Scroll untuk baca artikel
Ekonomi HijauMarket Hari Ini

OJK Catat Dana Kelolaan Reksa Dana ESG Capai Rp8,21 Triliun

×

OJK Catat Dana Kelolaan Reksa Dana ESG Capai Rp8,21 Triliun

Sebarkan artikel ini
Reksadana
Ilustrasi (Foto: Freepik)

KABARBURSA.COM – Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, melaporkan bahwa dana kelolaan (AUM) reksa dana berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG) di Indonesia telah mencapai Rp8,21 triliun per Juni 2024.

“Hingga Juni 2024, total Asset Under Management (AUM) untuk reksa dana berbasis ESG mencapai Rp8,21 triliun, terdiri dari 34 produk yang dikelola oleh 19 Manajer Investasi (MI),” kata Inarno pada Senin, 22 Juli 2024.

Seiring dengan peluncuran indeks saham berbasis ESG oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), ia menyebutkan bahwa terdapat 10 emiten yang telah menerbitkan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk (EBUS) berlandaskan keberlanjutan di Indonesia sejak 2018 hingga Juni 2024.

“Total penerbitan tersebut mencapai Rp34,19 triliun, yang sebagian besar didominasi oleh sektor keuangan, manufaktur, dan energi terbarukan,” ujar Inarno.

Pihaknya optimistis pasar obligasi dan sukuk tematik di Indonesia akan terus berkembang ke depan, meskipun sampai saat ini perkembangannya terhitung masih relatif kecil apabila dibandingkan dengan seluruh obligasi dan sukuk tematik yang diterbitkan di kawasan ASEAN.

“Kami mendorong lebih banyak entitas untuk dapat menerbitkan EBUS berlandaskan keberlanjutan mengingat peran sektor swasta sangatlah penting untuk mencapai pengembangan ekosistem keuangan berkelanjutan di Indonesia,” ujar Inarno

Dalam kesempatan ini, Inarno menyampaikan bahwa EBUS berlandaskan keberlanjutan ini merupakan hasil kerja sama antara OJK dengan Asian Development Bank (ADB) dan United Nation Development Program (UNDP), serta pihak lainnya.

“Bertujuan untuk mendorong penerbitan EBUS berlandaskan keberlanjutan, dengan memberikan fasilitas dan capacity building bagi pihak- pihak yang memiliki komitmen untuk menerbitkan yang EBUS berlandaskan keberlanjutan,” ujar Inarno.

Penerbitan EBUS

OJK mencatat ada 10 emiten yang telah menerbitkan EBUS sejak diberlakukannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 18 Tahun 2023 mengenai Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang dan Sukuk Berlandaskan Keberlanjutan.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyatakan bahwa dari tahun 2018 hingga Juni 2024, terdapat 10 emiten yang telah menerbitkan EBUS berlandaskan keberlanjutan dengan total nilai penerbitan mencapai Rp34,19 triliun. Mayoritas penerbitan ini didominasi oleh sektor keuangan, manufaktur, dan energi terbarukan.

“Sebanyak 10 emiten telah menerbitkan EBUS berlandaskan keberlanjutan dengan total penerbitan mencapai Rp34,19 triliun, yang mayoritas berasal dari sektor keuangan, manufaktur, dan energi terbarukan,” kata Inarno dalam acara bertajuk “Road to SAFE 2024: Strengthening ESG Implementation in Indonesia’s Business Sector” di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 22 Juli 2024.

Inarno menjelaskan bahwa dengan diluncurkannya Indeks Saham Berbasis Tata Kelola Lingkungan, Sosial, dan Perusahaan (ESG) oleh IDX, jumlah reksa dana berbasis ESG dan berkelanjutan terus meningkat.

Ia menyebutkan bahwa hingga Juni 2024, nilai reksa dana berbasis ESG mencapai Rp8,21 triliun. Angka ini terdiri dari 34 produk yang dikelola oleh 19 manajer investasi (MI).

Inarno percaya bahwa pasar obligasi dan sukuk tematik di Indonesia akan terus berkembang pesat. Meskipun saat ini perkembangannya masih relatif lambat dan kecil jika dibandingkan dengan total obligasi dan sukuk tematik yang diterbitkan di ASEAN.

“Oleh karena itu, kami mendorong lebih banyak entitas untuk menerbitkan EBUS berlandaskan keberlanjutan, mengingat peran sektor swasta sangat penting untuk mencapai ekosistem keuangan yang berkelanjutan di Indonesia,” jelasnya.

Melihat perkembangan ini, Inarno menegaskan bahwa OJK akan terus berkomitmen untuk mempercepat perkembangan pasar modal berbasis lingkungan yang berkelanjutan di Indonesia.

Namun, Inarno juga mengakui bahwa OJK tidak bisa bergerak sendiri dalam mendorong implementasi pasar modal berbasis lingkungan. Oleh karena itu, ia mengajak semua pemangku kepentingan terkait untuk bersinergi mewujudkan pasar modal yang berkelanjutan.

“Tentu saja OJK tidak dapat berjalan sendiri, oleh karena itu saya mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersinergi dan bekerja sama dalam menerapkan keuangan berkelanjutan di pasar modal Indonesia,” tutupnya.

Sebelumnya, Inarno optimis dengan target penghimpunan dana di pasar modal Rp200 triliun tahun 2024. Mengacu pada data penawaran umum tahun 2024, penawaran umum didominasi oleh EBUS dengan nilai Rp80,13 triliun.

Adapun angka tersebut sama dengan 66,78 persen dari total penawaran umum yang diikuti penawaran umum terbatas Rp36,30 triliun dan IPO saham sebesar Rp3,56 triliun.

“Berdasarkan data historis 5 tahun terakhir, dari sisi jumlah penawaran umum, penerbitan EBUS merupakan yang tertinggi dengan jumlah 84 penawaran umum,” jelas Inarno, Rabu, 10 Juli 2024. (*)