Scroll untuk baca artikel
Makro

Pemerintah Bilang Bisnis Industri Bus Listrik Cerah

×

Pemerintah Bilang Bisnis Industri Bus Listrik Cerah

Sebarkan artikel ini
MGL3823 11zon
Electric Bus. foto: KabarBursa/Abbas Sandji

KABARBURSA.COM – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan bahwa industri bus dalam negeri memiliki prospek yang cerah untuk memperkuat daya saing dan meningkatkan nilai tambah ekonomi (EVA).

“Industri bus memiliki prospek yang sangat menjanjikan pada tahun 2024, ini merupakan kabar baik bagi para pelaku usaha bus di Indonesia,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Putu Juli Ardika di Jakarta, Senin 22 Juli 2024.

Ia mencatat penjualan keseluruhan bus nasional dari pabrik ke diler naik 140 persen secara tahunan (yoy) menjadi 6.227 unit pada 2023.

Di saat yang sama, penjualan ritel bus dari diler ke konsumen nasional juga tumbuh 59 persen secara tahunan (yoy) menjadi 5.369 unit.

Pertumbuhan yang pesat ini membuka peluang besar bagi pengembangan bisnis di sektor bus.

Putu menambahkan, kreativitas dan desain karoseri bus buatan Indonesia adalah salah satu yang terbaik di dunia dan diakui secara global karena harga yang kompetitif.

“Bus produksi karoseri Indonesia juga telah diterima di beberapa negara tujuan ekspor,” katanya.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa Kemenperin konsisten mendorong kinerja sektor industri otomotif di dalam negeri, termasuk peningkatan pasar dan penjualan mobil domestik.

Industri otomotif merupakan salah satu sektor prioritas pengembangan karena memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

Industri alat angkut menjadi motor utama pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) industri pada tahun 2023 dengan pertumbuhan 7,63 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sektor industri secara keseluruhan. Pertumbuhan ini tidak lepas dari kontribusi sektor otomotif, ujar Putu.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa insentif pajak penjualan barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP) dapat menjadi solusi untuk mengatasi stagnasi pasar mobil dan mendorong penjualan.

Menurutnya, insentif fiskal tersebut berhasil meningkatkan penjualan kendaraan dalam negeri sebanyak 113 persen dalam periode Maret-Desember 2021, serta pada Januari-Mei 2022, program ini sukses meningkatkan penjualan hingga 95 ribu unit.

Menyasar Perusahaan Otobus

Pemerintah sedang gencar sosialisasikan serta kampanye terkait mobil listrik yang diklaim ramah lingkungan. Kampanye tersebut juga menyasar operator angkutan penumpang, termasuk bus perkotaan dan ke depannya juga akan menyasar Perusahaan Otobus (PO) yang melayani trayek AKAP dan pariwisata.

Namun, hingga saat ini hanya Transjakarta yang berani mengoperasikan bus listrik. Sementara di trayek yang lebih jauh seperti AKAP dan PO pariwisata belum berminat beralih menggunakan bus listrik karena berbagai faktor.

Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan menilai, bus listrik belum cocok digunakan untuk melayani rute-rute jauh.

“Rasanya bus listrik tidak kompatibel untuk bus AKAP dan  pariwisata, mengingat jarak tempuh bus di atas 300 km dan masa charging membutuhkan waktu cukup lama,” kata pria yang akrab disapa Sani itu kepada  Kabar Bursa, Selasa, 4 Juni 2024.

Jarak tempuh bus listrik, kata Sani, bakal jadi kendala besar bagi PO yang melayani rute AKAP dan pariwisata. Menurutnya, baterai bus listrik belum ada yang mampu menjangkau rute-rute jauh.

Jika baterai bus harus diisi daya, waktu yang dibutuhkan cukup lama dan bisa berjam-jam. PO bus tidak mungkin menyuruh penumpang menunggu berjam-jam hanya untuk mengisi baterai. Selain itu, hingga saat ini fasilitas isi daya kendaraan listrik hanya untuk kendaraan kecil dan bukan bus.

“Infrastruktur power charging untuk kendaraan besar belum siap, baru untuk kendaraan kecil itu pun baru beberapa saja ketersediaannya,” ungkapnya.

Keterbatasan fasilitas dan belum ada bus listrik yang punya daya jelajah yang jauh menjadi penghalang bus AKAP dan pariwisata untuk beralih ke bus listrik.

Sani mengungkapkan, masalah lain yang belum terpecahkan untuk bus listrik adalah barang bawaan penumpang yang masuk ke dalam bus. Ada perbedaan barang bawaan penumpang bus kota dengan bus AKAP.

Realisasi Perpindahan Bus

Penumpang bus AKAP dan pariwisata lebih banyak membawa barang bawaan ketika melakukan perjalanan. Bahkan kerap ditemui ada bus yang mengangkut motor di dalam bagasi bus.

“Hal lainnya untuk bus pelayanan ini butuh space bagasi untuk barang penumpang dimana bus listrik butuh tempat untuk menaruh baterai cukup banyak,” jelasnya.

Kendala realisasi perpindahan dari bus konvensional ke bus listrik adalah biaya yang harus dikeluarkan pengusaha PO untuk investasi bus listrik. “Harga investasi bus juga sangat mahal sementara tarif tiket atau sewa bus cukup kompetitif,” kata Sani.

Bahkan, ia juga belum tertarik membandingkan skema tarif antara penggunaan bus listrik dibandingkan dengan konvensional. “Kami rasa belum perlu membuat perbandingan sehubungan dengan kemampuan tempuh batarai dan charging time-nya masih belum mumpuni,” katanya.

Masalah lain yang harus diselesaikan, lanjut Sani, adalah mekanik di masing-masing PO. Karena, setiap PO pasti memiliki mekanik pribadi untuk menangani masalah teknis dan melakukan perawatan berkala semua armada. Sementara mekanik di masing-masing PO harus bisa mengejar teknologi terbaru bus listrik terbaru.

“Pastinya SDM harus ada penyesuaian lagi mulai dari mekanik untuk perawatan sampai ke penegemudi untuk mengendarai busnya,” ujarnya.

Sani menuturkan, berbagai kendala yang bakal ditemui ketika berusaha beralih dari konvensional ke listrik membuat anggota IPOMI yang lain belum tertarik untuk investasi bus listrik. Karena, menurut dia, kemungkinan bus listrik dapat digunakan untuk mengatasi jarak jauh masih kecil.