KABARBURSA.COM – Presiden Terpilih, Prabowo Subianto, menceritakan soal pembicaraan antara dirinya dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron pada Juli 2024 lalu saat dirinya berkunjung ke negara tersebut.
Prabowo mengungkapkan, antara dirinya dengan Marcon membicarakan soal isu kelapa sawit Indonesia yang diboikot Uni Eropa.
Saat itu, Marcon sempat menawarkan diri membantu agar kelapa sawit Indonesia tidak diboikot lagi oleh Uni Eropa, namun Prabowo mengaku menolak tawaran tersebut.
Justru, Prabowo bersyukur kelapa sawit Indonesia tidak bisa diterima di Eropa. Karena sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia yang nantinya akan berada di bawah kepemimpinannya sudah punya strategi untuk mengembangkan kelapa sawit untuk kebutuhan energi.
“Kita adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Kemarin di Prancis saya empat mata bicara dengan Macron. Dia singgung kelapa sawit, saya katakan enggak, yang mulia enggak usah, kami merasa justru Eropa kalau tidak mau beli kelapa sawit kita, ya kita bersyukur, blessing in disguise,’ saya bilang begitu. Agak kaget juga beliau ini,” ucap Prabowo saat memberikan sambutan dalam Penutupan Kongres PAN 2024, dikutip Minggu, 25 Agustus 2024.
Tak hanya kepada Presiden Macron, penolakan yang sama juga diucapkan Prabowo saat bertemu para pengusaha Prancis.
Dia menyebutkan alasan kelapa sawit tidak mau diterima Uni Eropa karena kampanye gelap deforestasi. Indonesia dituduh melanggengkan praktik pembabatan hutan demi kelapa sawit, padahal tegas Prabowo, tuduhan itu tidak benar sama sekali.
“Kemudian kita ketemu pengusaha, KADIN-nya Prancis, saya paham Uni Eropa embargo kelapa sawit kita, saya bilang itu kata embargo, mereka boikot katanya kita rusak hutan. Padahal mereka datang ke kita, mereka yang merusak hutan, tapi kita yang disalahkan,” tegas Prabowo.
Dia melanjutkan di depan para pengusaha Prancis, dirinya menyatakan terima kasih karena telah memboikot kelapa sawit Indonesia. Kini di kepemimpinannya sawit akan dikembangkan jadi energi, dan Indonesia akan swasembada energi dengan bermodalkan kelapa sawit.
“Saya katakan, kalian (Prancis) mau larang kelapa sawit masuk ke Eropa, saya katakan ‘thank your very much.’ Karena memang kita akan gunakan kelapa sawit untuk kepentingan rakyat, kita akan swasembada energi saudara-saudara,” pungkas Prabowo.
Asosiasi Pengusaha Sawit Suplai Bahan Baku Biodiesel B50
Kementerian Pertanian resmi meluncurkan biodiesel B50 di PT. Jhonlin Agro Raya, Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, beberapa waktu. Adapun peluncuran biodiesel B50 bentuk komitmen pemerintah dalam mendorong pemanfaatan energi hijau.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Mukti Sardjono menyambut baik penerapan energi hijau di sektor pertanian. Menurutnya, hal tersebut memberikan nilai tambah pada setiap komoditas pertanian.
Sebagai penyedia bahan baku, kata Mukti, GAPKI mengaku tak keberatan dengan kehadiran biodiesel B50. “Jadi kami sebenarnya kalau dari sisi bahan baku tidak ada masalah, karena produksi kita sekitar 54 juta ton dan kalau ini digunakan untuk B50 itu masih mencukupi,” kata Mukti dalam keterangannya, Senin, 19 Agustus 2024.
Dengan pemanfaatan B50, Mukti berharap peningkatan produksi sawit bisa lebih terakselerasi. “Karena kalau tidak maka kita terpaksa harus mengurangi ekspor, karena sebagian besar akan digunakan untuk B50. Harapan kedepan, paling tidak tadi saya sudah sampaikan bahwa nanti kita harus bisa meningkatkan produktivitas” imbuhnya.
Lebih lanjut, Mukti menjelaskan bahwa ada beberapa hal untuk meningkatkan produktivitas, yaitu melalui Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), program untuk membantu pekebun rakyat memperbaharui perkebunan kelapa sawit dengan kelapa sawit yang lebih berkelanjutan dan berkualitas harus digenjot dan peningkatkan luas areal, antara lain di Papua.
“Saya kira ini sangat bagus kalau misalnya nanti ada kebun khusus untuk energi, sehingga tidak akan mengganggu supply kita untuk ekspor,” ujarnya.
Untuk memastikan peningkatan produksi dan menjamin terpenuhinya kebutuhan minyak sawit dalam negeri dan ekspor, pemerintah dalam hal ini Kementan bersama swasta berupaya melalui beberapa kegiatan pengembangan kebun sawit untuk energi khususnya pada kawasan yang sudah terdegradasi, sehingga kebutuhan minyak sawit untuk energi tidak mengganggu kebutuhan untuk pangan, industri dalam negeri dan ekspor.
Sementara itu, CEO PT Eshan Agro Sentosa (Jhonlin Group), Bambang Aria Wisena, mengungkapkan bahwa soft launching hari ini merupakan milestone besar dalam dunia biodiesel yang sudah dimulai selama ini menuju Indonesia Mandiri Energi.
“Ternyata hari ini kita melihat bahwa masa depan biodiesel semakin cerah, yang tadinya kita tidak mengira bahwa kita harus loncat langsung ke B50. Ini tentunya sesuatu hal yang luar biasa, yang sangat membahagiakan bagi dunia perkelapa sawitan pada umumnya,” pungkasnya. (*)