Scroll untuk baca artikel
Ekonomi Hijau

IBC dan CBL International Bangun Pabrik Sel Baterai: Investasi USD 1,18 Miliar

×

IBC dan CBL International Bangun Pabrik Sel Baterai: Investasi USD 1,18 Miliar

Sebarkan artikel ini
IBC

KABARBURSA.COM – PT Industri Baterai Indonesia (IBC) telah menandatangani interim agreement dan akta pendirian perusahaan patungan dengan CBL International Development Pte Ltd untuk mengembangkan manufaktur sel baterai.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo, menekankan pentingnya IBC untuk menjadi pemain utama dalam menarik investor dan mitra ke industri baterai.

“Kita juga harus cepat, agile, dan adaptif dalam mengeksekusi proyek ini. Perubahan teknologi di bidang kendaraan listrik perlu diperhatikan agar kita tetap kompetitif,” ungkap Kartika dalam keterangan di Jakarta, Jumat 18 Oktober 2024.

Kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk mendukung program hilirisasi nikel dan pengembangan industri baterai terintegrasi, sekaligus mengembangkan rantai pasok baterai kendaraan listrik dari hulu hingga hilir. Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam pasar global baterai.

Direktur Utama IBC, Toto Nugroho, menjelaskan bahwa proyek manufaktur sel baterai telah memasuki tahap awal dan berlokasi di Karawang, Jawa Barat. “Melalui kerja sama ini, IBC dan CBL menargetkan total investasi sebesar 1,18 miliar dolar AS dan kapasitas produksi mencapai 15 GWh per tahun, cukup untuk memenuhi permintaan domestik dan global,” ujar Toto.

General Manager of International Business Manufacturing Operations of CATL, Gordon An, juga menambahkan bahwa pabrik baterai adalah komponen kunci dalam membangun rantai dan ekosistem industri kendaraan listrik di Indonesia. “Kami siap memanfaatkan keunggulan inovasi teknologi dan manufaktur kami untuk mendukung elektrifikasi di Indonesia,” kata Gordon.

Dengan potensi cadangan nikel yang dimiliki Indonesia, proyek ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan global baterai kendaraan listrik. Selain itu, proyek ini juga diyakini akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan, seperti menciptakan lapangan kerja, menarik investasi asing, dan meningkatkan kapasitas industri energi terbarukan di tanah air.

Indonesia Dan China Dalam Sektor Transisi

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyoroti pentingnya proyek kerja sama antara Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL) dan Indonesia Battery Corporation (IBC) di Buli, Maluku Utara.

Proyek ini merupakan bentuk kolaborasi antara Indonesia dan China dalam sektor transisi energi dan industri baterai kendaraan listrik.

Dalam kunjungannya ke Beijing, China, Luhut mengharapkan dukungan dari National Development and Reform Commission (NDRC) China yang dipimpin oleh Zheng Shanjie, untuk mendukung proyek pengembangan bahan baku baterai dan daur ulang baterai di kawasan industri Buli. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu 15 Juni 2024.

CBL, yang didirikan pada Oktober 2020, adalah kolaborasi antara Ningbo Brunp Contemporary Amperex Co., Ltd., Ningbo Lygend New Energy Co., Ltd., dan Ningbo Meishan Free Trade Port Ruiting Investment Co., Ltd. Proyek ini menginvestasikan sekitar 5,9 miliar dolar AS untuk pengembangan teknologi baterai, integrasi sumber daya tambang nikel, serta produksi dan daur ulang baterai. CATL, pemegang saham utama Ningbo Brunp, memiliki kapasitas produksi baterai sebesar 170,39 GWh pada akhir 2021.

Proyek CBL di kawasan industri Buli, yang mencakup area seluas 2.000 hektar, dirancang sebagai pusat produksi dan layanan sumber daya baterai kendaraan listrik. Proyek ini mencakup pemrosesan bijih nikel laterit, pengembangan produk turunan nikel, bahan baku baterai energi baru, serta daur ulang baterai.

Luhut menekankan bahwa dengan integrasi sumber daya dan teknologi serta dukungan dari kedua pemerintah, proyek ini akan memperkuat posisi Indonesia dalam industri baterai global dan memperkuat kerja sama ekonomi dan teknologi antara Indonesia dan China.

Pemerintah Dorong Kebijakan

Pemerintah terus menggelorakan pemakaian kendaraan (mobil) listrik di tanah air. Sejumlah kebijakan pun diluncurkan demi mempermulus asa tersebut. Sayangnya, realisasi di lapangan masih jauh dari harapan. Masih jauh panggang dari api. Target mengaspalkan mobil listrik di tanah air bagaikan menggantang asap.

Merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) tentang penjualan mobil listrik nasional whole sales (pabrik ke dealer) untuk empat bulan pertama 2024, mencapai 7.745 unit. Data Gaikindo juga menunjukkan bahwa tren penjualan mobil listrik tahun ini cenderung jalan di tempat. Paling tidak dalam kurun waktu empat bulan pertama.

Sebagai gambaran, penjualan pada Januari 2024 mencapai 2.334 unit. Bulan berikutnya, Februari 2024 turun hanya 1.444 unit. Lalu kembali meningkat ke angka 2.140 unit pada Maret 2024. Selanjutnya, pada April 2024 kembali terjun bebas ke angka 1.827 unit saja.

Meski demikian, angka itu menunjukkan sedikit perbaikan dibanding tahun penjualan dua tahun terdahulu. Selama periode Januari-Desember 2023, misalnya, penjualan whole sale mobil listrik BEV di Indonesia hanya 17.062 unit. Penjualan tersebut lebih tinggi 65,2 persen dibanding Januari-Desember 2022 yang kurang lebih 10.330 unit.

Angka penjualan mobil listrik dalam kurun waktu 2,5 tahun tersebut, bagaikan bumi dan langit dengan penjualan kendaraan konvensional berbahan bakar fosil. Hingga tahun lalu, kendaraan konvensional yang mengaspal di tanah air mencapai 157 juta unit. Dari total ini, 131 juta unit adalah  sepeda motor motor. Sisanya, kurang lebih 26 juta kendaraan roda empat atau lebih​.(*)