Scroll untuk baca artikel
Makro

Pasar Respon Dingin Rencana Pemangkasan Suku Bunga The Fed

×

Pasar Respon Dingin Rencana Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Sebarkan artikel ini
jerome powel
Kepala The Fed Jerome Powell (Foto: Reuters)

KABARBURSA.COM – Para pelaku pasar global tampaknya tidak menyambut dengan antusias rencana pemangkasan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve (The Fed) yang akan dilakukan oleh Ketua Jerome Powell.

Meskipun penurunan suku bunga seharusnya dapat memberikan sentimen positif bagi pasar negara berkembang, seperti Indonesia, kenyataannya dampak tersebut justru terkesan minim. Begitu disampaikan pengamatan Global Markets Strategist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto.

Myrdal menjelaskan, bahwa meskipun secara teori suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong aliran investasi ke pasar negara berkembang, realitasnya pernyataan Powell malah memberikan reaksi yang kurang baik di kalangan investor.

“Seharusnya, ini menjadi sentimen positif. Tetapi faktanya, dampaknya lebih terbatas, bahkan kurang baik,” kata Myrdal kepada Kabarbursa.com, Senin, 18 November 2024.

Pernyataan Jerome Powell tentang pemangkasan suku bunga yang lebih hati-hati dan bertahap dalam beberapa bulan mendatang, disebabkan oleh kondisi inflasi yang masih menunjukkan ketahanan, telah memicu reaksi beragam. Dalam pidatonya di Dallas pada 14 November 2024, Powell menegaskan bahwa inflasi AS sudah mendekati target 2 persen dan ekonomi AS saat ini cukup kuat untuk memungkinkan penurunan suku bunga dilakukan secara perlahan.

“Ekonomi tidak memberikan sinyal bahwa kita harus terburu-buru menurunkan suku bunga,” ujar dia.

Namun, ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed justru mengalami penurunan.

Sebelumnya, pasar mengantisipasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember mendatang. Tetapi, setelah komentar Powell, peluang ini menurun menjadi 59 persen dari sebelumnya 83 persen.

Para ekonom kini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga dua kali pada tahun 2025, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang menyebutkan empat kali pemangkasan.

Suku bunga acuan yang diputuskan oleh The Fed memiliki dampak besar terhadap berbagai jenis pinjaman, seperti hipotek, kredit mobil, dan kartu kredit. Namun, pergerakan suku bunga juga dipengaruhi oleh proyeksi inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden baru-baru ini, misalnya, telah mendorong kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, mencerminkan ekspektasi pasar terhadap potensi inflasi yang lebih tinggi, defisit anggaran yang lebih besar, dan tarif impor yang lebih agresif.

Powell juga menanggapi kemungkinan inflasi yang masih sedikit berada di atas target 2 persen dalam beberapa bulan ke depan, namun dia menegaskan bahwa inflasi akan turun meski dengan proses yang tidak selalu mulus.

Salah satu elemen penting yang ditekankan Powell adalah independensi The Fed dalam menentukan kebijakan moneter. Dalam beberapa kesempatan, Trump mengkritik The Fed karena dianggap tidak cukup agresif dalam menurunkan suku bunga, bahkan pernah mengancam untuk memecat Powell dan menyatakan bahwa presiden seharusnya memiliki pengaruh lebih besar terhadap kebijakan suku bunga.

Di tengah ketegangan politik tersebut, ketidakpastian mengenai kebijakan The Fed ke depan semakin besar. Presiden cabang Fed Dallas Lorie Logan, menyatakan bahwa keputusan untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

“Jika kita menurunkan terlalu jauh, inflasi bisa kembali naik dan Fed mungkin harus berbalik arah,” ujar Lorie.

Oleh karena itu, kebijakan moneter yang lebih berhati-hati menjadi pilihan, meskipun dalam praktiknya dapat memberikan sinyal yang ambigu bagi pasar.

Selain kritik dari Trump, dukungan untuk mengurangi independensi The Fed juga datang dari tokoh berpengaruh di dunia teknologi, seperti Elon Musk.

CEO Tesla dan SpaceX ini menunjukkan persetujuannya terhadap seruan Senator Mike Lee untuk membuat The Fed berada di bawah kendali presiden. Dalam tanggapannya terhadap postingan Senator Lee, Musk memberikan emoji “100” yang menunjukkan persetujuannya terhadap gagasan tersebut.

Sementara Lee menambahkan tagar “#EndtheFed” di akhir postingannya.

Perseteruan antara Trump dan Powell mengenai kebijakan suku bunga dan independensi The Fed semakin memanas. Pada 8 November 2024, Powell menegaskan bahwa dia tidak akan mengundurkan diri jika diminta oleh Trump.

Sebagai bank sentral AS, The Fed memang memiliki independensi yang sudah menjadi tradisi dalam pembuatan kebijakan moneter, terlepas dari tekanan politik yang datang dari berbagai pihak.

Suku bunga The Fed dan keputusan Jerome Powell mengenai pemangkasan yang lebih hati-hati semakin memicu ketegangan di pasar global. Meskipun penurunan suku bunga seharusnya menjadi kabar baik untuk pasar negara berkembang, kenyataannya, sentimen pasar terhadap keputusan ini justru terkesan minim.

Selain itu, ketidakpastian politik yang melibatkan kritik terhadap independensi The Fed, baik dari Trump maupun tokoh-tokoh lain seperti Elon Musk, semakin memperburuk situasi. Dalam konteks ini, investor harus menghadapi tantangan untuk menilai sejauh mana kebijakan The Fed akan berdampak terhadap ekonomi AS dan pasar global dalam beberapa bulan mendatang.(*)