Scroll untuk baca artikel

Sektor Properti bakal Tumbuh di Semester II, ini Buktinya

×

Sektor Properti bakal Tumbuh di Semester II, ini Buktinya

Sebarkan artikel ini
MGL6094 11zon
TAPERA - Iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) diklaim bisa memunculkan masalah baru di masyarakat sehingga emerintah pun diminta mengkaji ini. (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM – Pengamat properti dari Indonesia Property Watch Ali Tranghanda memperkirakan sektor properti mengalami pertumbuhan pada semester II tahun ini.

“Kita perkirakan memang pada semester II tahun ini harusnya dengan setelah momen pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih yang mana kepastiannya ada serta nomenklatur kementerian dalam pemerintahan baru juga sedang digodok seperti rencana kementerian perumahan dan perkotaan, maka dengan kepastian-kepastian tersebut sektor properti harusnya naik,” ujar Ali.

Pada semester II tahun lalu sebetulnya properti sedang tumbuh, namun memang pada awal tahun ini sempat agak melambat. Hal ini alamiah karena menghadapi bulan puasa, Lebaran dan pemilu pada awal tahun ini.

“Skenario lainnya yang diperkirakan membuat sektor properti naik atau tidak pada semester II adalah masalah komoditas,” kata Ali.

Dia juga menyampaikan bahwa sektor properti dapat mengalami pertumbuhan cukup signifikan jika ekspor komoditas nasional mengalami peningkatan.

“Kalau komoditas itu naik, maka ekspor pengusaha kita naik, dan kalau pengusaha kita memiliki banyak uang maka ujung-ujungnya mereka akan membeli properti. Kalau sektor komoditas mengalami pertumbuhan, maka pada awal 2025, sektor properti diperkirakan juga akan tumbuh. Namun, kalau sektor komoditas tidak mengalami pertumbuhan, maka sektor properti juga akan naik namun tidak signifikan,” katanya.

Ali tetap optimistis pada tahun ini sektor properti masih tetap mengalami pertumbuhan di atas 5 persen. “Kita sempat dari 2022 ke 2023 itu sebenarnya mengalami kenaikan sekitar 6 persen, harusnya pada tahun ini tidak lebih jelek daripada 2023 yakni mungkin kenaikan sekitar 5 persen ke atas masih bisa,” katanya.

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengungkapkan bahwa pemerintahan baru berpeluang membuat tren ekspor Indonesia pada semester II meningkat.

Peluang tersebut terjadi karena masa transisi pemerintahan saat ini hingga pelantikan presiden dan wakil presiden baru pada Oktober memungkinkan persiapan yang matang.

Faktor kedua yang berpeluang membuat tren ekspor Indonesia naik di semester II adalah hubungan Indonesia dengan China akan tumbuh, sehingga artinya investasi tumbuh. Kemudian kejadian-kejadian di Eropa saat ini diharapkan tidak berdampak kepada Asia. Lalu, volume yang ditransaksikan yang mana jika melihat angka, maka yang terbesar berada di Asia.

Indonesia masih punya keunggulan di beberapa komoditas yakni crude palm oil (CPO) dan turunannya serta hasil-hasil tambang masih sangat besar, terus akan dilanjutkan investasinya.

Industri Real Estat Positif

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Survei Orientasi Bisnis Perbankan triwulan II-2024 menyatakan, industri real estat dan properti di Indonesia diyakini tumbuh positif pada 2024.

“Industri real estat dan properti di Indonesia pada tahun 2024 juga diyakini masih akan tumbuh positif seiring dengan permintaan yang terjaga di tengah perbaikan daya beli,” kata Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK Aman Santosa

Dari hasil survei, juga diperoleh informasi mengenai dampak permasalahan sektor properti dan real estat di beberapa negara bagi bank-bank di Indonesia yang mana diyakini tidak akan memberikan dampak signifikan baik langsung maupun tidak langsung.

Aman menuturkan survei yang melibatkan 95 bank responden tersebut menunjukkan optimisme kenaikan pertumbuhan kredit pada triwulan II-2024 didorong ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik yang membaik setelah Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, momentum Hari Raya Idul Fitri, dan banyaknya hari libur sepanjang April hingga Juni yang meningkatkan konsumsi masyarakat, serta masih terjaganya daya beli masyarakat.

Dari sisi penghimpunan dana, responden memperkirakan bahwa pada triwulan II-2024, dana pihak ketiga (DPK) juga akan tumbuh meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin membaik, usaha bank memperoleh sumber dana untuk mendukung pertumbuhan kredit, dan adanya dana pemerintah yang masuk pada bank daerah.

Pada Survei Orientasi Bisnis Perbankan tersebut, OJK juga menghimpun informasi terkait prospek penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) ke depan yang diyakini masih akan tumbuh meskipun sempat melambat pada awal 2024 karena dipengaruhi oleh situasi politik yang belum menentu, sehingga membuat nasabah cenderung wait and see serta menahan diri untuk melakukan pembelian kendaraan bermotor.

Hal yang mendasari keyakinan mayoritas bahwa prospek pertumbuhan KKB ke depan cukup tinggi antara lain dikarenakan potensi pasar otomotif di Indonesia yang masih sangat besar didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Hal tersebut diyakini akan mendorong peningkatan konsumsi masyarakat yang mana akan berdampak juga terhadap penjualan kendaraan bermotor.