempercepat proses menabung.

Sebelumnya, Andy membeberkan terkait besaran gaji yang pas untuk membeli rumah. Namun, dia mengimbau agar seseorang  mempertimbangkan terlebih dahulu jenis rumah yang akan dibelinya.

Ia menekankan bahwa rumah yang dibeli bukan hanya sekadar rumah impian, tetapi juga harus sesuai dengan kemampuan finansial.

“Idealnya, terutama untuk rumah pertama, rumah yang kita beli bukan hanya rumah impian, namun juga disesuaikan dengan kemampuan finansial kita,” ujar Andy.

Andy menjelaskan bahwa seseorang harus memiliki kemampuan finansial untuk membayar uang muka (DP), pembayaran pertama, hingga pembayaran rutin setiap bulan.

Selain itu, Andy mengingatkan pentingnya memperhatikan proporsi cicilan utang dan kredit pemilikan rumah (KPR). Idealnya, total cicilan ini tidak boleh melebihi 30 persen dari penghasilan seseorang.

“Misalnya, jika cicilan KPR adalah Rp900 ribu per bulan, maka seseorang idealnya harus memiliki penghasilan Rp3 juta per bulan. Dari situ, Rp3 juta dikurangi Rp900 ribu, menyisakan Rp2,1 juta,” jelas Andy.

Yang perlu menjadi perhatian, lanjutnya, adalah apakah kebutuhan hidup lainnya bisa tercukupi dengan sisa uang Rp2,1 juta per bulan tersebut. Jika belum, mungkin sebaiknya menunda pengambilan KPR hingga penghasilan meningkat.

Di sisi lain, Andy membeberkan cara mudah untuk bisa membeli rumah. Dia menyebut seseorang harus menjadikan kebutuhan membeli rumah sebagai top priority.

Sehingga jika itu dilakukan, kata dia, berarti seseorang telah telah bisa mengorbankan kebutuhan yang lainnya.

“Maka ketika sudah menjadi top priority, berarti ada kebutuhan-kebutuhan lain yang bisa “dikorbankan” untuk tidak atau ditunda dulu karena bukan menjadi top priority,” ujar dia.

Selain itu ketika tengah menggunakan uang, seseorang juga sudah bisa menyisihkan sebagian uang untuk kebutuhan membeli rumah.

“Jadi ketika kita membelanjakan uang kita, maka secara otomatis kita akan terlebih dahulu menyisihkan uang kita untuk kebutuhan menabung demi bisa membeli rumah,” ungkapnya.

“Sementara Kebutuhan  kebutuhan yang tidak menjadi top priority itu contohnya adalah kebutuhan-kebutuhan yang bersifat tersier seperti gaya hidup (pakaian, gadget, motor, mobil, piknik, dan lain-lain),” lanjut Andy.

Sementara itu Pinhome, platform properti terkemuka di Indonesia, baru saja meluncurkan inovasi terbarunya yang memungkinkan masyarakat melacak harga rumah secara akurat dan mudah melalui dua indeks baru, yaitu Pinhome Home Value Index (PHVI) dan Pinhome Home Rental Index (PHRI).

PHVI mengungkapkan beberapa temuan menarik untuk kuartal pertama tahun 2024. Rumah tipe kecil (≤54) menjadi favorit pembeli rumah pertama dan milenial, mendorong kenaikan harga jual tertinggi di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sebesar 11 persen, Jakarta Selatan 9 persen, Jakarta Pusat 8 persen, dan Bogor 8 persen.

Namun, penurunan harga rumah tipe kecil terlihat di Jakarta Utara sebesar 16 persen, Jakarta Barat 13 persen, dan Tangerang 14 persen.

Di sisi lain, PHRI mencatat lonjakan harga sewa rumah tipe kecil (≤54) di Jakarta Selatan sebesar 15 persen, Kabupaten Bandung 12 persen, Kota Bandung 7 persen, dan Kabupaten Bandung Barat 7 persen.(*)