Scroll untuk baca artikel
Makro

Indeks Keyakinan Konsumen Naik Tipis, Angin Segar Emiten Ritel?

×

Indeks Keyakinan Konsumen Naik Tipis, Angin Segar Emiten Ritel?

Sebarkan artikel ini
ramayana RALS
Salah satu emiten ritel yang akan terdongkrak naik bila indeks keyakinan konsumen ikut naik. Foto: Int

KABARBURSA.COM – Naiknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pembukaan perdagangan sesi I hari ini, 9 September 2024, dan menguatnya rupiah selama beberapa pekan terakhir, rupanya membangkitkan kembali kepercayaan konsumen Indonesia bahwa ekonomi RI sudah mulai membaik, meskipun secara perlahan.

Menurut survei konsumen Bank Indonesia pada Agustus kemarin, tampak keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi naik tipis dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Tercatat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di bulan tersebut sebesar 124,4, lebih tinggi dibandingkan Juli 2024 yang mencatatkan IKK sebesar 123,4.

Erwin Haryono, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), menyampaikan bahwa keyakinan konsumen pada Agustus 2024 tetap optimis, didorong oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang menunjukkan perbaikan.

Menurut Erwin, IKE yang tetap optimis terutama didorong oleh Indeks Penghasilan Saat Ini, yang meningkat sebesar 1,5 poin menjadi 122,9. Selain itu, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) juga berada dalam zona optimis, masing-masing sebesar 107,6 dan 111,5.

Pada Agustus 2024, keyakinan konsumen terlihat meningkat pada seluruh kategori pengeluaran, dengan peningkatan tertinggi tercatat pada responden dengan pengeluaran lebih dari Rp5 juta. Peningkatan IKE paling signifikan terlihat di Kota Pontianak (9,3 poin), Makassar (8,5 poin), dan Padang (8,3 poin). Sementara itu, peningkatan Indeks Kondisi Konsumen (IKK) juga tercatat pada kelompok usia di atas 41 tahun, dengan kenaikan terbesar di Kota Pontianak (13,2 poin), Padang (8,8 poin), dan Makassar (8,6 poin).

Erwin juga mencatat bahwa persepsi responden terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan tetap kuat, dengan peningkatan indeks pada responden dengan tingkat pendidikan SLTA dan Pascasarjana. Keyakinan dalam melakukan pembelian barang tahan lama (durable goods) juga meningkat, terutama pada responden dengan tingkat pengeluaran lebih dari Rp5 juta.

Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan juga menunjukkan perbaikan, dengan IEK Agustus 2024 berada dalam zona optimis dan meningkat sebesar 1,6 poin menjadi 134,9. Peningkatan ini didorong oleh semua komponen IEK, yaitu ekspektasi terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha, yang masing-masing meningkat menjadi 140,0, 132,2, dan 132,6.

Kepercayaan konsumen merupakan indikator penting yang mengukur seberapa optimis atau pesimisnya konsumen terhadap keadaan ekonomi. Sederhananya, kepercayaan konsumen memberikan para ekonom gambaran tentang bagaimana perasaan orang-orang mengenai ekonomi saat ini.

Kepercayaan konsumen sering tercermin dalam perilaku mereka, khususnya dalam cara mereka menabung dan membelanjakan uang. Ketika kepercayaan konsumen tinggi, biasanya orang lebih cenderung untuk berbelanja dan berinvestasi, yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jika kepercayaan konsumen rendah, mereka mungkin lebih berhati-hati dalam pengeluaran dan lebih fokus pada menabung, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Dengan kata lain, tingkat kepercayaan konsumen adalah cerminan dari suasana hati kolektif masyarakat terhadap kondisi ekonomi dan prospek masa depan, mempengaruhi keputusan finansial mereka dan, pada akhirnya, dampaknya terhadap ekonomi secara keseluruhan.

Peluang Besar Emiten Ritel

Naik tipisnya IKK bisa berdampak positif bagi sejumlah emiten di Tanah Air, seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Mitra Adi Perkasa (MAPI), atau PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).

Jika dilihat dari perdagangan saham hari ini, hingga pukul 11.59 WIB, saham RALS berada di posisi Rp400, turun 0,50 persen dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp402, atau turun -2,00 poin. Begitu pula dengan perdagangan saham LPFF yang anjlok ke posisi Rp1.625 dari perdagangan sebelumnya Rp1.650. Saham LPFF turun sebesar 1,52 persen atau -25,00 poin.

Hal serupa terjadi pada saham MAPI. Hingga pukul 11.59 WIB perdagangan hari ini, saham MAPI dijual dengan harga Rp1.495, turun 0,33 persen atau -5,00 dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp1.500. Tidak berbeda dengan nasib ERAA yang ikut terkoreksi tajam pada perdagangan hari ini. Saham ERAA mencatatkan penurunan tajam sebanyak 2,26 persen dari perdagangan sebelumnya, yaitu dari Rp442 turun -10,00 ke Rp432.

Dengan begitu, kenaikan IKK bisa dikatakan membawa angin segar bagi emiten-emiten ritel ini untuk terus menguat. Diharapkan, penguatan akan terus berlanjut menyusul menguatnya IHSG maupun rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Daya Beli Siaga Satu

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan penurunan daya beli masyarakat kelas menengah di Indonesia, yang terlihat dari aktivitas jual beli di pusat perbelanjaan yang semakin sepi. Isy Karim, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, menyatakan bahwa keluhan dari pedagang di pasar-pasar besar seperti Tanah Abang dan Mangga Dua menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam jumlah pembeli.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga mengalami penurunan, dan survei di pasar-pasar tradisional mengonfirmasi adanya penurunan daya beli. Angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam 10 tahun terakhir hanya 3,89 persen, jauh di bawah rata-rata historis sebesar 5 persen.

Penyebab utama dari pelemahan daya beli ini adalah kenaikan harga dan energi yang terus-menerus antara 2015 hingga 2022. Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang 54-56 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, sangat berpengaruh terhadap perekonomian. Penurunan daya beli ini dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan menekan sektor-sektor yang bergantung pada pengeluaran konsumen.(*)