Scroll untuk baca artikel
Headline

Analis Ungkap Potensi Big Caps di Semester II, Menarikkah?

×

Analis Ungkap Potensi Big Caps di Semester II, Menarikkah?

Sebarkan artikel ini
Smelter
PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN)

KABARBURSA.COM – Sebanyak sembilan perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar atau “big caps” telah melaporkan kinerja keuangan mereka untuk semester pertama 2024. Prospek bagi perusahaan-perusahaan ini hingga akhir tahun 2024 bervariasi.

Dari 10 perusahaan big caps yang ada, empat di antaranya mengalami penurunan laba bersih, sementara lima lainnya mencatatkan peningkatan laba bersih. Namun, satu perusahaan, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), belum merilis laporan keuangannya untuk semester pertama 2024.

Pertumbuhan laba bersih tertinggi pada semester pertama 2024 dicapai oleh PT Amman Mineral International Tbk (AMMN), yang mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 300,03 persen, menjadi USD475,24 juta atau sekitar Rp7,79 triliun (dengan kurs Jisdor Rp16.394 pada 30 Juni 2024).

Presiden Direktur AMMN, Alexander Ramlie, menyatakan bahwa kinerja perusahaan pada paruh pertama 2024 mencapai tingkat tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.

“Kinerja kami pada paruh pertama tahun ini mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir, menjadi periode dengan pencapaian luar biasa bagi AMMN,” ujarnya.

Sejak mengambil alih Batu Hijau, kata Alexander, operasi AMMN telah memecahkan berbagai rekor produksi, dan produksi logam perusahaan telah mencapai tingkat yang sangat tinggi, bahkan melampaui kinerja terbaik sebelumnya pada tahun 2022.

“Hal ini didukung terutama oleh penambangan bijih berkadar tinggi dari Fase tujuh, yang kini berada pada puncaknya,” ungkapnya.

Menurut Alexander, keberhasilan ini merupakan hasil dari dedikasi tim yang kuat untuk terus berkembang mencapai keunggulan, sehingga AMMN bisa mencapai produktivitas penambangan yang optimal.

Data menunjukkan bahwa pada semester pertama 2024, produksi konsentrat AMMN meningkat 90 persen secara tahunan (year on year), dengan produksi tembaga dan emas masing-masing meningkat sebesar 76 persen dan 189 persen.

“Sementara itu, proyek ekspansi kami berjalan sesuai rencana. Proyek smelter telah mencapai penyelesaian mekanis pada 31 Mei 2024 dan segera memasuki tahap komisioning,” jelas Alexander.

Alexander menambahkan bahwa produksi pertama katoda tembaga dijadwalkan dimulai pada kuartal keempat 2024.

Di sisi lain, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) mengalami penurunan kinerja yang paling signifikan, dengan mencatatkan rugi bersih sebesar Rp778,12 miliar. Perusahaan petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu ini mengalami kerugian sebesar USD33,12 juta, yang meningkat hampir 8.000 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada kuartal I 2023, TPIA masih mampu mencatatkan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD8,57 juta. Namun, penurunan bottom line ini sejalan dengan penurunan top line, di mana pendapatan TPIA pada kuartal I 2024 hanya mencapai USD471,91 juta, turun 6,05 persen dibandingkan dengan pendapatan USD502,31 juta pada kuartal I 2023.

Di saat yang sama, beban pokok pendapatan TPIA meningkat 0,52 persen secara tahunan (yoy) menjadi USD471,40 juta, yang menyebabkan laba kotor TPIA anjlok 98,44 persen yoy dari USD33,35 juta menjadi hanya USD520.000.

Direktur Chandra Asri Pacific, Suryandi, menjelaskan bahwa penurunan pendapatan bersih TPIA dipengaruhi oleh gangguan supply-demand eksternal yang menyebabkan penurunan volume penjualan pada kuartal I 2024. Volume penjualan TPIA tercatat sebesar 394,5 kilo ton, turun sebesar 69,8 kilo ton dibandingkan dengan kuartal I 2023.

Suryandi juga menyebutkan bahwa faktor eksternal ini memberikan tekanan signifikan terhadap permintaan pasar. Pendapatan bersih TPIA hingga Maret 2024 berasal dari segmen kimia sebesar USD447,3 juta dan segmen infrastruktur sebesar USD24,7 juta. Pendapatan dari segmen kimia turun 9,2 persen, sementara pendapatan dari segmen infrastruktur melonjak 158,9 persen secara tahunan.

Pada periode yang sama, peningkatan beban pokok pendapatan TPIA pada kuartal I 2024 disebabkan oleh kenaikan harga rata-rata bahan baku Naphtha, yang mencapai USD682 per ton dibandingkan dengan USD651 per ton pada kuartal I 2023.

Meski demikian, Suryandi menyatakan bahwa per 31 Maret 2024, Chandra Asri Group memiliki likuiditas yang kuat dengan total liquidity pool sebesar USD2,38 miliar, terdiri dari kas dan setara kas sebesar USD1,03 miliar, surat berharga senilai USD1,12 miliar, dan fasilitas committed revolving credit sebesar USD226 juta.

Chandra Asri Group juga mencatatkan EBITDA positif sebesar USD1,1 juta pada kuartal I 2024. “Selama kuartal pertama tahun 2024, kami berhasil menyeimbangkan pertumbuhan bisnis dengan pengelolaan lingkungan, tanggung jawab sosial, dan praktik tata kelola yang baik,” kata Suryandi.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa secara prospek, emiten-emiten berkapitalisasi pasar besar masih cukup menarik dengan kinerja keuangan yang diperkirakan akan tumbuh semakin progresif di kuartal berikutnya.

Namun, menurutnya, pasar masih menantikan kondisi makro dan politik yang stabil dan berkesinambungan. Nafan mengatakan investor masih menunggu pelantikan presiden baru dan penentuan kabinet yang akan mendukung kerja presiden tersebut.

Selain itu, lanjutnya, pasar juga menunggu pernyataan dari Presiden Jokowi dalam sidang di DPR-MPR. Pada sidang tersebut, kebijakan-kebijakan terkait luar negeri, ekonomi, hingga pertahanan dan keamanan nasional akan dijelaskan.

“Katalis selanjutnya adalah dinamika suku bunga bank sentral, di mana bank sentral negara-negara maju telah menerapkan pelonggaran moneternya,” ujar Nafan.

Di sisi lain, dinamika politik luar negeri seperti pemilihan presiden AS juga diperkirakan akan mempengaruhi pergerakan pasar.

Nafan menambahkan bahwa investor yang tertarik untuk masuk ke emiten-emiten big caps dapat mulai melakukan aksi buy on weakness. Beberapa sektor yang menurutnya masih menarik untuk dicermati pada semester II 2024 adalah finansial, infrastruktur, properti, industri, dan consumer cyclicals. (*)