KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini dibuka menguat, Senin, 29 Juli 2024. IHSG naik 34 poin atau 0,51 persen ke 7.325.
Menurut data dari RTI, IHSG mencapai level tertinggi di angka 7.333 dan terendah di angka 7.304. Terdapat 228 saham yang mengalami penguatan, 96 saham yang mengalami penurunan, dan 209 saham yang stagnan.
Berdasarkan riset dari Mirae Asset Sekuritas, IHSG ditutup menguat pada pekan lalu ke level 7.288, mencatatkan kenaikan sebesar 0,66 persen.
Sektor energi dan sektor transportasi serta logistik menunjukkan kenaikan signifikan masing-masing sebesar 1,31 persen dan 1,07 persen. Sebaliknya, sektor teknologi dan sektor kesehatan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,65 persen dan 0,33 persen.
Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp366,7 miliar dengan saham-saham yang mengalami net buy terbesar adalah BBCA, ASII, dan BBRI.
Kenaikan IHSG dipengaruhi oleh beberapa sentimen positif, salah satunya adalah proyeksi Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 akan mencapai 5 persen, lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan global yang hanya mencapai 2,6 hingga 2,7 persen.
Di pasar saham Amerika Serikat (AS), indeks-indeks utama ditutup menguat signifikan. Indeks Dow Jones mengalami kenaikan sebesar 654,27 poin atau 1,64 persen, S&P 500 meningkat 59,88 poin atau 1,11 persen, dan Nasdaq naik sebesar 176,16 poin atau 1,03 persen.
Penguatan Wall Street didorong oleh kenaikan moderat harga minyak AS pada bulan Juni, yang menunjukkan adanya pendinginan inflasi dan kemungkinan pelonggaran kebijakan oleh The Fed pada bulan September. Probabilitas penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan September tetap stabil di sekitar 88 persen setelah pengumuman pembacaan PCE.
Akhir pekan kemarin, Jumat, 26 Juli, IHSG menguat 47,89 poin atau 0,66 persen ke level 7.288. Investor melakukan transaksi sebesar Rp8,33 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 13,53 miliar saham.
Di saat itu, indeks saham menguat dua kali, sementara tiga hari sisanya melemah. Tak heran, performa indeks melemah 0,09 persen.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan bursa ditutup bervariasi sepanjang periode 22-26 Juli 2024 kemarin.
Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi menuturkan rata-rata volume transaksi harian sepekan sebesar 9 persen dari 16,488 miliar menjadi 17,972 miliar lembar saham. Kapitalisasi pasar bursa turut meningkat, yaitu sebesar 0,04 persen dari Rp12.358 triliun menjadi Rp12.362 triliun.
Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian bursa melemah 11,41 persen dari Rp9,601 triliun menjadi Rp8,506 triliun.
“Lalu, transaksi frekuensi harian bursa selama sepekan melemah 0,92 persen dari 1 juta menjadi 993 ribu kali transaksi,” ucap kautsar melalui keterangan resmi.
Adapun pergerakan investor asing pada Jumat, 26 Juli mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp366,69 miliar. Sementara, sepanjang 2024 investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp2,46 triliun.
Head of Customer Literation & Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi memproyeksi IHSG akan melemah pada pekan ini. Menurutnya indeks saham bakal bergerak di rentang support 7.180 dan resistance 7.370.
Ia menuturkan secara teknikal, indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) menunjukkan tren pelemahan setelah terjadi deathcross pada pekan lalu.
Menurut Oktavianus, indeks saham bakal diwarnai sejumlah sentimen dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, ia menyebut investor akan menanti rilis data inflasi Juli yang bakal diumumkan pekan ini.
Ia sendiri memproyeksi inflasi Juli bakal menyentuh level menjadi 2,5 persen (year on year/yoy). Angka ini lebih rendah dari pada realisasi inflasi Juni yang mencapai 2,51 persen.
“Kami berpandangan ini akan direspon cenderung moderat oleh pasar seiring dengan inflasi saat ini masih dalam rentang target Bank Indonesia (BI),” kata Oktavianus.
