KABARBURSA.COM – Pada akhir perdagangan Rabu, 29 Mei 2024, indeks utama Wall Street mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran terkait penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
Menurut laporan dari Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun sebesar 411,32 poin atau sekitar 1,06 persen menjadi 38.441,54. S&P 500 juga mengalami penurunan sebesar 39,09 poin atau sekitar 0,74 persen menjadi 5.266,95, sementara Nasdaq Composite turun sebesar 99,30 poin atau sekitar 0,58 persen menjadi 16.920,58.
Penurunan lebih dari 1 persen terjadi pada indeks Dow Jones, mencapai level terendah dalam hampir sebulan. Seluruh sektor di S&P 500 mengalami penurunan, termasuk sektor utilitas yang sensitif terhadap perubahan suku bunga.
Indeks Nasdaq melemah setelah mencapai angka di atas 17.000 untuk pertama kalinya pada hari sebelumnya, sementara indeks saham kecil Russell 2000 turun sebesar 1,5 persen.
Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 12,24 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata 20 hari terakhir yang sebesar 12,38 miliar saham.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun mencapai level tertinggi dalam empat minggu terakhir, mencapai 4,6 persen, yang merupakan lanjutan dari kenaikan pada hari sebelumnya setelah lelang utang yang kurang baik.
“Anda terus melihat kenaikan imbal hasil obligasi, yang menekan ekuitas. Ini merupakan kelanjutan dari pemulihan yang tidak stabil dan tidak merata ini,” kata James Abate, fund manager dari the Centre American Select Equity fund.
Benturan ekspektasi mengenai besaran dan waktu potensi penurunan suku bunga telah membuat pasar tetap gelisah sejak awal tahun ini.
Inflasi yang stagnan dan komentar hawkish dari para gubernur bank sentral telah memaksa para pedagang untuk menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga menjadi hanya satu kali pada bulan November atau Desember, menurut CME FedWatch Tool.
Laju penurunan harga saham tertahan setelah dirilisnya Beige Book, sebuah survei yang dilakukan oleh The Fed AS. Laporan tersebut menunjukkan aktivitas ekonomi AS terus berkembang dari awal April hingga pertengahan Mei, namun perusahaan-perusahaan menjadi lebih pesimistis terhadap masa depan sementara inflasi meningkat dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi.
Fokus utama minggu ini adalah rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bulan April pada hari Jumat, yang menjadi ukuran inflasi pilihan The Fed.
Pasar Dibuka Lemah
Wall Street dibuka lebih rendah pada hari Rabu, 29 Mei 2024, dengan investor menghindari risiko. Kekhawatiran seputar waktu dan skala penurunan suku bunga The Fed mendorong imbal hasil US Treasury lebih tinggi dan menekan saham-saham megacap.
Melansir Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 136,6 poin atau 0,35 persen pada pembukaan perdagangan menjadi 3.8716,28. Indeks S&P 500 turun 27,3 poin atau 0,51 persen menjadi 5278.73. Sedangkan Nasdaq Composite turun 140,5 poin atau 0,83 persen menjadi 16879.349 pada bel pembukaan.
Saham Megacaps Microsoft, Alphabet, dan Meta merosot antara 0,3 persen dan 0,6 persen karena imbal hasil obligasi AS secara keseluruhan naik mendekati level tertinggi empat minggu. Menyusul data kepercayaan konsumen yang kuat secara tak terduga pada Selasa.
Dow memimpin penurunan, jatuh ke level terendah dalam hampir satu bulan dan semua subsektor utama S&P 500 berada di zona merah pada awal perdagangan.
Benturan ekspektasi mengenai besaran dan waktu penetapan suku bunga telah membuat pasar tetap gelisah sejak awal tahun ini.
Para pedagang mengawali tahun ini dengan mengharapkan penurunan suku bunga pada bulan Maret.
Namun, inflasi yang tinggi dan komentar hawkish dari para gubernur bank sentral telah mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan November atau Desember, sesuai dengan CME FedWatch Tool.
“The Fed berada dalam teka-teki, dengan angka pertumbuhan yang kuat, namun inflasi tampaknya tidak memberikan respons apa pun,” kata Robert Pavlik, senior portfolio manager di Dakota Wealth Management.
Nasdaq yang padat teknologi mundur setelah ditutup di atas angka 17.000 untuk pertama kalinya pada hari Selasa (28/5). Saham-saham chip, yang mendorong kenaikan pada sesi terakhir, turun 1,9 persen.
Saham-saham berkapitalisasi kecil juga berada di bawah tekanan, dengan Russell 2000 kehilangan 1,3 persen. “Orang-orang bertanya, ‘apa alasan saya membeli saat ini?’” kata Pavlik.
Indeks Volatilitas CBOE, yang merupakan ukuran ketakutan Wall Street, mencapai level tertinggi sejak 3 Mei.
Beige Book bank sentral, akan dirilis pada pukul 14:00 waktu setempat pada hari Rabu, diperkirakan akan menyoroti keadaan perekonomian AS.
Pasar juga akan memantau komentar dari para pengambil kebijakan The Fed termasuk Presiden New York John Williams dan Raphael Bostic.
Namun fokus utama minggu ini adalah rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bulan April pada hari Jumat – yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed.