Scroll untuk baca artikel
Headline

Pindah Zona Merah, Analis Imbau Cermati Sentimen IHSG

×

Pindah Zona Merah, Analis Imbau Cermati Sentimen IHSG

Sebarkan artikel ini
MGL8669 11zon
Layar monitor utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpindah ke zona merah pada jeda siang perdagangan Sesi I, Senin, 20 Mei 2024. Indeks saham Indonesia itu terkoreksi -0,18 persen dan kehilangan 13 poin sehingga posisinya turun ke level 7.304,23.

Meski begitu, pergerakan saham pada jeda sesi pertama ini masih terus didominasi oleh tren positif. Terdapat 278 saham bergerak menanjak, 253 saham bergerak menurun, dan 237 saham mendatar.

Lebih lanjut, sejumlah saham berkapitalisasi besar (Big Caps) menjadi pemberat laju IHSG di sepanjang perdagangan Sesi I. Sektoral saham keuangan, saham transportasi, dan saham konsumen non primer mencatatkan pelemahan paling anjlok, dengan masing-masing melemah 1,34 persen, 0,98 persen dan 0,48 persen.

Berikut adalah saham-saham keuangan yang jadi pendorong amblesnya IHSG, saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) drop 5,8 persen ke posisi Rp14.225/saham, dan saham PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) melemah 4,62 persen ke posisi Rp62/saham.

Dilanjutkan oleh pelemahan pada saham PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk (BANK) yang terjatuh 2,11 persen ke Rp930/saham, dan saham PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) terpeleset 1,96 persen ke Rp50/saham.

Selanjutnya saham-saham transportasi yang jadi pemberat laju IHSG adalah, saham PT Logisticsplus International Tbk (LOPI) melemah 3,85 persen ke Rp50/saham, dan saham PT Habco Trans Maritima Tbk (HATM) drop 2,44 persen ke Rp240/saham.

Pada saham-saham unggulan LQ45 juga tercatat dalam tren negatif. Adapun saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) anjlok mencapai 4,85 persen ke posisi Rp1.275/saham, disusul oleh saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ambles 3,04 persen ke posisi Rp6.375/saham, dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) drop 2,91 persen ke posisi Rp5.025/saham.

Sementara itu, Angga Septianus, Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT), mengimbau pelaku pasar untuk memperhatikan tiga sentimen utama yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG pekan ini. Pasalnya, pada pekan ini, perdagangan saham hanya akan berlangsung selama tiga hari yaitu mulai Senin, 20 Mei sampai Rabu, 22 Mei karena terdapat libur Waisak 2568 BE dan Cuti Bersama pada Kamis dan Jumat (23 dan 24 Mei).

“Sentimen pertama, pelaku pasar wajib memperhatikan data Initial Jobless Claims dari Amerika Serikat (AS), dimana konsensus memperkirakan akan turun dari level 222.000 ke level 220.000,” kata Angga.

Kemudian, sentimen kedua, pelaku pasar perlu memperhatikan data S&P Global Composite PMI yang diperkirakan akan naik dari level 51,3 ke level 51,4, serta data S&P Global Services PMI yang diperkirakan akan naik dari level 51,3 ke level 51,5.

Sentimen ketiga, lanjutnya, dari dalam negeri akan terdapat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada Selasa dan Rabu untuk menentukan kebijakan terkait suku bunga acuan atau BI-Rate.

“Dari dalam negeri ada sentimen suku bunga dengan konsensus tetap di 6,25 persen,” ujar Angga.

Dari sisi perdagangan komoditas, ia menjelaskan harga nikel pada pekan ini akan terus naik apabila aksi demonstrasi di New Caledonia (Kaledonia Baru) tidak terselesaikan, yang pastinya akan menghambat suplai  nikel dari negara tersebut.

Kaledonia Baru memproduksi sekitar 5 persen dari suplai nikel di tingkat global atau nomor tiga terbesar di dunia setelah Indonesia dan Filipina. Sehingga, ia merekomendasikan pelaku pasar juga memperhatikan pergerakan saham dari perusahaan-perusahaan pada sektor pertambangan nikel yang ada di Tanah Air.

Dalam kesempatan ini, Angga menjelaskan setidaknya terdapat enam sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG selama pekan lalu, diantaranya data inflasi AS, data indeks harga produksi bulanan AS, data penjualan ritel AS, data klaim pengangguran AS, serta sentimen harga nikel dan sentimen harga emas di tingkat global.

“Harga emas sendiri pada pekan lalu menyentuh level 2.397,4 dolar AS per troy ons, yang merupakan imbas dari kehati-hatian para pelaku pasar dalam menilai arah pergerakan kebijakan moneter yang akan dilakukan oleh The Fed,” ujar Angga.