KABARBURSA.COM-Hilirisasi dan pengembangan produk berbasis alam atau bioekonomi menawarkan potensi besar dalam beberapa tahun ke depan. Inovasi ini tidak hanya membantu mengurangi emisi, tetapi juga menjadi sumber manfaat finansial yang signifikan.
Menurut Laporan World Resources Institute (WRI) 2019, investasi dalam inovasi berbasis alam dan bioekonomi diperkirakan mencapai US$ 1,8 triliun dari tahun 2020 hingga 2030, dengan potensi manfaat bersih sebesar US$ 7,1 triliun.
Selain memberikan kontribusi terhadap perlindungan lingkungan, implementasi bioekonomi juga menjanjikan keuntungan finansial yang substansial. Menurut Laporan The Bioeconomy of 2030 dari OECD, nilai pasar bioekonomi global diperkirakan mencapai US$ 2,6 hingga US$ 5,8 triliun antara tahun 2025 dan 2030.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/BKPM, Indra Darmawan, mendukung pengembangan portofolio investasi berkelanjutan di daerah-daerah yang mendorong komoditas berbasis bioekonomi. Diperkirakan investasi di sektor ini akan mencapai US$ 45,4 miliar.
“Pemerintah telah merinci rencana pengembangan berbasis bioekonomi, termasuk pembangunan industri baru berbasis inovasi alam seperti produk biosimilar, protein nabati, pangan biokimia, herbal, dan nutrisi,” katanya dikutip Minggu 11 Februari 2024.
Di samping itu, Indonesia juga sedang menggalakkan Penguatan Kerangka Regulasi atas Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik yang berorientasi pada Bioprospeksi dan Bioekonomi.
Untuk mengoptimalkan hilirisasi dan pengembangan produk berbasis alam, perlu melibatkan pelaku usaha, penguatan riset dan inovasi nasional, peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya genetik, serta penegakan hukum terhadap upaya biopiracy.
Dalam hal investasi, Kementerian Investasi/BKPM telah meluncurkan Panduan Investasi Lestari pada pertemuan G20 sebagai langkah awal untuk mendorong bisnis lestari di semua sektor.
Di tengah momentum pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah serentak tahun ini, Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) terus mendukung visi ekonomi lestari melalui hilirisasi komoditas.
Ristika Putri Istanti, Kepala Sekretariat LTKL, menekankan pentingnya membangun kapasitas setiap kabupaten dan melibatkan berbagai inisiator dalam mewujudkan transformasi kabupaten lestari.
Saat ini, terdapat 21 komoditas berbasis inovasi alam di dalam ekosistem kabupaten mitra LTKL, dengan 67 entitas bisnis di Kabupaten LTKL telah memulai praktek bisnis lestari melalui program inkubasi.
Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) berperan sebagai katalisator untuk menghubungkan lebih dari 300 pelaku usaha lestari dengan penyandang dana, pemerintah, dan mitra pembangunan lainnya.
Melalui upaya seperti Indonesia Business and Investment Forum on Nature-Based Innovation (IBIFNI), KEM dan ekosistemnya telah berhasil membuka potensi investasi sebesar US$ 22,7 juta untuk pembiayaan inovasi berbasis alam.
Direktur Utama SMESCO Indonesia dan Anggota Dewan Penasihat KEM, Leonard Theosabatra, melihat potensi besar untuk mengembangkan inovasi bioekonomi di Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah, dengan melibatkan mitra strategis seperti BUMN Farmasi Indofarma.
Dengan kerjasama ini, pelaku usaha di Kabupaten Sigi dapat fokus pada hilirisasi produk mereka dan memasarkan ke pasar domestik dan internasional.
Upaya ini sejalan dengan target KemenKopUKM untuk menciptakan 1 juta wirausaha melalui hilirisasi produk aquaculture, pertanian, dan kehutanan.