Scroll untuk baca artikel
Makro

Ogah Latah, BI akan Lebih Cermat Turunkan Suku Bunga

×

Ogah Latah, BI akan Lebih Cermat Turunkan Suku Bunga

Sebarkan artikel ini
MGL5329 11zon
SUKU BUNGA BI - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di angka 6 persen. (Foto: Abbas Sandji/Kabar Bursa)

KABARBURSA.COM – CEO Citi Indonesia Batara Sianturi memprediksi The Fed bakal menurunkan suku bunga acuan pada bulan Desember sebesar 50 basis point. Penurunan suku bunga ini, kata dia, tidak dapat menjadi acuan apakah Bank Indonesia (BI) bakal segera turunkan suku bunga.

“Kami belum memprakirakan BI akan mengeluarkan suku bunga lagi karena rapat dewan gubernur BI pada bulan Desember 2024 tanggalnya sama dengan The Fed. BI mungkin masih akan menunggu reaksi pasar, terutama reaksi kurva US Treasury sebelum menyesuaikan suku bunga acuan,” kata Batara beberapa waktu lalu.

Kendati demikian, ia mengaku optimistis jika The Fed bakal tetap menurunkan suku bunga acuan lagi sebesar 50 basis poin meski market pricing masih di angka 25 basis poin.

Penurunan ini, kata dia, cepat atau lambat bakal diikuti oleh penurunan suku bunga sehingga dapat menciptakan produksi yang lebih kondusif untuk perbankan dalam hal likuiditas, level of interest rate dan daya beli untuk kredit konsumtif.

“Kita juga cukup melihat bahwa kredit konsumptif masih double digit pertumbuhannya. Sehingga mudah-mudahan dengan penurunan suku bunga ini diikuti dari penurunan lagi 50 basis point daripada The Fed di bulan Desember akan menciptakan lagi kondusif begitu Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga mungkin di tahun 2025,” jelasnya.

BI Rate Turun Perlahan

Sementara itu, Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman menilai terjadi ketidakpastian tinggi terhadap kelangsungan arus modal asing ke pasar obligasi Indonesia.

“Ini sebenarnya tidak hanya mempengaruhi Indonesia tapi juga mempengaruhi emerging markets secara umum. Jadi walaupun Citi Indonsia berpandangan bahwa Federal Reserve Rate atau seumpungnya kebijakan di Amerika ini masih bisa turun di bulan Desember, namun kurva imbal hasil U.S. Treasury, kurva imbal hasil obligasi negara Amerika Serikat itu belum tentu ikut turun,” kata Helmi.

Menurutnya, ekspektasi pasar global terkait dengan kebijakan tarif dari Trump dapat menaikkan inflasi di AS sehingga kenaikan ekspektasi inflasi menahan turunnya kurva imbal hasil US Treasury.

Helmi juga mengungkapkan bahwa ada risiko pengenaan tarif tingi terhadap China ini juga bisa mengakibatkan devaluasi nilai Yuan. Menurutnya, yuan merupakan jangkar bagi nilai tukar negara-negara emerging markets.