KABARBURSA.COM – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat Indonesia mampu mendulang transaksi sebesar 2,5 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp40,5 miliar dalam pameran suku cadang kendaraan di Meksiko.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Meksiko Cheppy Triprakoso Wartono mengatakan, keikutsertaan Indonesia dalam Expo INA PAACE Automechanika 2024 pada 10-12 Juli, merupakan salah satu upaya strategis dari Pemerintah untuk terus mendorong penetrasi produk suku cadang kendaraan bermotor ke Meksiko.
“Partisipasi Indonesia perlu dilakukan secara konsisten untuk menjaga momentum penetrasi produk komponen kendaraan bermotor Indonesia yang semakin merambah pasar Meksiko,” ujar Cheppy melalui keterangan di Jakarta, Sabtu.
Cheppy mengatakan, pameran tersebut menjadi tempat bertemu dan membangun jejaring produsen barang manufaktur Indonesia dengan para pembeli, importir, dan distributor di Meksiko.
Ia mengharapkan hasil positif keikutsertaan dalam pameran, karena produk otomotif merupakan unggulan ekspor nomor satu Indonesia ke Meksiko.
“Kesempatan ini harus dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para peserta untuk mempromosikan produk manufaktur Indonesia yang berkualitas tinggi. Terlebih, Indonesia dapat menjadikan Meksiko sebagai pintu masuk ke pasar sekitar, khususnya kawasan Amerika Utara dan Selatan,” katanya.
Wakil Kepala Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Mexico City Kunardhi Saroso menyebut tren permintaan produk kendaraan bermotor dan komponen buatan Indonesia di Meksiko yang semakin meningkat.
Saat ini Meksiko memiliki jumlah populasi sekitar 128,5 juta orang dengan nilai pasar otomotif tercatat lebih dari 121,7 miliar dolar AS atau setara Rp1,99 triliun.
Ia mencontohkan, semakin banyaknya mobil kecil multifungsi (multi-purpose vehicle/MPV) buatan Indonesia yang beredar di Meksiko. Menurutnya, hal ini menunjukkan besarnya peluang pasar mobil MPV Indonesia ke Meksiko.
“Sejak 2019, MPV buatan Indonesia semakin banyak beredar luas di Meksiko. Hal ini menunjukkan besarnya peluang bagi produsen komponen kendaraan bermotor Indonesia untuk memasarkan produk mereka, baik produksi Original Equipment Manufacturer (OEM) maupun produksi pihak ketiga (aftermarket),” kata Kunardhi.
Impor produk otomotif Meksiko dari dunia terus mengalami peningkatan dan menunjukkan tren positif. Pada 2023, impor produk otomotif Meksiko tercatat sebesar 156,5 miliar dolar AS, tumbuh 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal ini juga sejalan impor otomotif Meksiko dari Indonesia pada 2023 yang mencatatkan nilai sebesar 672,20 juta dolar AS, naik 96,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Komponen Lokal
Para pengamat menyebut industri otomotif bakal terkena dampak akibat lesunya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Pengamat otomotif, Bebin Djuana mengatakan pelemahan rupiah bisa membuat pabrikan dengan terpaksa menaikan harga barang.
“Terpaksa pabrikan harus menaikan harga. Dalam kondisi kompetisi pasar yang sangat ketat tentu hal ini sangat menyulitkan,” kata Bebin kepada Kabar Bursa, Kamis 18 April 2024.
Bebin melihat hal tersebut Semacam buah simalakama. Akan tetapi menurut dia, menaikan harga tidak perlu terjadi serta merta, tergantung stock parts yang tersedia.
“Karena komponen dipesan tiga-enam bulan sebelum produksi . Berita kurang sedapnya komponen lokal (local content) tidak terbebas dari kenaikan harga karena bisa dipengaruhi harga bahan baku yang di import,” jelas dia.
Jika kondisi tersebut benar-benar harus terjadi (kenaikan harga secara bertahap), kata Bebin, tentu bisa berdampak negatif pada penjualan nasional.
Senada dengan Bebin, pengamat otomotif lainnya, Yannes Martinus Pasaribu mengatakan pelemahan rupiah cukup berdampak terhadap ekosistem bisnis otomotif Indonesia.
Hal tersebut dikatakan Yannes dikarenakan Indonesia masih banyak menggunakan komponen impor, seperti mesin, suku cadang, dan bahan baku.
“Pelemahan rupiah akan membuat harga komponen impor menjadi lebih mahal, sehingga berimbas pada biaya produksi,” ujarnya kepada Kabar Bursa, Kamis 18 April 2024.
Yannes menilai kondisi itu bisa menimbulkan harga kendaraan kembali naik. Padahal, lanjut dia, harga baru saja naik pada Januari-Februari kemarin.
Sebelumnya diberitakan, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani, menyebut pelemahan nilai tukar rupiah sudah pasti akan memberikan dampak negatif terhadap industri manufaktur nasional.
Shinta mengatakan 70 persen dari total impor nasional adalah impor bahan baku atau penolong industri. Menurut dia, hal ini akan naik menjadi 80 persen jika ditambah dengan impor barang modal.
“Jadi dampak terhadap kenaikan overhead cost usaha industri manufaktur akan sangat memberatkan,” ucapnya.
Adapun pada hari ini, rupiah diprediksi sulit berbalik meninggalkan zona ‘berbahaya’ di kisaran Rp16.000/USD.
Meski begitu, tekanan pada rupiah dalam perdagangan hari ini mungkin akan lebih terbatas dengan indeks dolar Amerika Serikat (AS) mulai terkoreksi turun sedikit. (*)