“Garuda menjadi bagian dari terwujudnya harapan jamaah yang bertahun-tahun tertanam dengan cara menabung. Untuk itu, berikan layanan terbaik bagi mereka, dan Garuda dengan segala pengalaman dan kapabilitasnya, tentu bisa,” ujar Herry saat dihubungi di Jakarta, 14 Juli.
Herry menyarankan agar Garuda Indonesia menyiapkan semacam “Gugus Tugas” atau tim khusus pada setiap musim haji, dan jika perlu, melibatkan pihak eksternal.
“Misalnya dalam tim itu, selain orang-orang terbaik dari Garuda, antara lain bisa melibatkan perwakilan Indonesia di Arab Saudi, seperti Kedubes maupun Konjen,” tambahnya.
Menurut Herry, musim haji bagi masyarakat Indonesia adalah peristiwa yang mendapatkan perhatian sangat besar, sehingga perlu perhatian serius terhadap perjalanan dan layanan jamaah haji. Garuda Indonesia, sebagai BUMN penerbangan yang berpengalaman dalam menerbangkan jamaah haji Indonesia, diharapkan dapat mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya.
“Masyarakat melihat layanan Garuda Indonesia seperti halnya layanan yang diberikan oleh pemerintah karena merupakan satu-satunya maskapai penerbangan Indonesia yang melayani jamaah haji dan merupakan perusahaan BUMN. Jadi dalam layanan Garuda, melekat juga reputasi pemerintah,” jelasnya.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menegaskan bahwa pihaknya terus mengintensifkan berbagai langkah mitigasi dalam mengoptimalkan kelancaran penerbangan haji untuk memastikan fokus keselamatan penerbangan dapat terus terjaga. Ia juga mengakui adanya beberapa catatan krusial terkait keterlambatan penerbangan pada keberangkatan sejumlah kloter dari beberapa embarkasi, yang salah satunya disebabkan oleh penyesuaian jadwal penerbangan.
Berdasarkan data Garuda Indonesia, kinerja ketepatan waktu (OTP) Garuda pada fase keberangkatan haji 2024 sebesar 80 persen, dengan 32 persen penerbangan tepat waktu, 21 persen mengalami penundaan, dan 47 persen berangkat lebih awal. Secara umum, 86 persen penundaan disebabkan oleh faktor operasional dan 14 persen disebabkan oleh faktor teknis armada.
Pada fase pemulangan haji, data Garuda Indonesia per 3 Juli 2024 menunjukkan bahwa tingkat ketepatan waktu Garuda sebesar 71 persen, dengan 44 persen penerbangan tepat waktu, 29 persen terlambat, dan 28 persen berangkat lebih awal.
Dengan pengalaman dan kapabilitas yang dimiliki, Garuda Indonesia diharapkan terus meningkatkan layanan dan menjaga reputasi sebagai BUMN yang dipercaya untuk melayani jamaah haji Indonesia.
Penerbangan Terlambat
Direktur Layanan Haji Dalam Negeri, Saiful Mujab, mencatat tingginya tingkat keterlambatan penerbangan Garuda Indonesia selama proses pemulangan jemaah haji Indonesia. Proses ini telah berlangsung sejak 22 Juni 2024.
Selama seminggu fase pemulangan, sebanyak 58 kloter telah diberangkatkan menuju Tanah Air oleh Garuda Indonesia. Namun, dari jumlah tersebut, 32 kloter mengalami keterlambatan signifikan yang tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
“Kami mencatat bahwa 32 kloter mengalami keterlambatan penerbangan, yang terbagi menjadi tiga kategori berbeda,” tegas Saiful Mujab di Madinah pada Sabtu 29 Juni 2024.
Dari keterangan Saiful Mujab, kategori pertama mencakup keterlambatan lebih dari dua jam, termasuk delapan kloter dari Jeddah dan Madinah. Salah satu contoh yang mencolok adalah kloter 3 Embarkasi Kualanamu (KNO 03) yang mengalami delay hingga 12 jam 30 menit tanpa pemberitahuan yang memadai.
“Situasi ini sangat mempengaruhi proses sistemik, terutama terkait penggunaan hotel transit yang harus menampung jemaah berikutnya,” ungkap Saiful Mujab.
Kategori kedua mencatat keterlambatan antara 1 hingga 2 jam untuk 15 kloter, sementara kategori ketiga mencatat keterlambatan dalam rentang 30 hingga 60 menit untuk sembilan kloter.
“Dengan 32 dari total 58 kloter mengalami keterlambatan, ini mencerminkan prosentase lebih dari 50 persen dari keseluruhan,” tambah Saiful Mujab.
Fokus Perbaikan
Saiful Mujab berharap agar Garuda Indonesia dapat fokus pada perbaikan kinerja mereka untuk sisa proses pemulangan jemaah haji Indonesia. Dia menekankan pentingnya memastikan kesiapan pesawat dan kru penerbangan untuk menghindari terulangnya masalah keterlambatan.
“Kami berharap agar Garuda Indonesia dapat meningkatkan layanan kepada jemaah haji dengan memastikan ketepatan jadwal penerbangan,” pungkasnya.
Untuk informasi lebih lanjut, proses pemulangan jemaah haji dimulai pada 22 Juni dengan kloter pertama dari Embarkasi Surabaya (SUB 01) dan kloter kedua dari Embarkasi Solo (SOC 02) dari Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.
Pemulangan jemaah haji gelombang pertama dari Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah akan berlangsung hingga 3 Juli 2024, diikuti oleh gelombang kedua melalui Bandara AMAA Madinah dari 4 hingga 21 Juli 2024.
Padahal pada medio Mei 2024 lalu, Kementerian Agama (Kemenag) mengirimkan protes keras kepada Maskapai Garuda Indonesia terkait penundaan penerbangan jamaah calon haji kelompok terbang (Kloter) Solo 41 (SOC-41).
SOC-41 seharusnya berangkat pukul 07.40 WIB. Saat itu, jamaah sudah berada di lokasi fastrack Bandara Solo. Namun, karena pesawat mengalami kerusakan mesin dan perbaikannya memakan waktu lama, jamaah terpaksa dikembalikan ke asrama haji.