KABARBURSA.COM – Pergerakan IHSG hari ini diperkirakan mengacu pada penutupan pasar saham Senin kemarin, di mana IHSG menguat sebesar 0,38 persen ke level 7.321, disertai munculnya volume pembelian.
Analis PT MNC Sekuritas, T Herditya Wicaksana, mengungkapkan, selama IHSG belum mampu menembus level 7.354 sebagai resistance terdekatnya, maka saat ini posisi IHSG diperkirakan berada pada bagian awal dari wave 2 dari wave (3). Dengan demikian, penguatan IHSG ini akan relatif singkat dan rawan terkoreksi kembali.
“Adapun area koreksi IHSG diperkirakan akan menguji rentang level 7.026 – 7.199,” papar Herditya dalam riset hariannya, Selasa 23 Juli 2024.
Hari ini, titik support IHSG diprediksi berada pada level 7.207 dan 7.099, sementara titik resistance pada level 7.354 dan 7.396.
Pasar saham Indonesia pada tanggal 22 Juli 2024 mengalami berbagai dinamika yang memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sentimen investor dipengaruhi oleh sejumlah faktor domestik dan global yang membentuk arah pergerakan indeks sepanjang hari.
Pada penutupan perdagangan, IHSG mencatatkan penguatan sebesar 0,38 persen dan ditutup di level 7.321. Kenaikan ini didorong oleh volume pembelian yang cukup signifikan, menunjukkan optimisme investor terhadap kondisi pasar saat ini.
Sentimen positif datang dari laporan keuangan beberapa emiten besar yang menunjukkan kinerja lebih baik dari ekspektasi. Selain itu, kebijakan moneter Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan pada level rendah turut memberikan dorongan bagi pasar saham. Stabilitas politik dan ekonomi dalam negeri juga memberikan kepercayaan tambahan bagi para pelaku pasar.
Di sisi lain, perkembangan ekonomi global turut memberikan pengaruh. Peningkatan harga komoditas global, seperti minyak dan batu bara, memberikan angin segar bagi saham-saham di sektor energi. Namun, ketidakpastian terkait kebijakan ekonomi di beberapa negara maju, terutama terkait dengan inflasi dan suku bunga, tetap menjadi perhatian utama investor.
Pada bulan Juli 2024, sentimen dari Federal Reserve (The Fed) masih menunjukkan pendekatan yang hati-hati terhadap kebijakan suku bunga. Setelah serangkaian kenaikan suku bunga yang agresif sejak 2022 untuk mengatasi inflasi, The Fed telah menahan suku bunga acuan pada kisaran 5,25 persen – 5,50 persen sejak Juni 2023. Keputusan ini mencerminkan niat The Fed untuk terus memantau inflasi dan kondisi ekonomi sebelum mengambil langkah lebih lanjut.
Data ekonomi terbaru menunjukkan adanya pelambatan dalam pertumbuhan lapangan kerja dan penurunan inflasi, yang memperkuat ekspektasi bahwa The Fed mungkin akan mulai memotong suku bunga pada paruh kedua tahun 2024. Namun, ada peringatan dari beberapa analis bahwa pemotongan suku bunga mungkin tidak serta merta mendorong kenaikan tajam dalam pasar saham, mengingat bahwa sebagian besar kenaikan harga saham biasanya terjadi sebelum pemotongan suku bunga pertama kali dilakukan
Dalam kesaksiannya di depan Kongres, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa mereka berupaya menyeimbangkan risiko ekonomi yang ada dengan hati-hati, menunjukkan bahwa meskipun ada tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja, The Fed tetap berkomitmen untuk mencapai target inflasi sebesar 2 persen sambil menjaga stabilitas harga dan maksimalisasi lapangan kerja.
Sementara itu, Pemilihan presiden di Amerika Serikat memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG di Indonesia. Dampak ini terutama disebabkan oleh hubungan erat antara ekonomi AS dan pasar global. Berikut beberapa poin utama mengenai pengaruh tersebut:
Pemilu di AS cenderung menciptakan ketidakpastian di pasar global. Ketidakpastian ini sering kali mempengaruhi sentimen investor di berbagai negara, termasuk Indonesia. Sebagai contoh, apabila kandidat yang terpilih di AS dipandang pro-bisnis dan pro-investasi, ini dapat meningkatkan sentimen positif di pasar saham global, termasuk IHSG.
Kebijakan ekonomi dan perdagangan yang diusung oleh presiden AS terpilih akan berdampak langsung pada ekonomi global. Misalnya, kebijakan perdagangan proteksionis atau perubahan signifikan dalam tarif dapat mempengaruhi ekspor dan impor, yang kemudian berdampak pada kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia yang terdaftar di bursa.
Rekomendasi Saham
Sejumlah analis merekomendasikan beberapa saham untuk diperhatikan, di antaranya:
- PT Bank Central Asia Tbk (BBCA): Disarankan untuk “Buy on Weakness” dengan target harga 10.275 – 10.525 dan stoploss di bawah 9.800.
- PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI): Disarankan untuk “Buy on Weakness” dengan target harga 422 – 438 dan stoploss di bawah 406.
- PT Panin Bank Tbk (PNBN): Disarankan untuk “Spec Buy” dengan target harga 1.280 – 1.345 dan stoploss di bawah 1.195.
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA): Disarankan untuk “Spec Buy” dengan target harga 2.730 – 2.790 dan stoploss di bawah 2.630. (*)