KABARBURSA.COM – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan bahwa tidak akan ada pemutusan hubungan kerja (PHK) terkait penggabungan PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II menjadi PT Angkasa Pura Indonesia. Ia menegaskan bahwa proses ini justru merupakan peluang untuk pengembangan perusahaan, bukan pengurangan tenaga kerja.
Erick menjelaskan bahwa merger ini meniru keberhasilan penggabungan empat perusahaan PT Pelindo, yang tidak menyebabkan PHK dan justru menghasilkan efisiensi.
Dengan merger ini, PT Angkasa Pura Indonesia akan mengelola 37 bandara di Indonesia dalam satu sistem pelayanan terpadu. Transformasi ini mengikuti tren global, di mana bandara tidak hanya berfungsi sebagai pusat transportasi tetapi juga membangun ekosistem bisnis yang lebih luas.
Kementerian BUMN juga mendorong perbaikan model bisnis di industri penerbangan, agar pendapatan bandara tidak hanya bergantung pada aktivitas penerbangan (aero), tetapi juga dari sektor non-aero.
Erick mencatat bahwa di negara-negara seperti Singapura, bandara telah menjadi pusat aktivitas kehidupan manusia, bukan hanya untuk perjalanan. Oleh karena itu, ia berencana untuk memperbaiki model bisnis agar bandara di Indonesia dapat mengikuti tren tersebut.
Memperkuat Pengelolaan Bandara
Erick Thohir, Menteri BUMN, secara resmi melaksanakan merger Antara Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II, membentuk PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports.
Erick menyatakan keberhasilan dalam memperkuat pengelolaan bandara sebagai langkah adaptif BUMN menghadapi perubahan zaman.
“Alhamdulillah, proses yang panjang telah menemui akhirnya. Upaya kita untuk memperkuat pengelolaan bandara berhasil terwujud,” ujar Erick.
Erick menekankan bahwa InJourney Airports dan PT Integrasi Aviasi Solusi (InJourney Aviation Services) sebagai subholding InJourney Group, menciptakan terobosan besar dalam sektor industri aviasi dan kebandarudaraan. Transformasi ini dianggap sebagai respons adaptif terhadap perubahan zaman.
“Ini merupakan bentuk adaptif BUMN dalam menghadapi perubahan zaman,” kata Erick.
Erick berharap bahwa dengan merger ini, pengelolaan bandara dapat lebih terintegrasi dan efisien. Standarisasi sistem operasi dan kebijakan yang sama diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan. Menurutnya, pengelolaan bandara menjadi krusial untuk mengoptimalkan potensi sektor ekonomi pariwisata dan logistik di Indonesia.
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, mengumumkan bahwa Faik Fahmi, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Angkasa Pura I, akan memimpin PT Angkasa Pura Indonesia. Kartika menyebut pembentukan PT Angkasa Pura Indonesia sebagai tahap awal dalam penggabungan Angkasa Pura I dan II.
“Ini tahap awal,” ujar Faik Fahmi, menambahkan bahwa restrukturisasi BUMN yang dilakukan Erick Thohir berada dalam fase pembentukan.
Catatan Laba Bersih
PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp900 miliar pada semester pertama 2024, menandakan performa keuangan yang impresif sepanjang periode tersebut.
Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi, mengungkapkan bahwa laba tersebut melampaui target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar 164 persen di atas target awal Rp547 miliar. “Pencapaian ini menunjukkan kekuatan kinerja perusahaan dalam semester pertama 2024,” ujar Faik dalam keterangannya di Jakarta, Kamis 22 Agustus 2024.
Sebagai anak perusahaan PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau InJourney, InJourney Airports bertindak sebagai subholding yang membawahi sektor jasa kebandarudaraan dengan mengelola PT Angkasa Pura I (AP1) dan PT Angkasa Pura II (AP2).
Faik menjelaskan, pertumbuhan kinerja keuangan ini didorong oleh peningkatan signifikan dalam pendapatan usaha. AP1 berhasil meraup pendapatan sebesar Rp4,53 triliun, sementara AP2 mencatat Rp5,15 triliun, meningkat 7 persen dibandingkan dengan semester pertama 2023 yang mencapai Rp9,05 triliun. Lonjakan ini selaras dengan proses integrasi bandara yang terus berjalan.
Transformasi yang dijalankan oleh InJourney Airports mencakup optimalisasi pendapatan, efisiensi biaya operasional, serta pengelolaan disiplin beban biaya. Hasilnya, AP1 mencatat laba bersih Rp456 miliar, melonjak 308 persen dari target RKAP sebesar Rp148 miliar. Sementara itu, laba bersih AP2 mencapai Rp441 miliar, melampaui target RKAP sebesar 111 persen dari Rp399 miliar.
Selain itu, EBITDA InJourney Airports pada semester pertama 2024 naik menjadi Rp4,75 triliun, tumbuh 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan 104 persen di atas RKAP. Faik mengungkapkan, “Kami sangat bersyukur atas pencapaian positif ini yang didukung oleh kinerja operasional bandara yang terus tumbuh.”
Sepanjang semester pertama 2024, InJourney Airports melayani 75 juta pergerakan penumpang, meningkat 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan tingkat pemulihan mencapai 93 persen dari semester pertama 2019. Faik optimistis perusahaan berada di jalur yang tepat untuk mencapai pemulihan penuh.
Lebih jauh, transformasi di InJourney Airports terus diperkuat dengan fokus pada peningkatan kualitas layanan, pengembangan infrastruktur, serta manajemen operasional berbasis ekosistem dan SDM yang berorientasi pada pelanggan dengan standar global.
Transformasi tersebut juga melibatkan pembaruan terminal di Bandara Soekarno-Hatta, optimalisasi kapasitas Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali dari 24 juta menjadi 32 juta penumpang per tahun, serta pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar dari kapasitas 7 juta menjadi 15 juta penumpang per tahun.
Faik menambahkan, tujuan utama dari transformasi ini adalah menciptakan pengalaman perjalanan yang lebih baik dengan mengubah pola pikir dan manajemen pelayanan, dari yang reaktif menjadi proaktif dan prediktif. “Kami ingin mengantarkan InJourney Airports menjadi wajah kebanggaan bangsa, sekaligus sebagai agen pembangunan dan pencipta nilai,” tutupnya.(*)