KABARBURSA.COM – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan komitmen pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Rabu, 28 Agustus 2024, Sri Mulyani mengungkapkan investasi dan pengembangan ekonomi di luar wilayah Jawa menjadi prioritas utama dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Sri Mulyani menjelaskan selama ini pulau Jawa memang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, pemerintah kini fokus untuk memperkuat perekonomian di wilayah lain seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. “Pertumbuhan ekonomi kita tidak hanya tertumpu atau bertumpu pada Pulau Jawa. Walaupun Pulau Jawa masih memegang hati, pulau-pulau lain terutama Sumatera dengan investasi dan struktur advantage, tidak hanya dari pertambangan, diharapkan bisa mendorong perekonomian kedua terbesar yaitu Sumatera,” ujar Sri Mulyani.
Di Kalimantan, pemerintah juga melihat potensi besar dari sektor pertambangan dan pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang akan memberikan dorongan signifikan bagi perekonomian wilayah tersebut. Sri Mulyani mencatat bahwa pembangunan IKN di Kalimantan akan menjadi katalis utama pertumbuhan ekonomi di kawasan ini, mengingat skala dan dampaknya terhadap infrastruktur serta sektor-sektor terkait.
Sementara itu, Sulawesi juga menunjukkan resiliensi yang cukup baik dengan adanya pembangunan infrastruktur dan investasi di sektor-sektor strategis. “Sulawesi relatif cukup baik dengan resiliensi terhadap pembangunan infrastruktur yang kita bangun di sana,” tambahnya.
Maluku dan Papua juga menjadi perhatian pemerintah, terutama dengan adanya potensi besar dalam sektor hilirisasi. “Maluku dan Papua sebagian terkena hilirisasi, sebagian juga karena potensi yang cukup besar juga menunjukkan pertumbuhan yang relatif baik dan tinggi,” ujar Sri Mulyani. Hilirisasi ini dipandang sebagai kunci untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas yang dihasilkan di wilayah tersebut dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Selain itu, Bali dan Nusa Tenggara, yang sebelumnya terdampak parah oleh pandemi Covid-19 dengan pertumbuhan ekonomi negatif 5 persen, kini telah menunjukkan pemulihan signifikan. Sri Mulyani mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi di kawasan ini telah kembali ke jalur positif, dengan pertumbuhan di atas 6 persen berkat peningkatan aktivitas pariwisata dan investasi yang didorong oleh upaya pemerintah.
Sri Mulyani menekankan dengan pertumbuhan ekonomi yang merata secara spasial, Indonesia dapat menjaga stabilitas ekonomi nasional lebih baik dan tidak bergantung pada satu lokasi atau sektor tertentu. “Regional atau spasial yang merata memberikan dampak stabilisasi terhadap growth Indonesia, sehingga tidak tergantung kepada satu lokasi dan satu sektor,” jelasnya.
Untuk memastikan keberhasilan upaya ini, Sri Mulyani menyoroti pentingnya peran investasi, baik dari sektor swasta maupun pemerintah, dalam memperkuat perekonomian di luar Jawa. Dia juga menegaskan bahwa pemerintah akan terus mendorong pembangunan infrastruktur di wilayah-wilayah tersebut untuk mendukung konektivitas dan distribusi barang serta jasa yang lebih efisien.
Sebagai langkah konkrit, pemerintah telah mengalokasikan dana yang signifikan untuk pembangunan infrastruktur di luar Jawa dalam APBN 2024 dan RAPBN 2025. Hal ini mencakup pembangunan jalan, pelabuhan, bandara, serta infrastruktur pendukung lainnya yang diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah tersebut.
Selain infrastruktur, pemerintah juga memperhatikan sektor-sektor unggulan di masing-masing wilayah. Di Sumatera, misalnya, selain pertambangan, sektor agribisnis dan perkebunan juga menjadi fokus pengembangan untuk meningkatkan kontribusi wilayah ini terhadap perekonomian nasional. Di Kalimantan, selain IKN, sektor energi dan sumber daya alam masih menjadi tulang punggung ekonomi, sementara di Sulawesi, sektor pertambangan nikel dan industri pengolahan mineral terus digenjot.
Lebih lanjut, Sri Mulyani juga menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) di wilayah-wilayah tersebut. Pemerintah, melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan, berupaya meningkatkan kualitas tenaga kerja lokal agar dapat berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian wilayah masing-masing. “Investasi pada sumber daya manusia menjadi kunci untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi di luar Jawa dapat berkelanjutan dan inklusif,” tegasnya.
Pemerintah juga mengakui tantangan yang dihadapi dalam upaya memperkuat ekonomi di luar Jawa, termasuk ketimpangan infrastruktur dan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Namun, Sri Mulyani optimistis bahwa dengan kerja sama yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah, serta dukungan dari sektor swasta, pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dapat diwujudkan.
Janji Indonesiasentris
Hampir satu dekade berlalu sejak Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjanjikan pembangunan yang lebih inklusif, tidak hanya berfokus pada Jawa, tetapi merata di seluruh Indonesia. Dia menyebut langkah ini dengan sebutan Indonesiasentris. Namun, hasil yang diharapkan masih terasa dangkal. Meski pertumbuhan ekonomi di luar Jawa menunjukkan peningkatan, kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut belum sepenuhnya tercapai.
Dalam sepuluh tahun terakhir, dominasi Jawa dalam perekonomian nasional secara spasial masih kuat, dengan Sumatera mengikuti di belakangnya. Namun, kontribusi kedua pulau ini terhadap produk domestik bruto (PDB) secara bertahap menurun. Sementara itu, wilayah Indonesia bagian timur seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua mulai menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik, pada triwulan pertama 2014, sebelum Jokowi menjabat sebagai presiden, struktur ekonomi Indonesia sangat didominasi oleh Jawa dengan kontribusi sebesar 58,52 persen terhadap PDB, disusul Sumatera dengan 23,88 persen. Wilayah lainnya, seperti Kalimantan, hanya menyumbang 8,45 persen, Sulawesi 4,72 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,48 persen, serta Maluku dan Papua yang hanya memberikan kontribusi sebesar 1,95 persen terhadap perekonomian nasional.
Menjelang akhir masa jabatan Jokowi, berdasarkan data pertumbuhan ekonomi triwulan I-2024, meski masih mendominasi, kontribusi Jawa terhadap PDB turun menjadi 57,70 persen. Sumatera juga mengalami penurunan menjadi 21,85 persen, dan Kalimantan menjadi 8,19 persen.
Sebaliknya, kontribusi wilayah Indonesia tengah dan timur terhadap PDB menunjukkan peningkatan. Peran Sulawesi melonjak signifikan menjadi 6,89 persen, diikuti oleh Bali dan Nusa Tenggara yang meningkat menjadi 2,75 persen, serta Maluku-Papua yang naik menjadi 2,62 persen.
Pergeseran ini tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam menggenjot investasi di wilayah Indonesia tengah dan timur selama satu dekade terakhir. Pada triwulan I-2024, sebaran realisasi investasi menunjukkan bahwa wilayah luar Jawa menerima porsi yang lebih besar, mencapai Rp 201 triliun atau 50,1 persen dari total investasi, sementara Jawa memperoleh Rp 200,5 triliun atau 49,9 persen.(*)