Scroll untuk baca artikel
Headline

Dibalik Laba Bersih Melonjak, Transisi Hijau TOBA dan Tantangan Jangka Panjang

×

Dibalik Laba Bersih Melonjak, Transisi Hijau TOBA dan Tantangan Jangka Panjang

Sebarkan artikel ini
PT TBS
Patrick PT TBS Energi Utama Tbk. (Foto: Dok. TOBA)

KABARBURSA.COM – PT TBS Energi Utama Tbk menyatakan transisi perusahaan menuju bisnis berkelanjutan atau transisi hijau menjadi langkah strategis jangka panjang. Direktur PT TBS Energi Utama Tbk, Mufti Utomo, mengatakan lewat investasi di sektor energi hijau, pengelolaan limbah, dan kendaraan listrik, emiten dengan kode TOBA tersebut akan memantapkan arah masa depan bisnis mereka.

“Investasi di sektor pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik sejalan dengan visi pertumbuhan jangka panjang Perseroan dan menjadi fondasi yang kokoh bagi stabilitas bisnis kami,” ujar Direktur PT TBS Energi Utama Tbk, Mufti Utomo, dalam keterangan tertulis, Selasa, 29 Oktober 2024.

Pada kuartal ketiga tahun ini, TOBA mencatatkan peningkatan laba bersih yang signifikan, naik 187,8 persen secara tahunan (YoY) menjadi USD54,4 juta. EBITDA juga tercatat meningkat 65,6 persen menjadi USD118,9 juta. Kenaikan ini turut didukung oleh ekspansi bisnis pengelolaan limbah dan akuisisi terbaru yang menambah kontribusi EBITDA sebesar USD3,7 juta.

Langkah ini, menurut perusahaan, menunjukkan komitmen pada keberlanjutan dapat berjalan selaras dengan performa keuangan yang solid. Dengan manajemen yang tepat, diharapkan inisiatif hijau ini akan terus memperkuat EBITDA serta menjaga stabilitas arus kas perusahaan.

Komitmen TOBA terhadap praktik berkelanjutan terlihat dari fokus mereka pada kendaraan listrik, energi terbarukan, dan pengelolaan limbah. Selama sembilan bulan pertama 2024, perusahaan telah mencapai beberapa target penting di sektor hijau.

Unit kendaraan listrik roda dua TOBA, Electrum, berhasil merilis 3.010 unit kendaraan di Jakarta, naik empat kali lipat dari akhir 2023. Untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik, TOBA juga telah memasang 230 stasiun penukaran baterai di berbagai lokasi. Model baru Electrum, H3i, ditujukan untuk konsumen dengan berbagai pilihan warna dan fitur kenyamanan, sementara tipe H1 didesain khusus untuk kebutuhan bisnis dengan kapasitas baterai ganda dan jarak tempuh lebih jauh.

Di bidang energi terbarukan, TOBA menandatangani Perjanjian Pembelian Listrik (PPA) pada Februari 2024 untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung di Batam, yang menandai tahap pendanaan pada 8 Oktober. Proyek ini, yang ditargetkan berkapasitas 46 MWp, dijadwalkan beroperasi penuh pada kuartal keempat 2025.

Langkah ini, menurut perusahaan, memperkokoh posisi mereka di sektor energi terbarukan dan memberikan kepercayaan pada para pemangku kepentingan terhadap visi jangka panjang mereka.

Namun, seiring fokus pada energi hijau, TOBA juga mengambil keputusan besar dengan menjual dua aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas total 200 MW, yaitu di PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP).

Direktur TOBA, Juli Oktarina, mengatakan divestasi ini adalah bagian dari strategi mempercepat transisi menuju bisnis berkelanjutan dan mendukung target netralitas karbon 2030. Dana hasil penjualan aset akan dialokasikan untuk investasi di sektor hijau, memperkuat modal, serta pembelian kembali saham untuk memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.

Ringkasan Kuartal Terbaru

Mengutip data RTI Business, TOBA mencatat kinerja keuangan dan fundamental yang cukup solid pada kuartal ketiga 2024. Dengan akhir tahun fiskal pada Desember, perusahaan ini memiliki saham beredar sebanyak 8,17 miliar dan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp4,61 triliun. Saat ini, saham TOBA berada pada indeks 29,7.

Fundamental Keuangan

  • Penjualan dan Aset: TOBA mencatatkan penjualan sebesar Rp5,10 triliun, sementara total asetnya mencapai Rp14,11 triliun. Ini menunjukkan perusahaan memiliki kapasitas aset yang besar untuk mendukung operasi dan investasi di masa depan.
  • Liabilitas dan Ekuitas: TOBA memiliki kewajiban sebesar Rp7,23 triliun, yang cukup besar namun didukung oleh ekuitas Rp5,47 triliun. Ini menunjukkan tingkat utang yang masih bisa dikelola dengan modal yang dimiliki.
  • Arus Kas dan Pengeluaran: TOBA memiliki arus kas sebesar Rp1,60 triliun, yang menunjukkan kinerja operasional yang sehat. Belanja modal (CapEx) tercatat Rp231,95 miliar, sementara pengeluaran operasional (OpEx) sebesar Rp540,34 miliar.
  • Keuntungan Operasional dan Bersih: TOBA mencatat laba operasional Rp645,56 miliar dan laba bersih Rp527,35 miliar, menunjukkan kinerja keuangan yang menguntungkan.

Valuasi

  • Dividend Yield: TOBA memberikan imbal hasil dividen sebesar 2,25 persen, yang cukup menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif dari saham.
  • Rasio Penilaian: Price Earnings Ratio (PER) sebesar 6,56 kali, Price Sales Ratio (PSR) 0,68 kali, Price Book Value Ratio (PBVR) 0,84 kali, dan Price Cash Flow Ratio (PCFR) 2,16 kali. Rasio-rasio ini menunjukkan bahwa saham TOBA dihargai dengan valuasi yang relatif wajar, bahkan cenderung undervalued jika dibandingkan dengan potensi keuangannya.

Profitabilitas

  • Dividen dan Margin: Rasio Pembayaran Dividen (DPR) mencapai 14,75 persen, yang berarti sebagian laba dialokasikan untuk dividen. Gross Profit Margin (GPM) sebesar 23,27 persen, menunjukkan efisiensi biaya produksi yang baik. Operating Profit Margin (OPM) di angka 12,67 persen dan Net Profit Margin (NPM) 10,35 persen, menandakan laba bersih yang sehat.
  • Return: TOBA menghasilkan laba atas ekuitas (ROE) sebesar 12,85 persen dan laba atas aset (ROA) 4,99 persen. Ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup efisien dalam memanfaatkan modal dan aset untuk menghasilkan laba.

Likuiditas

  • Rasio Likuiditas: Debt Equity Ratio (DER) sebesar 132,10 persen, yang menunjukkan tingkat utang yang cukup tinggi namun masih dalam batas yang aman. Cash Ratio sebesar 51,43 persen, Quick Ratio 166,01 persen, dan Current Ratio 184,04 persen. Rasio ini mengindikasikan bahwa TOBA memiliki cukup likuiditas untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.(*)