Scroll untuk baca artikel
Makro

Kualitas Kredit Perbankan Melonjak, ini Penopangnya

×

Kualitas Kredit Perbankan Melonjak, ini Penopangnya

Sebarkan artikel ini
MGL3296 11zon
Nasaba Bank BRI bertransaksi di ATM. (foto: Kabar Bursa/abbas sandji)

KABARBURSA.COM – Industri perbankan Indonesia tengah menghadapi tantangan besar akibat tingginya suku bunga. Namun, ada sinyal-sinyal positif yang mulai muncul dari sisi kualitas kredit, yang memberikan harapan baru bagi sektor ini. Perbaikan bertahap dalam berbagai rasio kualitas kredit menjadi tanda-tanda positif di tengah situasi yang penuh tantangan.

Salah satu indikator perbaikan adalah rasio Loan at Risk (LaR), yang menunjukkan penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Penurunan ini mencerminkan adanya perbaikan dalam potensi kegagalan pembayaran oleh peminjam.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengungkapkan bahwa rasio LaR perbankan turun menjadi 10,27 persen pada Juli 2024, dari 10,51 persen di bulan sebelumnya. Angka ini menunjukkan kemajuan signifikan dibandingkan posisi akhir Desember 2023 yang mencapai 10,94 persen dan level Juli 2023 yang masih di angka 12,59 persen.

“Rasio LaR ini mendekati level sebelum pandemi, yakni 9,93 persen pada Desember 2019,” kata Dian dalam konferensi pers pada Jumat, 6 September 2024.

Di sisi lain, rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan berada pada level 2,27 persen per Juli 2024, sedikit naik dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,26 persen.

Meskipun demikian, NPL gross telah menurun hingga 24 basis poin dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu. “Kualitas kredit tetap terjaga,” tambah Dian.

Pada Agustus 2024, dalam kategori kepemilikan, pertumbuhan kredit tertinggi didorong oleh bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Data menunjukkan bahwa kredit dari Bank BUMN mengalami lonjakan signifikan sebesar 8,30 persen secara tahunan (yoy), sebagaimana dijelaskan oleh Dian dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner OJK.

Bank Mandiri

Bank Mandiri, sebagai salah satu bank pelat merah terkemuka PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), menunjukkan performa yang sangat baik dengan pertumbuhan kredit mencapai 11,75 persen yoy.

Total kredit bank ini membubuhkan angka Rp 1.272 triliun pada semester I-2023. Segmen komersial menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan 19,0 persen yoy, diikuti oleh kredit konsumer dan UMKM yang masing-masing mencatatkan kenaikan 11,7 persen yoy. Di sisi lain, segmen korporasi hanya tumbuh 5,99 persen yoy.

Direktur Utama BMRI, Darmawan Junaidi, menjelaskan bahwa pertumbuhan ini tersebar merata di seluruh sektor, dengan sektor wholesale banking dan retail banking masing-masing mencatatkan pertumbuhan 9,89 persen dan 11,51 persen. Strategi bank yang berfokus pada optimalisasi ekosistem nasabah wholesale, termasuk business turunannya, tercermin jelas dalam hasil ini.

Meski ekonomi mengalami pelambatan, Bank Mandiri tetap optimis menargetkan pertumbuhan kredit di atas rata-rata industri. Bank ini mempertahankan proyeksi pertumbuhan kredit konsolidasi antara 10 persen hingga 12 persen, seperti yang disampaikan dalam paparan kinerja Semester I/2023 secara virtual pada Senin, 31 Juli 2023.

Bank Tabungan Negara (BTN)

PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) atau BTN mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 7,52 persen pada semester I-2023, dengan total mencapai Rp 308 triliun. Meskipun mengalami penurunan tipis dari kuartal I-2023 yang tercatat sebesar 8,16 persen, BTN tetap menunjukkan kontribusi signifikan dari KPR Subsidi yang mencapai Rp 152,17 triliun, tumbuh 10,86 persen dibandingkan tahun lalu. KPR Non Subsidi juga mengalami pertumbuhan 6,49 persen, menjadi Rp 90,83 triliun.

Dalam keterangan resminya, Nixon menyatakan bahwa BTN tetap menjaga prinsip kehati-hatian dengan rasio NPL Gross yang stabil di 3,66 persen. Bank ini menargetkan penurunan rasio NPL di bawah 3 persen pada akhir tahun, sebagai langkah strategis dalam menjaga kualitas kredit.

Bank Negara Indonesia (BNI)

PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) atau BNI melaporkan pertumbuhan kredit yang relatif rendah, yakni 4,9 persen dengan total mencapai Rp 650,8 triliun. Angka ini menurun dibandingkan kuartal I-2023 yang mencapai 7,2 persen yoy dengan total Rp 634,3 triliun.

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, mengungkapkan bahwa fokus utama bank adalah memperkuat likuiditas guna mendukung percepatan penyaluran kredit di semester berikutnya. BNI berencana untuk mengoptimalkan pipeline penyaluran kredit dan mengakuisisi debitur yang sehat, dengan harapan dapat memperbaiki pertumbuhan di semester kedua.

Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) atau BRI belum merilis laporan keuangan per 30 Juni 2023. Namun, laporan keuangan per 30 Mei 2023 menunjukkan pertumbuhan penyaluran kredit mencapai Rp 1.086,69 triliun, meningkat sekitar 10 persen dari Rp 987,44 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Total aset BRI juga mengalami kenaikan signifikan selama enam bulan pertama tahun ini, tercatat sebesar Rp 1.631,18 triliun, naik dari Rp 1.523,21 triliun pada tahun sebelumnya. Kenaikan ini mencerminkan pertumbuhan yang konsisten dan solid di tengah tantangan industri perbankan. (*)