Scroll untuk baca artikel

Sentimen Positif Rupiah Karena Potensi Suku Bunga Turun

×

Sentimen Positif Rupiah Karena Potensi Suku Bunga Turun

Sebarkan artikel ini
MGL0835 11zon
RUPIAH - Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) di sebuah money changer (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM – Pada hari ini, rupiah spot berhasil menguat tipis di tengah pernyataan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, yang mengisyaratkan kemungkinan penurunan BI rate pada kuartal IV-2024 mendatang.

Pasar mata uang Asia hari ini menunjukkan variasi, namun rupiah mampu menguat 0,12 persen menjadi Rp16.258/USD, menjadi mata uang Asia dengan penguatan terbesar. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR) juga naik 0,29 persen menjadi Rp16.265/USD.

Di pasar spot, rupiah bergerak positif bersama beberapa mata uang lain seperti ringgit, rupee, dan peso, sementara won Korea mengalami pelemahan 0,23 persen. Dolar Singapura, baht Thailand, dan dong Vietnam juga terkoreksi mengikuti pergerakan yuan China.

Di sisi lain, indeks dolar AS stabil di level 104,90 setelah bursa Eropa mengalami penurunan akibat hasil pemilu koalisi sayap kiri.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR-RI dan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta hari ini melaporkan defisit APBN Juni yang semakin melebar menjadi Rp77,3 triliun. Defisit ini diperkirakan akan mencapai Rp609,7 triliun pada tahun 2024, setara dengan 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2005, di luar masa pandemi Covid-19.

Pada kesempatan yang sama, Gubernur Perry juga menyebutkan bahwa terdapat potensi untuk menurunkan BI rate pada kuartal IV tahun ini, asalkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tetap stabil.

“Kami akan mengevaluasi kemungkinan penurunan BI rate pada kuartal IV-2024. Namun, saat ini fokus kami adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” ungkap Perry.

Saat Bank Indonesia menaikkan BI Rate ke 6,25 persen, bank-bank nasional langsung berlomba-lomba menaikkan suku bunga simpanannya. Hal ini membuat biaya dana bank naik, kata Nixon LP Napitupulu, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI hari Senin 8 Juli 2024.

Menurut Nixon, kenaikan BI Rate langsung diikuti dengan persaingan antarbank dalam menetapkan suku bunga. Dia juga menyebut bahwa suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang mencapai di atas 7 persen, turut mempengaruhi persaingan suku bunga di sektor perbankan.

“Institusi besar pasti mintanya juga sudah tinggi-tinggi, bahkan contoh di akhir tahun lalu bidding-nya sudah di atas 7 persen,” kata Nixon.

Dengan suku bunga yang lebih tinggi, Nixon menyebutkan bahwa biaya dana (CoF) perbankan ikut naik. Suku bunga yang harus dibayarkan oleh bank menjadi salah satu faktor utama dalam menentukan CoF. Di BTN, CoF mencapai 4,2 persen pada kuartal I-2024, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya 3,6 persen. “Dan ini menjadi PR besar kami bagaimana bisa menurunkan CoF secepat mungkin dengan situasi suku bunga referensi yang cukup mahal,” ujarnya.

Menanggapi tingginya CoF, BTN telah memutuskan untuk merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini, dari semula 13 – 14 persen menjadi 10 – 11 persen. “Kita memutuskan untuk menurunkan sedikit pertumbuhan kredit karena harga bahan bakunya sudah lebih mahal,” tambah Nixon.

OJK mencatat pada Mei 2024 kredit perbankan tumbuh double digit, yakni 12,15 persen year on year (yoy) atau menjadi Rp7.376 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan penyaluran kredit perbankan yang cukup signifikan tersebut melanjutkan tren pertumbuhan kredit sejak periode sebelumnya dan searah dengan target pertumbuhan kredit tahun 2024.

“Tren pertumbuhan kredit yang baik ini menunjukan kinerja perbankan yang baik dan bukti dukungan perbankan untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Dian dalam Konferensi Pers RDK, Senin, 8 Juli 2024.

Sejalan dengan pertumbuhan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan positif. Pada Mei 2024, DPK tercatat tumbuh sebesar 8,63 persen yoy menjadi Rp8.699 triliun.

“Dengan giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar, yaitu 15,53 persen yoy,” imbuh Dian

Sementara itu, likuiditas industri perbankan pada Mei 2024 juga memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 114,58 dan 25,78 persen atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

“Kondisi likuiditas perbankan nasional tergolong baik di tengah likuiditas global yang cukup ketat, seiring kebijakan Bank Sentral AS yang mempertahankan suku bunga tinggi atau higher for longer,” ungkapnya.

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,79 persen dan NPL gross sebesar 2,34 persen.

Adapun kinerja industri perbankan Indonesia per Mei 2024 tetap stabil dan berkelanjutan didukung oleh permodalan yang kuat dengan tingkat profitabilitas ROA (return on asset) sebesar 2,56 persen dan NIM (net interest margin) sebesar 4,56 persen. Serta, permodalan (CAR) perbankan yang tinggi 26,22 persen. (*)