Scroll untuk baca artikel
Headline

Meski Kinerja Stabil, DOID Catat Rugi Bersih USD27 Juta

×

Meski Kinerja Stabil, DOID Catat Rugi Bersih USD27 Juta

Sebarkan artikel ini
Batu Bara
BATU BARA - Ilustrasi tambang Batu Bara. (Foto: Shutterstock)

KABARBURSA.COM – PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) membukukan kinerja yang stabil di semester I tahun 2024. DOID mencatat, volume batu bara Grup stabil pada 42 metrik ton (MT) secara tahunan (yoy).

Akan tetapi, DOID mencatat pengupasan tanah (Overburden Removal) secara keseluruhan turun 5 persen sebesar 271 juta bank cubic meter (bcm) akibat curah hujan ekstrem yang terus berlanjut, yang memengaruhi tingkat produksi selama enam bulan terakhir.

Diketahui, kondisi cuaca ekstrem berdampak pada industri pertambangan secara luas di Indonesia dan sektor-sektor lain di seluruh Asia, meski begitu kemampuan operasional dan adaptasi strategis DOID memastikan kemajuan yang berkelanjutan.

Hal itu dapat dilihat dari peningkatan sebesar 12 persen yoy. Adapun pendapatan semester I – 2024 tetap stabil sebesar USD855 juta yoy. Akan tetapi, DOID mencatat Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) turun 9 persen yoy menjadi USD160 juta. Hal itu didorong oleh volume yang lebih rendah.

Di sisi lain, DOID juga mencatat kerugian bersih sebesar USD27 juta pada semester I – 2024, bergeser dari laba bersih sebesar USD5 juta pada semester I – 2023. Adapun penurunan itu terjadi karena selisih kurs sebesar USD12 juta lantaran fluktuasi nilai tukar mata uang yang merugikan dari IDR dan AUD terhadap USD.

Meski begitu, kerugian selisih kurs membaik pada kuartal II 2024, menurun dari USD11,5 juta pada kuartal I 2024 menjadi USD0,7. Jika kerugian selisih kurs dinormalisasi, bersama dengan dampak dari Secured Overnight Financing Rate (SOFR) dan biaya persetujuan satu kali (one-off consent costs), kerugian bersih DOID sebesar USD1 juta, mendekati break even, yang menunjukkan ketahanan bisnis.

Sementara arus kas operasional di semester I – 2024 meningkat 15 persen yoy, mencapai sekitar USD164 juta. Adapun hal itu didorong oleh peningkatan yang signifikan dalam pengelolaan modal kerja.

Meski begitu, arus kas bebas menurun karena investasi yang signifikan pada aset-aset seperti Sun Energy dan akuisisi strategis Atlantic Carbon Group, Inc (ACG) yang baru saja dirampungkan.

Jika dinormalisasi dengan akuisisi ACG, arus kas bebas akan menjadi USD68 juta dibandingkan dengan negatif USD47 juta. Ekspansi operasional mendorong sebagian besar pertumbuhan belanja modal Grup pada semester I – 2024, yang meningkat 78 persen yoy menjadi USD79 juta.

Pengeluaran ini mendukung kegiatan ramp-up di sejumlah site yang ada di Indonesia dan Australia serta kapitalisasi biaya Perbaikan dan Pemeliharaan (Repair & Maintenance), sejalan dengan panduan belanja modal DOID untuk setahun penuh sebesar USD150 juta hingga USD190 juta.

Direktur Delta Dunia Group, Dian Andyasuri menuturkan, perseroan mempertahankan kontrol yang ketat atas belanja modal tetap menjadi fokus utama seiring dengan ekspansi operasional DOID.

“Di tengah kondisi cuaca ekstrem dan pelemahan nilai tukar mata uang, Delta Dunia Group menghasilkan kinerja yang stabil pada semester pertama tahun 2024. Ketahanan ini mencerminkan kejelian strategis kami dalam menavigasi risiko yang tak terkendali dan komitmen kami untuk mentransformasi bisnis dan mendiversifikasi sumber pendapatan kami, memosisikan kami untuk pertumbuhan yang berkelanjutan menuju ekonomi rendah karbon,” kata Dian dalam keterangannya beberapa waktu lalu.

DOID Kelola Utang

DOID tercatat telah menyelaraskan jatuh tempo utang dengan masa pakai peralatan, dan melakukan reprofiling sebagian besar utang yang jatuh tempo pada 2026. Pada semester I 2024, 15 persen dari utang jatuh tempo pada 2027, sementara 33 persen lainnya dijadwalkan untuk dilunasi pada 2028 dan seterusnya.

Posisi kas DOID mencapai USD260 juta, dengan rasio utang bersih terhadap EBITDA yang sehat sebesar 1,90x per 30 Juni 2024, level itu mencerminkan manajemen leverage yang cermat dan memposisikan Perseroan tetap tumbuh.

Langkah tersebut dilakukan seiring kontribusi EBITDA dari ACG, keberhasilan penyelesaian akuisisi ACG, produsen antrasit berkadar sangat tinggi (ultra-high-grade/UHG antrasit) terbesar kedua di Amerika Serikat, mentransformasi Perseroan menjadi pemilik tambang. Langkah ini semakin mendiversifikasi Grup sambil mempertahankan posisi pasarnya yang terkemuka sebagai kontraktor pertambangan Tingkat 1 di Indonesia dan Australia.

Akuisisi ACG diproyeksikan akan meningkatkan proporsi pendapatan grup dari sumber non-termal menjadi 28 persen pada akhir tahun 2024, sejalan dengan komitmen Grup untuk mengurangi pendapatan dari batu bara termal menjadi 50 persen pada tahun 2028.

Selain kesuksesan diversifikasi sumber pendapatan, inisiatif ESG perseroan menunjukkan kemajuan signifikan, di mana DOID menyelesaikan konsolidasi data dasar karbon di seluruh operasi di Indonesia dan Australia, serta menerapkan langkah-langkah pengurangan karbon di beberapa lokasi.

Strategi DOID ke Depan

Direktur Delta Dunia Group, Iwan Fuad Salim menuturkan, perseroan tengah menyusun rencana untuk memperluas strategi ESG ke lokasi-lokasi lain pada semester II 2024. Adapun ekspansi yang dilakukan dengan AS dinilai memiliki prospek jangka panjang yang baik bagi Perseroan.

“Ekspansi kami baru-baru ini di AS menunjukkan komitmen kami untuk menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemegang saham dengan mentransformasi Grup menjadi bisnis pertambangan yang terdiversifikasi secara global. Akuisisi ACG telah memperkuat posisi kami, di mana kami yakin akan memberikan kontribusi positif terhadap upaya diversifikasi kami,” kata Iwan.

Adapun manajemen DOID telah menunjukkan kepercayaan diri terhadap prospek perusahaan melalui inisiatif pembelian kembali saham dan pengurangan modal. Hingga 26 Juli 2024, Grup telah membeli 483,1 juta lembar saham melalui program pembelian kembali saham (share buyback).

Grup juga membeli USD34,8 juta Senior Notes melalui pembelian di pasar terbuka dan USD153 juta melalui penawaran tender. “Inisiatif-inisiatif ini bertujuan untuk mengoptimalkan nilai pemegang saham dan meningkatkan imbal hasil bagi para pemegang saham,” tutup Iwan. (*)