Scroll untuk baca artikel

Pertamina Berinovasi: Ubah Minyak Goreng Bekas jadi BBM

×

Pertamina Berinovasi: Ubah Minyak Goreng Bekas jadi BBM

Sebarkan artikel ini
minyak jelantah
Potensi jelantah untuk diubah menjadi BBM. Foto: Int

KABARBUSA.COM – PT Pertamina (Persero) terus berinovasi dalam upaya mengurangi emisi dengan mengembangkan bahan bakar yang berasal dari minyak goreng bekas atau ‘jelantah’. SVP Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza, menyatakan bahwa Pertamina berupaya menghasilkan bahan bakar tersebut pada akhir tahun ini.

“Menjelang akhir tahun ini, kita ingin menghasilkan bahan bakar yang efisien dan berkelanjutan dari minyak goreng bekas. Minyak goreng bekas yang biasanya menyebabkan penyumbatan di selokan air dapat dikumpulkan dan diolah menjadi bahan bakar yang efisien,” ujar Oki, Selasa, 6 Agustus 2024.

Upaya ini juga sejalan dengan rencana pemerintah yang diungkap oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yaitu mengubah minyak jelantah menjadi bahan bakar pesawat atau avtur. Dalam Rapat Rancangan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia, Luhut menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi pasokan 1 juta liter minyak jelantah tiap tahunnya. Saat ini, sekitar 95 persen dari pasokan minyak jelantah tersebut diekspor.

“Pertamina telah berhasil melakukan uji coba statis dari SAF dan membuktikan bahwa produk ini layak digunakan pada pesawat komersil,” ungkap Luhut dalam unggahan di Instagram resmi, @luhut.pandjaitan, pada Rabu, 29 Mei 2024.

Dengan langkah-langkah ini, Pertamina dan pemerintah Indonesia berusaha mengikuti tren global dalam produksi bahan bakar ramah lingkungan, seperti yang telah dilakukan oleh negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Pengembangan SAF ini diharapkan dapat mendukung transisi energi yang lebih hijau dan berkelanjutan di Indonesia.

BBM dari Sampah Plastik

Inovasi mengolah limbah sampah plastik jadi bahan bakar minyak (BBM) alternatif bukan hal baru di Indonesia. Salah satu inovator di Indonesia yang fokus mengolah limbah sampah plastik menjadi BBM adalah Budi Trisno Aji.

Pria asal Desa Kasilib, Wanadadi, Banjarnegara itu sukses menjadi inovator Faspol 5.0. Sekadar informasi, teknologi Faspol 5.0 merupakan inovasi mesin fast pyrolosis yang dapat mengubah sampah plastik menjadi energi baru berupa bahan bakar setara solar yang diberi nama Petasol.

Hasil inovasi ini telah diuji oleh Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas). Tak hanya itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga turut menguji hasil inovasi pria 43 tahun itu pada 2023 silam.

Agar inovasinya tak mandek, Budi telah berkali-kali menguji inovasinya dengan cara mencoba kinerja Petasol di mobil Toyota Fortune dan alat pertanian bermesin diesel.

“Hasilnya sehat untuk mesin mobil. Karena kandungan zat asamnya sedikit. Itu yang paling penting, karena kandungan asam itu yang bikin korosi di mesin kendaraan,” kata Budi saat dihubungi KabarBursa, Senin, 24 Juni 2024.

Berdasarkan hasil pengujian, Budi menyimpulkan jika rasio fuel consumtion atau pemakaian bahan bakar Petasol pada Toyota Fortuner adalah 1:11. Artinya satu liter sama dengan 11 km. Ia menilai, produknya lebih irit jika dibandingkan dengan produk solar yang sudah ada di pasaran.

“Dari 17 parameter (penilaian BRIN), ada yang lebih baik dan ada yang tidak. Produk kami sudah digunakan oleh beberapa mobil dan alat pertanian,” tuturnya.

Budi mengungkapkan, berdasarkan hasil pengujian BRIN, bilangan setana atau cetane number Petasol adalah 48,8 dengan kandungan sedimen nol. Sedangkan kandungan abu pada emisi gas buang juga nol.

Jenis Sampah Plastik yang Digunakan

Lulusan SMK di Purwokerto ini mendapat pasokan bahan baku Petasol dari bank sampah yang ia kelola. Sampah plastik yang ia dapat itu disortir sebelum diolah karena tidak semua sampah plastik dapat diubah menjadi BBM.

“Ada tiga macam (sampah plastik). Jenis HDTE, LDPE dan PEP. Plastik tersebut mengandung minyak bumi. Ini yang membuat sampah plastik itu susah diuraikan,” jelasnya.

Sekadar informasi, plastik Low Denstty Polyethylene (LDPE) yang memiliki sifat mekanis yang tembus pandang, kuat, fleksibel dan memiliki daya tahan tinggi terhadap pelarut kimia.

Sedangkan plastik High Density Polyethylene (HDPE) memiliki karakteristik buram dan transparan serta elastik. Plastik ini tidak tembus air, tidak berbau, tahan benturan dan tahan panas. Kemudian plastik PEP yang sifatnya tidak tahan terhadap panas.

Terkait proses, sampah plastik yang terkumpul di bank sampah disortir terlebih dulu sebelum dimasukkan ke dalam mesin untuk diubah menjadi BBM. Sampah yang diolah akan menghasilkan beberapa material, yakni bahan bakar setara solar, 2 liter air dan 3 kilogram residu.

“Nanti akan ketemu. Misal masuk 50 kilogram, keluar 50 liter juga, artinya ada berapa liter solar, air dan residu dengan catatan bahan baku plastik itu kering dan bersih,” ujar Budi.(*)