Scroll untuk baca artikel
Makro

Melongok Kinerja Artajasa Cs Saat Mesin ATM Mulai Tenggelam

×

Melongok Kinerja Artajasa Cs Saat Mesin ATM Mulai Tenggelam

Sebarkan artikel ini
MGL7734 11zon scaled
Sejumlah nasabah bertransaksi di ATM Mandiri Senayan, Kamis (11/7/2024). foto: KabarBursa/abbas sandji

KABARBURSA.COM – Tren pengurangan jumlah mesin ATM fisik terus berlanjut di berbagai bank. Namun, bagaimana nasib Artajasa dan industri penyedia ATM lainnya di tengah perubahan ini?

Direktur Utama Artajasa Armand Hermawan, optimis tentang potensi bisnis ATM meskipun ada pergeseran menuju transaksi digital. Menurutnya, peredaran uang tunai di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Meskipun transaksi digital meningkat, permintaan uang tunai tetap tinggi, terutama selama periode seperti Lebaran.

“Tugas Bank Indonesia adalah mengelola portofolio dan sirkulasi uang, termasuk uang kertas, uang digital, dan uang elektronik. Laporan BI menunjukkan sirkulasi uang mencapai Rp940 triliun per Mei 2024,” ungkapnya pada Jumat, 2 Agustus 2024.

Digitalisasi meningkat, namun cash juga meningkat. Dia menjelaskan bahwa mesin ATM untuk tarik tunai masih mendominasi transaksi, diikuti oleh transfer, pengecekan saldo, dan pembayaran.

Data dari Bank Indonesia per Juni 2024 menunjukkan uang kartal yang beredar mencapai Rp958,6 triliun, naik Rp24,5 triliun dari bulan sebelumnya. Secara tahunan, angka ini meningkat 9 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Secara keseluruhan, komponen M1, yang terdiri dari uang kartal di luar bank umum dan BPR, giro rupiah, dan tabungan rupiah yang bisa ditarik sewaktu-waktu, memiliki porsi 55,5 persen dari M2 atau Rp5.008,5 triliun per Juni 2024. Peningkatan ini disebabkan oleh pertumbuhan pada seluruh komponen, terutama giro rupiah dan uang kartal di luar bank umum dan BPR.

Armand juga menanggapi pandangan bahwa penggunaan ATM semakin tidak relevan karena mahalnya biaya pengelolaan cash. Menurutnya, bank sebaiknya fokus pada fungsi intermediasi, yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya dalam bentuk kredit, sementara pengelolaan sistem transaksi dan infrastruktur keuangan bisa diserahkan kepada pihak ketiga seperti Artajasa.

“Artajasa tidak memberikan pinjaman dan tidak menerima dana. Jadi, biarkan kami yang mengelola ATM, agar bank dapat fokus pada pemberian pinjaman dan pengelolaan dana yang lebih aman,” jelasnya.

Armand juga menekankan pentingnya sinergi antar institusi untuk memenuhi kebutuhan layanan digitalisasi sistem pembayaran yang terintegrasi. Sebagai perusahaan switching lokal, Artajasa berkomitmen untuk bekerja sama secara strategis guna memperkuat ekonomi dan keuangan digital. Saat ini, jumlah ATM yang terhubung di sistem Artajasa mencapai 80.000 unit per akhir 2023.

Sebelumnya, Direktur Consumer Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), Noviady Wahyudi, mengatakan bahwa pandemi Covid-19 menjadi salah satu pendorong utama digitalisasi. Dia juga menyebut bahwa implementasi QRIS oleh BI untuk pembiayaan small ticket size mengurangi kebutuhan akan uang tunai, sehingga aktivitas transaksi di ATM menurun.

“Covid-19 memaksa kita semua untuk beralih ke digitalisasi. Di negara maju, penggunaan uang tunai berkurang, sehingga ATM hanya digunakan untuk keadaan darurat,” kata dia, 27 Mei lalu.

Kartu ATM Semakin Tak Laku