KABARBURSA.COM – Emas semakin berkilau ketika harga mengalami kenaikan yang mendekati level tertinggi dalam satu minggu pada Kamis, 5 September 2024, terdorong oleh pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) serta penurunan imbal hasil obligasi AS.
Kondisi ini memberikan dorongan positif bagi emas sebagai aset yang dianggap aman oleh investor, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi.
Kenaikan harga emas ini dipicu oleh sinyal perlambatan di pasar tenaga kerja AS, yang memunculkan harapan di kalangan investor akan adanya pemangkasan suku bunga yang signifikan dari Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat.
Investor mulai memperkirakan bahwa The Fed mungkin akan mengambil langkah-langkah agresif untuk meredakan tekanan di pasar tenaga kerja dengan menurunkan suku bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurut laporan Reuters, harga emas spot naik sebesar 0,9 persen menjadi USD2.515,93 per ons troi pada pukul 14:03 waktu setempat (ET) atau 18:03 GMT. Sebelumnya, harga emas bahkan sempat mencatatkan kenaikan hingga 1,1 persen sebelum terkoreksi sedikit setelah data mengenai sektor jasa AS dirilis.
Meski demikian, secara keseluruhan harga emas tetap mengalami tren positif. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS ditutup dengan kenaikan 0,7 persen, di level USD2.543,10.
Pada bulan Agustus, perusahaan-perusahaan swasta di Amerika Serikat hanya mampu mempekerjakan jumlah pekerja paling rendah dalam kurun waktu 3,5 tahun terakhir. Angka ini menjadi sinyal adanya potensi perlambatan tajam di pasar tenaga kerja AS, yang semakin memperkuat kekhawatiran akan kondisi ekonomi yang sedang melambat. Data ini melanjutkan tren negatif setelah laporan pada hari Rabu menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam jumlah lowongan pekerjaan di AS pada bulan Juli, yang semakin menambah beban pada prospek pasar tenaga kerja.
Reaksi pasar terhadap data ini terlihat jelas dari kenaikan harga emas setelah rilis laporan ADP tersebut. Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures, mengomentari bahwa kenaikan harga emas tersebut “menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja saat ini cukup mengkhawatirkan, dan hal ini menciptakan banyak kecemasan di kalangan pelaku pasar.”
Lebih lanjut, Streible menambahkan bahwa data klaim awal pengangguran yang juga dirilis belum memberikan gambaran yang lebih optimis bagi pasar tenaga kerja AS, sehingga investor semakin waspada terhadap perkembangan data ekonomi mendatang.
Menurut CME FedWatch Tool, saat ini para pedagang melihat adanya kemungkinan sebesar 59 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan ini. Sementara itu, kemungkinan pemangkasan yang lebih besar, yaitu 50 basis poin, diperkirakan mencapai 41 persen. Ini mencerminkan pandangan bahwa The Fed kemungkinan besar akan mengambil tindakan untuk melindungi kesehatan pasar tenaga kerja, meskipun besaran pemangkasan tersebut masih akan bergantung pada data ekonomi yang akan dirilis dalam beberapa waktu mendatang.
Gubernur Federal Reserve Bank of San Francisco, Mary Daly, pada Rabu mengungkapkan bahwa penurunan suku bunga diperlukan untuk menjaga stabilitas pasar tenaga kerja, namun berapa besar pemangkasan tersebut akan ditentukan oleh perkembangan data ekonomi yang lebih lanjut.
Fokus utama investor kini tertuju pada laporan ketenagakerjaan non-farm payrolls (NFP) yang akan diumumkan pada Jumat. Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi pasar tenaga kerja AS dan potensi langkah-langkah yang akan diambil oleh The Fed.
Menurut Han Tan, Kepala Analis Pasar di Exinity Group, “Jika tingkat pengangguran di bulan Agustus tetap sejalan dengan angka pada bulan Juli yang mencapai 4,3 persen, yang merupakan angka tertinggi sejak tahun 2021, maka hal ini dapat memicu kenaikan harga emas lebih lanjut, bahkan mungkin mendekati rekor tertinggi, karena pasar akan semakin yakin bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga besar.”
Sementara harga emas terus menunjukkan tren positif, harga logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan yang signifikan. Harga perak spot, misalnya, naik sebesar 1,9 persen menjadi USD28,82 per ons. Platinum juga mencatat kenaikan yang cukup besar, naik 2,7 persen menjadi USD926,74 per ons, sementara palladium mencatat kenaikan 0,9 persen dan diperdagangkan di level USD942,36 per ons.
Dengan tren ini, investor akan terus memantau perkembangan lebih lanjut dari data ekonomi AS serta keputusan yang akan diambil oleh The Fed, mengingat langkah-langkah kebijakan moneter yang diambil dapat berdampak besar pada pergerakan harga emas dan logam mulia lainnya dalam waktu dekat. (*)