KABARBURSA.COM – Perusahaan raksasa nikel yang berbasis di Rusia, Nornickel, tengah berunding dengan beberapa perusahaan baterai China untuk memproduksi nikel setengah jadi. Tidak lama setelah kabar ini mencuat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan langkah pemerintah dalam memperkuat posisi produksi nikel Indonesia.
Mengutip Reuters, Nornickel siap memasok 50.000 metrik ton nikel per tahun ke pabrik “masa depan” di China, yang mencakup hampir seperempat dari total produksi tahunannya sebesar 209.000 ton pada 2023, atau 6 persen dari produksi global.
Dua perusahaan yang didekati Nornickel adalah CNGR Advanced Material Co Ltd dan Brunp Recycling, anak perusahaan dari raksasa baterai Contemporary Amperex Technology Co Ltd yang berbasis di China. Nornickel berencana menempatkan lokasi produksi utama di Provinsi Hunan, pusat industri baterai di China.
Rencana Nornickel untuk memindahkan sebagian produksi nikelnya ke China merupakan inisiatif besar ketiga perusahaan ini. Dua inisiatif sebelumnya adalah memindahkan peleburan tembaga ke China dan membangun kilang logam di Bahrain.
Pada Maret lalu, Nornickel juga melaporkan akan mencari cara mengintegrasikan nikelnya ke dalam sektor baterai global, sebagai bagian dari restrukturisasi bisnis dan penjualan untuk mengurangi dampak sanksi Barat terhadap Rusia.
Tak lama berselang, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia sedang mendekati dua negara selain Persatuan Emirat Arab (PEA) untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar nikel dunia. Dua negara ini diharapkan memastikan Indonesia sebagai pemegang pangsa pasar nikel terbesar secara global.
“Kalau ini berhasil, kita harapkan bisa menguasai 80-85 persen pasar dunia,” kata Presiden Jokowi saat konferensi pers di Stadion Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, Jumat, 19 Juli 2024.
Presiden Jokowi menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam menguatkan posisi Indonesia di pasar global, khususnya dalam industri yang berkembang pesat seperti kendaraan listrik dan teknologi baterai.
Pemerintah Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel sejak 2020 untuk mendorong penambahan nilai dalam negeri, yang menghasilkan investasi besar dalam produksi nikel pig iron (NPI) dan bahan untuk baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
MBMA Investasikan Rp19 Miliar buat Eksplorasi Tambang Nikel
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) aktif menjalankan kegiatan eksplorasi untuk meningkatkan cadangan sumber daya nikel perusahaan. Baru-baru ini, anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) ini menginvestasikan USD1,2 juta atau sekitar Rp19 miliar untuk eksplorasi di tambang nikel Sulawesi Cayaha Mineral (SCM) di Konawe, Sulawesi Tenggara, pada kuartal II 2024.
“MBMA memiliki program eksplorasi aktif yang berfokus pada delineasi penambahan sumber daya nikel di tambang SCM. Selama kuartal kedua 2024, MBMA telah menyelesaikan kegiatan eksplorasi dengan total perkiraan biaya sebesar Rp19 miliar,” demikian pernyataan resmi manajemen MBMA yang dikutip, Senin, 15 Juli 2024.
Manajemen MBMA menjelaskan bahwa dana tersebut digunakan untuk pengeboran dalam rangka penentuan sumber daya umur tambang dan pekerjaan tes terkait.
“Seluruh pekerjaan diselesaikan oleh PT Sulawesi Cahaya Mineral, menggunakan metode pengeboran dari permukaan (diamond drilling), pemetaan geologi, pengambilan sampel, dan survei geofisika (ground penetration radar/GPR),” kata manajemen MBMA.
Area yang dipilih untuk program pengeboran eksplorasi adalah area yang dekat dengan lubang tambang saat ini dan sesuai dengan rencana penambangan masa depan. Selama kuartal kedua 2024, eksplorasi menghasilkan 353 lubang bor dengan total kedalaman 8.639 meter.
“Kegiatan lainnya termasuk survei GPR sepanjang 45,3 km di area PB, pemetaan geologi, dan pengambilan sampel seluas 270 ha di BR2&3 Selatan, dan DS Timur,” tambah manajemen MBMA.
Program pengeboran diamond (DD) akan berlanjut dengan menggunakan 16 rig bor untuk pengeboran sumber daya/infill dan eksplorasi. Survei GPR dan pemetaan geologi juga akan terus dilakukan untuk target pengeboran eksplorasi berikutnya.
