Scroll untuk baca artikel
Headline

BI Tegaskan Pemilu AS Tak Akan Guncang Rupiah

×

BI Tegaskan Pemilu AS Tak Akan Guncang Rupiah

Sebarkan artikel ini
MGL0839 11zon
Money changer di Jakarta. (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM – Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa dinamika politik terkait pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang akan berlangsung pada bulan November mendatang tidak akan berdampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar. Faktor utama yang berpotensi mempengaruhi adalah kebijakan suku bunga acuan Federal Reserve (the Fed).

Kepala Grup Pengelolaan Moneter dan Aset BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa situasi pilpres AS tahun ini berbeda dengan tahun 2016. Pada saat itu, berbagai survei menunjukkan bahwa Donald Trump kalah dari Hillary Clinton.

Namun, hasil yang tak terduga terjadi: Trump menang. Hal ini mengejutkan dunia, menguatkan indeks dolar, dan melemahkan mata uang negara berkembang, terang Ramdan Denny di Sumba, Nusa Tenggara Timur, Senin 22 Juli 2024.

Kondisi saat ini berbeda. Beberapa survei menunjukkan bahwa Trump berpotensi mengalahkan Joe Biden. Meski Biden mundur dari kontestasi dan digantikan oleh Kamala Harris, hasil tersebut diperkirakan tidak akan mengejutkan pasar.

Yang saat ini menjadi perhatian utama pasar adalah suku bunga acuan Federal Reserve. Banyak pelaku pasar optimistis bahwa the Fed akan menurunkan suku bunga acuan tahun ini, mungkin hingga dua kali, karena inflasi AS telah terkendali menuju target 2 persen.

Diprediksi bahwa the Fed akan mulai menurunkan suku bunga acuan pada bulan September. Langkah ini kemungkinan akan diikuti oleh negara maju lainnya, mungkin tahun depan. Uni Eropa telah melakukan penurunan sebelumnya, jelas Ramdan Denny.

Sentimen ini telah mendorong optimisme di kalangan pelaku pasar mengenai perbaikan kondisi ekonomi. Hal ini, pada gilirannya, memicu masuknya arus modal asing (capital inflow) ke negara-negara berkembang.

Potensi penguatan rupiah terbuka lebar. Bunga puncak diperkirakan akan turun. Kita akan melihat bagaimana perkembangan ini pada tahun 2024, tutup Ramdan Denny.

Kebijakan The Fed saat Pemilu AS 2024

Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) pada 2024 diperkirakan akan mempengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve (the Fed) dengan beberapa cara yang mungkin berdampak pada pasar global, termasuk nilai tukar rupiah. Berikut adalah beberapa aspek penting dari kebijakan The Fed yang perlu diperhatikan selama periode pemilu:

Salah satu fokus utama kebijakan The Fed adalah penentuan suku bunga acuan. Selama masa pemilu, keputusan suku bunga bisa sangat dipengaruhi oleh dinamika politik dan ekonomis. Jika pemilu menghasilkan perubahan besar dalam kebijakan ekonomi yang memerlukan penyesuaian moneter, The Fed mungkin melakukan penyesuaian suku bunga untuk menstabilkan ekonomi. Misalnya, jika inflasi masih tinggi, The Fed mungkin menerapkan kenaikan suku bunga untuk mengendalikannya. Sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi melambat, penurunan suku bunga bisa menjadi opsi untuk merangsang kegiatan ekonomi.

The Fed dikenal dengan kebijakan komunikasinya yang hati-hati. Selama masa pemilu, pernyataan dan sinyal dari pejabat The Fed dapat memengaruhi ekspektasi pasar. Komunikasi yang jelas mengenai arah kebijakan moneter dapat membantu mengurangi ketidakpastian dan mempengaruhi sentimen pasar. Kebijakan yang lebih bersifat akomodatif atau ketat akan mencerminkan respons terhadap kondisi ekonomi dan politik yang sedang berlangsung.

Kebijakan moneter The Fed sering kali didorong oleh target inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Jika inflasi tetap di atas target atau ekonomi menunjukkan tanda-tanda perlambatan, The Fed mungkin menyesuaikan kebijakannya. Selama pemilu, respons terhadap data inflasi dan indikator ekonomi lainnya akan menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan.

Hasil pemilu dapat mempengaruhi ekspektasi mengenai arah kebijakan fiskal dan ekonomi, yang pada gilirannya mempengaruhi keputusan The Fed. Jika pemerintahan baru dipilih dengan platform yang berbeda dari administrasi sebelumnya, perubahan dalam kebijakan fiskal atau perdagangan dapat mempengaruhi perekonomian dan, secara tidak langsung, kebijakan moneter.

The Fed juga memiliki opsi untuk melakukan quantitative easing (QE) atau tapering (pengurangan program pembelian aset) sebagai bagian dari kebijakan moneternya. Selama masa pemilu, perubahan dalam pendekatan terhadap QE atau tapering dapat dipertimbangkan berdasarkan kondisi ekonomi dan respons pasar.

Suku Bunga The Fed 2024

The Fed (Federal Reserve) telah melakukan beberapa penyesuaian suku bunga acuannya di tahun 2024. Inflasi yang tinggi: Inflasi di Amerika Serikat mencapai puncaknya di bulan Juni 2024, yaitu 9,1 persen. The Fed menaikkan suku bunga untuk meredam permintaan dan mengendalikan inflasi.

Kekhawatiran resesi: Kenaikan suku bunga juga bertujuan untuk mencegah resesi ekonomi. The Fed ingin mendinginkan ekonomi tanpa menyebabkan resesi. Akhir 2024: Beberapa ekonom memprediksi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada akhir tahun 2024. Hal ini dilakukan jika inflasi menunjukkan tanda-tanda penurunan dan ekonomi mulai melambat.

Kenaikan Suku Bunga:

  • Maret 2024: The Fed menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya di tahun 2024 sebesar 0,25 persen. Kenaikan ini dilakukan untuk memerangi inflasi yang tinggi di Amerika Serikat.
  • Mei 2024: The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,50 persen. Kenaikan ini lebih besar dari perkiraan sebelumnya, menunjukkan tekad The Fed untuk mengatasi inflasi.
  • Juni 2024: The Fed menaikkan suku bunga acuan lagi sebesar 0,75 persen. Kenaikan ini merupakan kenaikan suku bunga terbesar dalam 28 tahun terakhir. (*)