Selain itu, investor juga akan mencermati rilis data manufaktur S&P Purchasing Managers Index (PMI) yang diperkirakan masih pada ekspansif atau di level 51. Menurut Oktavianus, terjaganya produksi manufaktur akan memberikan sentimen positif untuk aktivitas emiten yang ada di BEI.
Untuk sentimen dari luar negeri, ia melihat investor masih wait and see terkait kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed). Oktavianus memperkirakan The Fed masih akan menahan suku bunga acuan di level 5,5 persen.
“Kami memperkirakan pertemuan kali ini memang akan hold dan masih akan cenderung netral oleh pasar seiring dengan ekspektasi terjadi pemangkasan di September 2024,” tuturnya.
Selain itu, investor juga akan mencermati rilis data tingkat pengangguran AS yang diperkirakan masih dalam level 4,1 persen. Di satu sisi, Oktavianus khawatir jika data meleset di bawahnya dan dapat memberikan pandangan yang berbeda untuk the Fed.
Dengan sentimen yang ia paparkan di atas, Oktavianus menyarankan agar investor melakukan antisipasi dengan cara wait and see.
“Investor dapat mengantisipasi dengan cenderung wait and see di tengah rilis beberapa data makro yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter,” katanya.
Berdasarkan analisis teknikal, Oktavianus pun merekomendasikan beberapa saham yang bisa dikoleksi. Pertama, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang ditutup menguat 5,76 persen ke posisi 2.570 pada pekan lalu. Oktavianus memproyeksi emiten perbankan itu dapat menyentuh level 2.840 pada pekan ini.
Kedua, saham PT Astra International Tbk (ASII) yang menguat 2,67 persen ke posisi 4.610 pekan lalu. Oktavianus memproyeksi ASII dapat menyentuh posisi 4.840 pekan ini.
Ketiga, Oktavianus merekomendasikan saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang ditutup menguat 2,98 persen ke posisi 1.555 pekan lalu. Ia memproyeksi AKRA dapat menyentuh posisi 1.650 pekan ini.
Sementara itu, Pelatih investasi saham dan derivatif sekaligus CEO Akela Trading System Hary Suwanda memproyeksi IHSG bergerak di rentang support 7.023 dan resistance 7.354 pekan ini. Ia menuturkan, sentimen penyaluran kredit yang tumbuh 11,5 persen yoy pada Juni memberikan harapan pada pergerakan indeks saham.
Angka itu lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 11,4 persen.
“Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit pada segmen Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KK) dan Kredit Konsumsi (KK) masing-masing tumbuh 10,9 persen, 13,9 persen, dan 10,4 persen,” kata Hary.
Sama seperti Oktavianus, Haru juga mengatakan investor masih akan mencermati kebijakan suku bunga The Fed. Hary memproyeksi The Fed bakal tetap menahan suku bunga pada 31 Juli mendatang.
Namun, menurutnya itu adalah yang terakhir kali bank sentral AS itu mempertahankan suku bunga di level 525-550 bps. Ia menargetkan The Fed ke depannya disinyalir mulai menurunkan suku bunga acuan.
Hal itu seiring dengan mulai meredanya tingkat inflasi di Negeri Paman Sam.
“Hal ini berarti besar peluangnya The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada FOMC (Federal Open Market Committee) 18 September 2024,” kata Hary.
Di samping mulai memangkas suku bunga pada FOMC 18 September, kata dia, The Fed juga berpeluang lanjut memangkas suku bunga acuan pada FOMC 7 November dan 18 Desember 2024.
“Dengan demikian pasar Fed Fund Futures sudah mengantisipasi akan adanya tiga kali pemangkasan suku bunga acuan di 2024 ini. Di mana ini bullish untuk bursa saham secara keseluruhan termasuk bursa saham Indonesia,” ucap Hary.
Ia lantas merekomendasikan sejumlah saham yang bisa diperhatikan untuk trading jangka pendek.
Saham itu seperti PT Medco Energi Internasional Tbk atau MEDC yang menguat 4,33 persen ke posisi 1.325 pekan lalu. Hary memproyeksi MEDC bisa menguat ke posisi 1.430 pekan ini.
Hary juga merekomendasikan saham PT Bank Jago Tbk. Ia memproyeksi ARTO dapat menguat ke posisi 2.950 pekan ini. (*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.