Tambang SCM adalah operasi tambang berskala global dengan kualitas tinggi dan biaya rendah, terletak di kawasan konsesi seluas 21.100 hektare. Sebelumnya, tambang ini dimiliki oleh Rio Tinto, dan mengandung sekitar 13,8 juta ton nikel (kadar Ni 1,22 persen) dan 1,0 juta ton kobalt (kadar Co 0,08 persen) dengan umur tambang selama beberapa dekade.
Bijih limonit yang dimiliki tambang SCM, sebanyak 77 persen, digunakan untuk menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), yang dapat dikonversi menjadi nikel sulfat untuk produksi bahan baku baterai kendaraan listrik (EV). Sementara bijih saprolit yang diproduksi akan dikirim ke Smelter RKEF milik MBMA di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) untuk diproses lebih lanjut menjadi Nickel Pig Iron (NPI).
Dana Kuartal Kedua
Lebih lanjut MBMA melaporkan telah menggelontorkan dana sebesar USD1,2 juta atau sekira Rp19 miliar di kuartal II 2024 untuk eksplorasi tambang nikel Sulawesi Cahaya Mineral (SCM).
“Biaya eksplorasi terdiri dari pengeboran penentuan sumber daya umur tambang, dan pekerjaan tes,” sebut Manajemen MBAM dalam keterangan resmi, baru-baru ini.
Lebih rinci dijelaskan, Perseroan telah melakukan pengeboran dari permukaan (Diamond Drilling), pemetaan geologi, pengambilan sampel, dan survei geofisika alias ground penetration radar (GPR).
Area-area yang dipilih untuk program pengeboran eksplorasi adalah area dekat dengan lubang tambang saat ini, dan sesuai dengan rencana penambangan di masa depan. Hasil eksplorasi, sebanyak 353 lubang bor telah diselesaikan dengan total kedalaman 8.639 meter.
Kegiatan lain yang dilakukan, termasuk survei GPR sepanjang 45,3 kilometer (km) pada area PB, pemetaan geologi, dan pengambilan sampel seluas 270 hektare (ha) di BR2&3 Selatan, dan DS Timur.
Selanjutnya, program pengeboran diamond (DD) akan berlanjut menggunakan 16 rig bor untuk pengeboran sumber daya/infill, dan eksplorasi. Survei GPR dan pemetaan geologi akan berlanjut untuk target pengeboran eksplorasi selanjutnya.
Diketahui, tambang nikel SCM berada di Konawe, Sulawesi Tenggara. Adapun seluruh pekerjaan pengeboran dituntaskan oleh PT Sulawesi Cahaya Mineral.
RPUST MBMA
Pemegang saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) merestui rencana perseroan untuk menggelar Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue 10,79 miliar saham. Persetujuan itu diperoleh dalam RUPS Tahunan Perseroan pada 21 Juni 2024.
“Menyetujui penambahan modal ditempatkan dan disetor Perseroan dengan memberikan HMETD melalui mekanisme PMHMETD I dalam jumlah sebanyak-banyaknya 10.799.541.990 saham dengan nilai nominal Rp100 per saham,” tulis ringkasan risalah RUPST di keterbukaan informasi BEI.
Selain itu, RUPST juga menyepakati tidak ada pembagian dividen tahun buku 2023. Laba bersih perseroan akan digunakan untuk dana cadangan dan saldo laba ditahan.
“Sebesar USD1.000 ditetapkan untuk dana cadangan perseroan, dan sisa USD33,30 juta untuk saldo laba ditahan dan kepentingan non pengendali perseroan tahun buku 2023,” ujarnya.
MBMA diketahui mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD6,93 juta pada 2023. Realisasi itu anjlok 68,02 persen dibanding periode 2022 yang sebesar USD21,66 juta. Sementara laba tahun berjalan merosot dari sebelumnya USD37,85 juta di 2022 menjadi USD33,30 juta pada 2023.
Mengutip laporan keuangan perseroan, pendapatan usaha MBMA justru melejit 191,47 persen menjadi USD1,33 miliar pada tahun lalu dibanding sebelumnya yang sebesar USD455,74 juta.
Emiten tambang nikel milik Garibaldi Thohir atau Boy Thohir itu berencana melakukan penambahan modal dengan skema rights issue dengan nilai Rp1,07 triliun.
Dalam prospektus, perseroan akan menerbitkan maksimal 10.799.541.990 saham dengan nominal Rp100 per saham. Jumlah tersebut setara 10 persen dari jumlah seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh perseroan.
Manajemen MBMA menjelaskan, rencana penggunaan dana hasil rights issue untuk kebutuhan likuiditas umum, belanja modal, modal kerja dan untuk pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha perseroan, anak perusahaan dan entitas asosiasinya. (*)