KABARBURSA.COM – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan arahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto perihal pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dalam pemerintahan 2024-2029. Pemerintah sedang mempertimbangkan peningkatan penggunaan campuran biodiesel hingga mencapai B60. Saat ini, bauran Bahan Bakar Nabati (BBN) telah mencapai B35, sementara B40 sudah melalui uji coba.
“Presiden terpilih menyampaikan bahwa kita akan menuju B35, B40. Ke depan, diperhitungkan menjadi B50, B60,” ujar Bahlil dalam temu media di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat, 18 Oktober 2024. Bahlil menambahkan, dengan B50 atau B60, penggunaan minyak kelapa sawit akan lebih dominan dibandingkan bahan bakar fosil.
Bahlil menegaskan, peningkatan bauran EBT ini akan menjadi salah satu target pemerintah. “Kita harus mendorong energi bersih. B50, B60 sedang dihitung plus-minusnya, karena uji coba B40 sudah selesai,” katanya.
Sementara itu, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria, mengakui meski Indonesia telah berhasil menerapkan B30 dan berencana memperluasnya ke B60, terdapat sejumlah tantangan. Tantangan tersebut meliputi ketersediaan infrastruktur, harga lebih tinggi dibandingkan listrik dari PLN, serta ketersediaan bahan baku.
Ia juga menyoroti kompetisi penggunaan sawit antara energi dan pangan, serta kesenjangan peluang antara pelaku usaha besar dan kecil dalam sektor bioenergi.
Prabowo menegaskan komitmennya untuk mengembangkan biodiesel dengan bauran minyak sawit tinggi, bahkan hingga mencapai B100. Dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024, Rabu, 9 Oktober 2024, Prabowo menyebut bahwa teknologi saat ini memungkinkan Indonesia memproduksi solar dari kelapa sawit, bukan hanya B35, B40, atau B50, melainkan hingga B100.
“Kita bisa bikin B100. Bensin juga bisa dari kelapa sawit, jadi kita sangat bisa swasembada energi,” ujarnya.
Prabowo menekankan pentingnya mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM), terutama karena harga minyak dunia yang terus berfluktuasi akibat kondisi geopolitik di Timur Tengah. “Kita harus swasembada energi, kita tidak bisa lagi tergantung impor bahan bakar,” katanya.
Kunci Pertumbuhan Ekonomi Delapan Persen
Prabowo Subianto pernah menyatakan bahwa pemerintahannya menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai delapan persen. Institute for Essential Services Reform (IESR) memandang percepatan transisi energi melalui pengembangan energi terbarukan dapat menjadi faktor pendukung utama dalam mewujudkan target ambisius tersebut.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, mengatakan percepatan transisi energi sangat penting untuk memenuhi komitmen Indonesia yang telah meratifikasi Persetujuan Paris demi membatasi kenaikan suhu bumi hingga 1,5 derajat Celcius. Menurut Fabby, potensi pertumbuhan ekonomi dari transisi energi dapat dicapai melalui tiga jalur utama.
“Pertama, dengan diversifikasi industri energi bersih, yang mencakup pengembangan industri energi terbarukan seperti sel surya, turbin angin, dan komponen mobil listrik. Kedua, pembangunan infrastruktur hijau yang menarik investasi, misalnya transmisi, jaringan pintar, dan penyimpanan energi. Ketiga, inisiatif ekowisata yang ramah lingkungan, seperti Bali Net Zero Emission 2045 yang dapat menambah daya tarik pariwisata Bali,” kata Fabby dalam Webinar Road to Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024, Kamis, 10 Oktober 2024.
Fabby juga mengajak pemerintah melakukan reformasi kebijakan guna membuka peluang investasi di sektor energi terbarukan. Menurutnya, reformasi pertama adalah penghapusan subsidi energi fosil dan penetapan harga karbon. Langkah ini penting untuk memastikan energi terbarukan bisa bersaing di pasar.
Reformasi kedua adalah pembiayaan infrastruktur melalui instrumen dana publik, seperti green bond dan blended finance. Ketiga, pentingnya membangun kemitraan internasional dengan negara-negara yang menguasai teknologi energi bersih untuk alih teknologi dan pendanaan proyek.
Selain itu, Fabby menegaskan transisi energi harus dilakukan secara adil dan inklusif sehingga bisa mempersempit kesenjangan ekonomi di masyarakat. “Manfaat transisi energi harus dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,” kata Fabby.
Koordinator Riset Sosial Kebijakan dan Ekonomi IESR, Martha Jesica, juga menekankan pentingnya kebijakan fiskal yang mendukung ekonomi rendah karbon. “Pemerintah perlu mengalokasikan belanja untuk program modal badan usaha terkait energi terbarukan dan ekonomi hijau,” ujar Martha.
Sementara itu, Anggota Dewan Pakar Prabowo-Gibran, Ali Mundakir, menyoroti pentingnya memanfaatkan energi terbarukan untuk mencapai swasembada energi di Indonesia. Menurut Ali, energi terbarukan bisa menjadi solusi untuk mengurangi impor bahan bakar minyak dan gas.
“Saat ini, pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia masih kecil, namun potensinya sangat besar. Perbaikan iklim investasi di sektor ini dan pengembangan smart grid akan menjadi fokus utama pemerintahan Prabowo-Gibran dalam lima tahun ke depan,” ungkap Ali.
Target Bauran Energi Terbarukan Turun
Meskipun potensi energi terbarukan di Indonesia sangat besar dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi serta mencapai target transisi energi, realisasinya di lapangan masih tertinggal. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dan inisiatif, namun pencapaian target bauran energi baru terbarukan (EBT) masih jauh dari harapan.
Selaras dengan itu, pemerintah baru-baru ini memangkas target bauran EBT untuk tahun 2025 menjadi 16 hingga 17 persen, setelah sebelumnya direvisi dari 23 persen menjadi 17 hingga 19 persen pada awal tahun 2024.
Kepala Balai Besar Survei dan Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (BBSP KEBTKE) Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Harris, mengatakan saat ini bauran EBT di Indonesia masih berada di bawah 14 persen. Angka tersebut diperkirakan tidak akan mengalami banyak perubahan hingga akhir tahun 2024.
“Tahun depan mungkin hanya di 16 hingga 17 persen, jadi belum bisa mencapai 23 persen,” ungkap Harris dalam diskusi bertajuk ‘Developing National Energy Security, While Driving Indonesia’s Green Economy’ di BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa, 18 Oktober 2024.(*)