Scroll untuk baca artikel
Makro

Harga Konsumen China Melaju, Inflasi tak Sesuai Ekspektasi

×

Harga Konsumen China Melaju, Inflasi tak Sesuai Ekspektasi

Sebarkan artikel ini
china
Ilustrasi belanja masyarakat China. Foto: Int

KABARBURSA.COM – Harga konsumen China sepanjang Agustus kemarin melaju kencang dalam setengah tahun ini. Hal tersebut dikarenakan biaya pangan yang lebih tinggi akibat gangguan cuaca. Sementara itu, deflasi harga produsen memburuk akibat Beijing mempertahankan upaya menghidupkan kembali permintaan domestik.

Perekonomian China memang sedang tidak baik-baik saja, tersendat-sendat di paruh kedua sehingga negeri Tirai Bambu ini tidak dapat meluncurkan lebih banyak kebijakan di tengah penurunan perumahan yang berkepanjangan, pengangguran yang terus menerus, kesulitan utang, dan meningkatnya ketegangan perdagangan.

Data dari Biro Statistik Nasional (NBS) pada Senin, 9 September 2024, menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) naik 0,6 persen dari tahun sebelumnya di periode yang sama, yaitu 0,5 persen pada Juli 2023. Namun, kenaikannya kurang dari 0,7 persen seperti yang diperkirakan dalam jajak pendapat Reuters kepada para ekonom.

Sementara itu, inflasi berlalu dengan lebih cepat karena kenaikan harga hasil pertanian akibat cuaca ekstrem yang sangat menyengat, serta banjir bandang yang banyak memakan korban. Hal ini pada akhirnya mendorong kenaikan harga pangan sebesar 2,8 persen per tahun pada Agustus, dari hasil yang tidak berubah pada Juli. Sementara indlasi nonpangan sebesar 0,2 persen menurun dari 0,7 persen pada Juli 2024.

Indeks inflasi konsumen naik 0,4 persen per bulan, lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,5 persen pada Juli, dan juga tidak memenuhi ekspektasi ekonom sebesar 0,5 persen. Sementara itu, mantan Gubernur Bank Sentral China, Yi Gang, memberikan pernyataan tegas di Bund Summit, Shanghai, mendesak tindakan untuk mengatasi tekanan deflasi yang semakin menguat.

Kampanye nasional untuk mengalokasikan USD41 miliar melalui obligasi pemerintah jangka panjang dalam rangka meningkatkan peralatan dan program tukar tambah barang konsumen terbukti kurang efektif. Kepercayaan konsumen masih lemah, terbukti dari penurunan penjualan mobil domestik selama empat bulan berturut-turut hingga Juli.

Perlambatan aktivitas ekonomi ini mendorong perusahaan pialang global untuk menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada 2024, di bawah target resmi sekitar 5 persen. Di tengah situasi ini, seorang pejabat bank sentral menyatakan bahwa China masih memiliki ruang untuk menurunkan cadangan tunai yang harus disimpan bank sebagai langkah stimulus.

Indeks harga produsen (PPI) pada Agustus mencatat penurunan 1,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, penurunan terbesar dalam empat bulan terakhir. Ini lebih buruk dari penurunan 0,8 persen pada Juli dan melampaui perkiraan penurunan sebesar 1,4 persen.

Inflasi di Bawah Ekspektasi

Inflasi China untuk Agustus 2024 tampil kurang memuaskan. Kenyataan ini menambah kekhawatiran bahwa para pembuat kebijakan masih kesulitan dalam merangsang belanja rumah tangga di tengah target pertumbuhan tahunan yang menekan. Berdasarkan laporan BloombergInternasional pada hari ini, Biro Statistik Nasional China melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) naik 0,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun ada sedikit kenaikan dibandingkan dengan 0,5 persen pada Juli 2024, angka ini masih di bawah ekspektasi median sebesar 0,7 persen.

Sementara itu, harga-harga di tingkat pabrik atau harga pintu pabrik terus berada dalam deflasi, sebuah tren yang telah berlangsung sejak akhir tahun 2022. Indeks Harga Produsen (PPI) turun 1,8 persen dari tahun sebelumnya, melebihi proyeksi penurunan 1,5 persen dan lebih besar dari penurunan 0,8 persen yang tercatat pada Juli. Dong Lijuan, Kepala Statistik di Biro Statistik Nasional China, menjelaskan bahwa laju inflasi yang lebih rendah ini sebagian disebabkan oleh lonjakan harga pangan akibat cuaca ekstrem.

“Pada Agustus, suhu tinggi dan cuaca hujan telah mempengaruhi CPI secara musiman, yang menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, dengan kenaikan tahunan yang terus meningkat,” kata Dong dalam keterangannya.

Permintaan yang lemah mengancam pencapaian sasaran pertumbuhan sekitar 5 persen, karena konsumen menunda belanja dan dunia usaha memangkas upah.

Mantan Gubernur Bank Sentral China, Yi Gang, juga menekankan perlunya fokus pada pengendalian tekanan deflasi. Pernyataannya di Bund Summit Shanghai akhir pekan lalu menyoroti kesulitan yang dihadapi China dalam mengatasi penurunan harga.

“Secara keseluruhan, kita menghadapi masalah lemahnya permintaan domestik, terutama dalam konsumsi dan investasi, yang memerlukan kebijakan fiskal proaktif dan kebijakan moneter akomodatif,” ungkap Yi.

The People’s Bank of China (PBOC) masih memiliki potensi untuk memangkas suku bunga, seperti yang disampaikan Zou Lan, Kepala Departemen Kebijakan Moneter. Zou mencatat bahwa rasio cadangan tunai rata-rata untuk lembaga keuangan saat ini sekitar 7 persen. Para analis memprediksi kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut dan pengurangan jumlah uang yang harus disimpan oleh pemberi pinjaman, dengan bulan September dianggap sebagai peluang potensial.(*)