KABARBURSA.COM – Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) yang di rilis pada awal tahun 2024, tercatat sebanyak 84,84 juta orang yang menjadi peserta asuransi. Data itu menunjukkan adanya peningkatan tipis sebesar 0,5 persen dari tahun 2022 sebanyak 84,40 juta orang.
Yuliana Sungkono, salah seorang agen asuransi, mengungkap mayoritas masyarakat Indonesia tidak terdaftar dalam program asuransi jiwa. Dari total keseluruhan masyarakat Indonesia, kata Yuliana, hanya sekitar 5 persen yang terdaftar sebagai peserta asuransi jiwa.
Jika dibandingkan negara-negara maju, kata Yuliana, kesadaran proteksi masyarakat Indonesia sangat jauh tertinggal. Padahal, asuransi memberi proteksi kesehatan bagi para peserta yang mengikutinya. Bahkan, kata dia, tak jarang produk asuransi menyelamatkan finansial pesertanya di berbagai kondisi yang menjepit.
“Kalau misalnya masyarakat Indonesia semua punya insurance, ketika orang tua meninggal tiba-tiba, anaknya masih bisa sekolah loh dari asuransi. Kenapa penduduk ini belum memikirkan hal seperti itu?” kata Yuliana dikutip dari Channel YouTube Cuan Gen dalam talkshow Big Idea berjudul Asuransi, Si Penolong Kebebasan Finansial, Minggu, 21 Juli 2024.
Berkaca pada pengalaman hidupnya, Yuliana mengaku sempat merasakan manfaat dari produk asuransi yang dibelinya. Kala itu, dia membeli salah satu produk asuransi untuk memproteksi kesehatan sang ibu.
Ketika sang ibu dilarikan ke rumah sakit akibat satu penyakit kronis, tutur Yuliana, seketika beban pengeluarannya menumpuk untuk menanggung biaya perawatan. Begitu sang ibu dinyatakan meninggal dunia, Yuliana merasa sangat terbantu dengan produk asuransi yang diklaimnya untuk menanggung biaya pengobatan.
“Ini benar-benar benefitnya (produk asuransi) kalau kita bisa punya asuransi. Karena kejadian itu tidak bisa kita duga. Itulah yang membuka mindset saya,” ungkap Yuliana.
Meski kesadaran proteksi jiwa penting, Yuliana mengaku tidak mudah menawarkan produk asuransi kepada masyarakat Indonesia. Tak jarang, Yuliana justru mendapati cibiran dari para calon konsumennya.
“Asuransi kenapa harus ditakuti ya? Maksudnya, asuransi ini benar-benar menolong orang. Karena manusia itu nggak mungkin namanya terhindar dari risiko kematian, sakit, kecelakaan. Itu enggak mungkin terhindar,” jelasnya.
Asuransi Bisnis Prospektif
Berkecimpung sebagai agen asuransi selama 25 tahun, Yuliana menilai, bisnis asuransi memiliki tujuan awal yang mulia, yakni menawarkan proteksi bagi keluarga Indonesia. Bisnis asuransi juga dinilai sangat prospektif mengingat masih rendahnya kesadaran masyarakat akan asuransi jiwa.
Berdasarkan catatan AAJI, industri asuransi pada kuartal pertama tahun 2024 mengalami peningkatan pendapatan dua digit, yakni 11,7 persen atau sebesar Rp60,71 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 sebesar Rp54,36 triliun.
AAJI mencatat, jumlah pendapatan industri asuransi didorong oleh pendapatan premi sebesar Rp46 triliun di kuartal I 2024. Angka tersebut meningkat 0,9 persen jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2023.
“Bisnis ini bisnis yang oportunity-nya besar sekali karena baru 5 persen orang yang punya asuransi, 95 persen yang belum,” jelasnya.
Sebagai agen asuransi, Yuliana juga mengaku banyak menerima keuntungan. Meski memiliki target yang besar, Yuliana memandang wajar lantaran pendapatan yang diterimanya cukup menjanjikan.
Dia juga menyebut, seorang agen asuransi berkesempatan untuk menimba pengalaman baru di luar negeri dengan catatan mampu memenuhi target yang ditetapkan perusahaan. Di sisi lain, Yuliana juga menyebut seorang agen asuransi juga memiliki waktu yang tergolong fleksibel.
“Kenapa saya pilih pekerjaan ini (bisnis arusansi), karena memang saya mau banyak waktu untuk anak saya tapi saya mau punya income buat anak saya,” jelasnya.
“Walaupun orang bilang bisnis asuransi itu sangat susah, menurut saya tergantung mindset kamu. Awal-awal sih sangat susah, menangis sampai saya ditolak orang, 10 orang yang saya prospek, yang mau cuma satu,” tambahnya.
Yuliani juga melihat kecenderungan baru masyarakat yang mulai menerima berbagai produk asuransi jiwa. Dia sendiri merasakannya pada saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
“Waktu jaman Covid-19 saya merasa dibutuhkan banget. Itu yang saya melihat jaman Covid-19, orang itu, manusia itu, ketika sudah merasa terancam hidupnya, baru dia ingat namanya asuransi,” ungkapnya.
Lebih jauh, Yuliana juga meminta para peserta yang merasakan manfaat asuransi untuk membagi pengalamannya. Hal itu dinilai perlu untuk memutus stigma buruk perusahaan asuransi yang menolak membayarkan klaim kepada pesertanya.
“Saya 25 tahun di asuransi, perusahaan asuransi sampai tidak membayar klaim, pasti dia menemukan bukti. Artinya apa? Banyak nasabah ketika masuk, dia enggak ngomong jujur waktu declair. Waktu dia sakit, dia marah-marah katanya enggak dibayar,” jelasnya.
“Nasabah-nasabah yang merasa, ‘saya merasa tertolong dengan adanya masuk asuransi’, tolonglah maksudnya ngomong jujur ke orang-orang sekitar bahwa asuransi itu bagus sekali loh. Penting gitu loh, jadi jangan melihat yang jeleknya. Banyak orang yang sangat-sangat tertolong dengan membeli asuransi,” tutupnya. (and/*)