KABARBURSA.COM – AXA Financial Indonesia (AFI) optimis industri asuransi kesehatan bisa terus berkembang di era pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Chief of Health AFI, Yudhistira Dharmawata menuturkan, optimisme perseroan pada masa pemerintahan berikutnya didasarkan pada data penetrasi industri asuransi yang dirilis Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI).
Mengutip data yang dirilis AAJI, industri asuransi jiwa mencatatkan hasil positif dengan peningkatan total pendapatan premi selama semester 1 tahun 2024 mencapai Rp88,49 triliun, tumbuh 2,6 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2023, yaitu sebesar Rp86,24 triliun.
“Kami tetap optimis, karena penetrasinya masih relatif rendah dan terutama asuransi kesehatan. Kami lihat year-over-year, kalau dari data AAJI penetrasinya makin naik terus, khusus asuransi Kesehatan,” kata Yudhistira kepada wartawan di Jakarta, Senin, 9 September 2024.
Di sisi lain, Yudhistira juga mengaku terdapat banyak sektor yang berpeluang besar bagi pertumbuhan industri asuransi. Dia mengaku, akan terus meyakini para nasabah untuk membeli produk asuransi AFI yang terjangkau untuk memproteksi seluruh masyarakat.
“Bagi kami, gimana caranya make sure asuransi keseatan ini affordable. Jadi kami turunin terus tingkat sales premium agar makin banyak provinsi di Indonesia yang bisa ter-cover,” ungkapnya.
Di sisi lain, kesadaran masyarakat terhadap asuransi jiwa untuk kebutuhan medis dinila terus meningkat. Hal tersebut tecermin dalam data AAJI, yang mencatat rasio klaim terhadap premi asuransi kesehatan mencapai 105,7 persen pada semester I tahun 2024.
Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, yakni 103,7 persen. Sementara itu, klaim asuransi pada periode semester 1 2024 meningkat 26 persen hingga Rp11,83 triliun, di mana hal ini berdampak besar pada industri asuransi jiwa di Indonesia.
Di sisi lain, Yudhistira juga mengungkap AFI akan terus berupaya menekan kenaikan premi asuransi. Peluncuran produk AXA Heealth Protector, kata dia, merupakan salah langkah efisiensi yang dilakukan AFI.
Selain itu, AFI juga melakukan efisiensi operasional, di mana digitalisasi yang dilakukan mampu mengurangi kerja-kerja konservatif di lapangan. Dengan begitu, biaya operasional sebagai salah satu indikator penetapan premi bisa ditekan.
“Hal ini semua bisa membantu kami lebih efisien dalam operasional, sehingga komponen biaya (premi) nanti juga bisa ditekan. Sehingga ujung-ujungnya kami juga bisa past true lagi ke nasabah dalam bentuk premi yang lebih rendah. Jadi strategi kami nekan klaim dengan produk ini dan juga nekan biaya oprasional dengan digitalisasi,” tutupnya.
Kinerja Industri Asuransi
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis total aset industri asuransi di Juli 2024 mencapai Rp1.132,27 triliun atau naik 1,11 persen yoy dari posisi yang sama di tahun sebelumnya, yaitu Rp1.119,86 triliun.
Dari sisi asuransi komersil, total aset mencapai Rp911,99 triliun atau naik 2,08 persen yoy. Adapun kinerja asuransi komersil berupa akumulasi pendapatan premi mencapai Rp193,06 triliun, atau naik 7,38 persen yoy.
Secara rinci, kinerja asuransi komersil terdiri dari premi asuransi jiwa yang tumbuh sebesar 2,14 persen yoy dengan nilai sebesar Rp104,30 triliun, dan premi asuransi umum dan reasuransi tumbuh 14,28 persen yoy dengan nilai sebesar Rp88,77 triliun.
Secara umum, permodalan industri asuransi komersial masih menunjukkan kondisi yang solid, dengan industri asuransi jiwa dan asuransi umum secara agregat melaporkan Risk Based Capital (RBC) masing-masing sebesar 441,17 persen dan 317,28 persen.
Untuk asuransi nonkomersil yang terdiri dari aset BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan serta program asuransi ASN, TNI, dan POLRI terkait program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, total aset tercatat sebesar Rp220,28 triliun atau menurun sebesar 2,71 persen yoy.
Kinerja Positif Asuransi Jiwa
Sebagaimana diketahui, Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon mengungkap, peningkatan total pendapatan premi asuransi jiwa meneruskan tren positif yang didorong kinerja optimal seluruh kanal distribusi perusahaan.
“Sepanjang Januari hingga Juni 2024, total pendapatan industri mencapai Rp105,25 triliun. Pendapatan premi memberikan kontribusi positif terhadap total pendapatan keseluruhan. Pada Semester 1 2024 ini, industri asuransi jiwa mencatatkan total pendapatan premi sebesar Rp88,49 triliun, naik 2,6 persen dari Semester 1 tahun 2023,” ujar Budi, 28 Agustus 2024.
Adapun pendapatan premi tertinggi berasal dari kanal distribusi bancassurance, yang tercatat sebesar Rp36,92 triliun, naik 13 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023. Sementara kanal keagenan, pendapatan premi sebesar Rp27,94 triliun, meningkat 3,4 persen.
Di sisi lain, kanal distribusi alternatif juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 38 persen, dengan total perolehan sebesar Rp23,64 triliun. Selain itu, total tertanggung industri asuransi jiwa juga meningkat sebesar 28,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, mencapai 113,68 juta orang.
Total tertanggung terdiri atas tertanggung perorangan sebanyak 18,61 juta orang dan tertanggung kumpulan yang tumbuh 54,9 persen menjadi 95,07 juta orang. Peningkatan ini mencerminkan pertumbuhan kuat dan kepercayaan yang terus meningkat dari berbagai perusahaan dan organisasi terhadap produk asuransi jiwa kumpulan.
“Pertumbuhan ini menunjukkan stabilitas industri asuransi jiwa di tengah berbagai tantangan ekonomi. Pertumbuhan aset yang konsisten mencerminkan kepercayaan yang terus meningkat dari para pemegang polis dan solidnya pengelolaan keuangan di industri ini,” tutupnya.(*)