Scroll untuk baca artikel
Headline

Penyaluran Kredit Perbankan Semester I: Rp7.403 Triliun

×

Penyaluran Kredit Perbankan Semester I: Rp7.403 Triliun

Sebarkan artikel ini
MGL3105 11zon
Pengerjaan Proyek MRT Fase 3 di Jalan Thamrin depan Gedung Bank Indonesia, Senin (10/6/2024). foto: KabarBursa/abbas sandji

KABARBURSA.COM – Penyaluran kredit oleh perbankan di Indonesia pada paruh pertama tahun ini, atau Juni 2024, telah mencapai Rp7.403,5 triliun. Pertumbuhan kredit ini didorong oleh tingginya permintaan dari segmen korporasi.

Menurut Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), kredit yang disalurkan perbankan pada Juni 2024 tumbuh 11,5 persen secara tahunan (year on year/yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Mei 2024 yang sebesar 11,4 persen.

“Pertumbuhan kredit terutama didorong oleh peningkatan penyaluran kredit kepada debitur korporasi yang mencapai 16,2 persen,” tulis laporan BI.

Penyaluran kredit kepada debitur korporasi pada Juni 2024 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, yang tumbuh 15,9 persen. Sementara itu, penyaluran kredit kepada debitur perorangan tumbuh 6,4 persen, sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 6,5 persen.

Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan penyaluran kredit pada Juni 2024 dipengaruhi oleh perkembangan kredit modal kerja, kredit investasi, maupun kredit konsumsi.

Kredit modal kerja pada Juni 2024 tumbuh sebesar 10,9 persen, relatif stabil dibandingkan pertumbuhan Mei 2024 10,8 persen. Perkembangan kredit modal kerja bersumber dari pertumbuhan sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, serta sektor pertambangan dan penggalian.

Kredit investasi pada Juni 2024 tumbuh sebesar 13,9 persen, relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 13,8 persen, terutama bersumber dari sektor industri pengolahan dan sejenisnya, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh sebesar 10,4 persen pada Juni 2024, lebih tinggi dari pertumbuhan Mei 2024 sebesar 10,1 persen, terutama didorong oleh perkembangan kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB), dan kredit multiguna.

Adapun, penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melambat pada Juni 2024 jadi tumbuh 6,7 persen, setelah tumbuh sebesar 7,3 persen pada bulan sebelumnya.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan kredit perbankan juga ditopang oleh strategi realokasi alat likuid perbankan ke penyaluran kredit yang berlanjut dan didukung oleh kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) BI. BI sendiri optimistis kinerja kredit perbankan masih tetap moncer hingga akhir tahun ini.

“Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit 2024 ada pada batas atas, kisaran 10-12 persen,” ujar Perry pekan lalu, Rabu, 17 Juli 2024.

Jumlah Uang Beredar

Pada Senin 22 Juli 2024, BI mencatat uang beredar dalam arti luas (M2) mencapai Rp 9.026,2 triliun pada bulan Juni. Angka ini naik 7,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yoy.

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan Mei yang hanya naik 7,6 persen yoy. Kenaikan ini terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7 persen yoy dan uang kuasi yang meningkat sebesar 7,7 persen yoy.

Perkembangan M2 pada Juni 2024 dipengaruhi oleh penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih. Penyaluran kredit pada Juni 2024 tumbuh sebesar 11,5 persen yoy, yang relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,4 persen yoy, menurut laporan BI.

Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 3,1 persen yoy, lebih baik dibandingkan pertumbuhan Mei yang hanya sebesar 0,6 persen yoy. Selain itu, tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat tumbuh sebesar 14 persen yoy, namun melambat dibandingkan Mei yang melonjak hingga 22,7 persen yoy.

Uang beredar di Indonesia terus tumbuh pada tahun 2023 dan 2024. Pada tahun 2023, pertumbuhan uang beredar tertinggi terjadi pada bulan Maret (3,8 persen) dan Desember (3,5 persen). Pada tahun 2024, pertumbuhan uang beredar tertinggi terjadi pada bulan Maret (7,2 persen). Pertumbuhan uang beredar sedikit melambat pada bulan April dan Mei 2024. Pertumbuhan uang beredar pada bulan Juni 2024 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Mei 2024.

Untuk menghindari dampak negatif, bank sentral seperti BI biasanya akan mengatur kebijakan moneter untuk mengontrol jumlah uang yang beredar, melalui instrumen seperti suku bunga, operasi pasar terbuka, dan persyaratan cadangan bank.

Dengan demikian, penting bagi otoritas moneter untuk menjaga keseimbangan dalam jumlah uang yang beredar guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang stabil tanpa memicu inflasi yang tidak terkendali.

BI, dapat mempengaruhi jumlah uang beredar melalui kebijakan moneter. Dengan menurunkan suku bunga atau membeli surat berharga, bank sentral meningkatkan likuiditas perbankan, yang kemudian dapat meningkatkan kredit perbankan.

Pada Juni 2024, BI melaporkan bahwa peningkatan uang beredar didorong oleh pertumbuhan kredit perbankan sebesar 11,5 persen year-on-year (yoy), yang relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit ini berkontribusi langsung terhadap peningkatan jumlah uang beredar dalam ekonomi​ 

Hubungan antara uang beredar dan kredit perbankan bersifat dua arah dan saling mempengaruhi. Kebijakan moneter yang mengatur jumlah uang beredar dapat mendorong atau membatasi penyaluran kredit perbankan, sementara peningkatan kredit perbankan dapat meningkatkan jumlah uang beredar, yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi ekonomi secara keseluruhan.

Peningkatan kredit perbankan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan dana untuk investasi dan konsumsi.

Namun, peningkatan uang beredar yang terlalu cepat dapat menyebabkan inflasi jika pertumbuhan kredit tidak diimbangi dengan peningkatan produksi barang dan jasa. Penyaluran kredit yang berlebihan tanpa kontrol yang memadai bisa menyebabkan risiko stabilitas keuangan, seperti pembentukan gelembung aset. (*)