Scroll untuk baca artikel
Headline

Prospek Ekonomi Global Era Trump: Stimulus Fiskal dan Inflasi yang Meroket

×

Prospek Ekonomi Global Era Trump: Stimulus Fiskal dan Inflasi yang Meroket

Sebarkan artikel ini
donald trump 1
HARGA MINYAK DUNIA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2024 berpotensi Presiden Donald Trump selalu memiliki kebijakan yang keras terhadap ekonomi global. (Foto: Getty Images)

KABARBURSA.COM – Prospek ekonomi global di era Donald Trump semakin jelas terlihat. Kemenangan Trump dalam pemilihan Presiden AS dan dominasi Partai Republik di Kongres menandakan bahwa fokus utama kebijakan ekonomi akan berpusat pada stimulus fiskal.

Sementara itu, Federal Reserve tetap konsisten dengan rencananya untuk memotong suku bunga sebesar 125 basis poin dalam setahun ke depan.

Kombinasi antara kebijakan fiskal yang ekspansif dan kebijakan moneter yang lebih longgar ini memiliki dampak yang signifikan terhadap pasar finansial global.

Pemerintahan Trump diproyeksikan akan mengimplementasikan serangkaian kebijakan fiskal ekspansif, termasuk pemotongan pajak korporasi, perpanjangan pemotongan pajak pribadi, serta deregulasi untuk menurunkan biaya operasional bisnis.

Hal ini dirancang untuk menstimulasi perekonomian yang sudah kuat, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 3 persen.

Di sisi lain, kebijakan Federal Reserve yang lebih longgar dengan penurunan suku bunga, bertujuan untuk mencegah perlambatan ekonomi.

Sebab, ada kekhawatiran bahwa kenaikan angka pengangguran pada musim panas lalu dapat menjadi sinyal awal dari siklus penurunan ekonomi.

Namun, data ekonomi AS menunjukkan hal sebaliknya. Tingkat pengangguran yang sempat mencapai 4,3 persen kini telah turun menjadi 4,1 persen.

Sementara, Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh sebesar 2,8 persen di kuartal ketiga, didorong oleh konsumsi pribadi yang tumbuh 3,7 persen secara tahunan.

Meskipun kebijakan ini memberikan prospek ekonomi yang kuat dalam jangka pendek, ada risiko bahwa inflasi akan tetap tinggi di atas target Federal Reserve sebesar 2 persen.

Kebijakan fiskal yang ekspansif, terutama dengan defisit anggaran yang terus membengkak, berpotensi mendorong inflasi lebih tinggi lagi.

Selain itu, kebijakan tarif perdagangan yang agresif, termasuk ancaman tarif hingga 60 persen untuk barang impor dari China, dapat memperburuk situasi inflasi dengan menaikkan harga barang impor.

Dampak pada Pasar Saham, Obligasi, dan Mata Uang