Scroll untuk baca artikel
Headline

Kapitalisasi Saham Syariah Capai 57,2 Persen Pasar Modal Nasional

×

Kapitalisasi Saham Syariah Capai 57,2 Persen Pasar Modal Nasional

Sebarkan artikel ini
MGL6441 11zon scaled
Pengunjung melintas depan Video Tron Pintu masuk Main Hal Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (13/11/2024). Hari ini Papan Pantau Saham terlihat Hijau. foto: Kabar Bursa/abbas sandji

KABARBURSA.COM – Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengungkapkan bahwa kapitalisasi saham syariah telah mencapai Rp7.256 triliun hingga akhir Oktober 2024. Angka ini mencakup 57,2 persen dari total kapitalisasi pasar modal Indonesia yang senilai Rp12.300 triliun.

Jumlah saham syariah dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) melonjak tajam sebesar 75,6 persen dalam lima tahun terakhir, naik dari 365 saham pada 2018 menjadi 641 saham pada 2024. “Pada 2018, jumlahnya masih terbatas, hanya 365 saham syariah,” ujar Jeffrey saat berbicara di acara Jogja Sharia Investor City (JOINSTORY) 2024. Seperti dikutip di Jakarta, Sabtu 16 November 2024.

Jeffrey menjelaskan, saham syariah kini mencakup 68 persen dari total 941 saham yang tercatat di BEI. “Transaksi saham-saham syariah juga telah mendominasi pasar,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia memaparkan data pertumbuhan investor syariah yang sangat pesat. Berdasarkan laporan dari Anggota Bursa penyelenggara Shariah Online Trading System (SOTS), jumlah investor syariah melonjak tiga kali lipat dari 44.000 pada 2018 menjadi lebih dari 164.000 investor per Oktober 2024.

Pada acara JOINSTORY 2024, BEI bersama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dengan dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menyelenggarakan berbagai kegiatan. Rangkaian acara meliputi pemberian penghargaan, talk show, hiburan, hingga capacity building bagi Galeri Investasi Syariah (GIS) BEI.

“Kami berharap acara ini dapat mendorong lebih banyak masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal syariah serta meningkatkan jumlah Galeri Investasi Syariah, khususnya di wilayah Yogyakarta,” ujar Jeffrey.

Ia juga menyoroti bahwa dari total 164.000 investor syariah di pasar modal Indonesia, sekitar 6 persen atau 10.000 di antaranya berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Semoga acara ini semakin memperluas wawasan tentang investasi syariah, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi serta pengembangan pasar modal yang inklusif dan berkelanjutan,” tutup Jeffrey.

Portofolio Ekonomi Syariah Berkembang

Direktur Eksekutif Asosiasi Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO) Herbudhi Setio Tomo menyatakan keyakinannya bahwa portofolio ekonomi syariah di Indonesia akan terus berkembang.

Meskipun masih ada lima dari dua belas bank syariah di Indonesia yang belum terlibat dalam transaksi komoditi syariah, Tomo mengungkapkan bahwa ke depannya semua lembaga keuangan tersebut akan turut serta dalam perdagangan tersebut.

“Meskipun saat ini ada lima bank syariah yang belum terlibat dalam transaksi komoditi syariah, namun suatu saat mereka akan terlibat karena perkembangan bank syariah akan selaras dengan sektor riil,” ujarnya di Jakarta pada Selasa, 19 Maret 2024.

Dia menjelaskan bahwa dengan bertambahnya Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diperoleh oleh lima bank syariah tersebut, akan terjadi peningkatan kredit ke sektor riil, dan portofolio akan dijual ke bursa berjangka komoditi derivatif karena perusahaan membutuhkan likuiditas. Oleh karena itu, secara perlahan setiap bank syariah diharapkan akan menjadi peserta Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX).

Tomo menambahkan bahwa sebagian dana yang besar yang diperoleh oleh beberapa bank syariah, seperti PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk, kemungkinan akan dialokasikan ke bursa berjangka komoditi derivatif.

BSI telah berhasil masuk dalam 10 besar Bank Syariah Global dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp131,47 triliun. “Tidak mungkin seluruh dana sebesar itu akan disalurkan kepada pemerintah, pasti ada sebagian yang akan dialokasikan ke portofolio yang lebih menguntungkan, seperti ke bursa,” katanya.

Lebih lanjut, Tomo menyebutkan adanya rencana konsolidasi antara bank, salah satunya antara PT Bank Muamalat dengan Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk yang memiliki total perkiraan aset sebesar Rp120 triliun. Dengan aset sebesar itu, akan terjadi perluasan produk pembiayaan, termasuk produk likuiditas ke bursa berjangka komoditi derivatif.

“Hal ini akan membawa dampak bagi transaksi di bursa, karena bank tidak hanya akan fokus pada pembiayaan melainkan juga akan mencari produk yang memberikan keuntungan lebih baik,” ujarnya.

Saat ini, beberapa lembaga keuangan telah menjadi peserta transaksi komoditi syariah di ICDX, antara lain PT BSI Tbk, PT Bank Jabar Banten Syariah, PT Bank Mega Syariah, PT CIMB Niaga Tbk melalui Unit Usaha Syariah (UUS), PT Bank Maybank Indonesia melalui UUS, PT CIMB Niaga Auto Finance, dan PT Bank Permata Syariah.

Sementara itu, ada empat lembaga keuangan yang masih dalam proses menjadi peserta transaksi komoditi syariah di ICDX, yaitu PT Bank Nano Syariah, PT BCA Syariah, PT Bank Muamalat, dan PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk.(*)