KABARBURSA.COM – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melaksanakan Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) untuk triwulan III-2024, dengan melibatkan 93 bank yang mewakili 90,78 persen total aset bank umum. Hasil survei menunjukkan optimisme perbankan yang terus meningkat, dengan Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) mencapai 68, yang berada di zona optimis.
Optimisme ini didorong oleh harapan membaiknya kondisi makroekonomi dan peningkatan fungsi intermediasi perbankan, meskipun kondisi makroekonomi global masih kurang kondusif. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa 10 September 2024.
Survei juga menunjukkan bahwa Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor (KKB) diperkirakan akan tetap tumbuh hingga akhir 2024, meskipun laju pertumbuhannya lebih lambat dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini dipicu oleh promo akhir tahun dan insentif pajak dari pemerintah yang diharapkan mendorong permintaan kredit kendaraan bermotor.
SBPO memberikan pandangan triwulanan tentang arah perekonomian, persepsi risiko perbankan, dan kecenderungan bisnis perbankan. Survei ini menghasilkan Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP), yang mencakup tiga subindeks: Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi (IKM), Indeks Persepsi Risiko (IPR), dan Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK). Dengan IBP di atas 50, perbankan optimis terhadap prospek bisnis dan kondisi ekonomi ke depan.
SBPO dinilai cukup akurat dalam memprediksi tren indikator makroekonomi dan perbankan di Indonesia, menjadikannya alat penting bagi pelaku industri untuk memahami prospek bisnis perbankan dan risiko yang mungkin muncul.
Optimisme Kinerja Perbankan
Survei Orientasi Bisnis Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (SBPOJK) triwulan II-2024 yang melibatkan 95 bank responden menunjukkan bahwa responden makin optimis bahwa kinerja perbankan akan semakin baik pada triwulan II-2024. Berdasarkan data pada Maret 2024, porsi aset 95 bank tersebut mencapai sebesar 94,67 persen dari total aset bank umum.
“Optimisme perbankan tecermin dari Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) pada triwulan II-2024 yang tercatat sebesar 58 (zona optimis). Optimisme tersebut didorong oleh ekspektasi akan meningkatnya fungsi intermediasi perbankan dibarengi dengan kemampuan perbankan dalam mengelola risiko yang dihadapi meskipun dengan kondisi makroekonomi global yang kurang kondusif,” kata Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, Aman Santosa, Rabu, 29 Mei 2024.
Ketidakpastian kondisi makroekonomi global menyebabkan Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi (IKM) pada triwulan II-2024 masih berada pada level pesimis yaitu sebesar 31, terutama disebabkan oleh perkiraan peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate, pelemahan nilai tukar dan peningkatan inflasi. Meski demikian, di tengah perkiraan kondisi makroekonomi tersebut, PDB diperkirakan tetap tumbuh didorong oleh konsumsi masyarakat yang diperkirakan meningkat pasca Bulan Ramadhan seiring dengan adanya pembagian Tunjangan Hari Raya untuk perayaan Hari Raya Idul Fitri dan adanya banyak hari libur pada triwulan II-2024.
Meskipun kondisi makroekonomi diperkirakan kurang kondusif, Aman bilang, mayoritas responden meyakini bahwa risiko perbankan pada triwulan II-2024 masih terjaga dan terkendali. Hal ini terlihat dari Indeks Persepsi Risiko (IPR) sebesar 59 (zona keyakinan bahwa risiko cukup dapat dikelola (manageable), seiring dengan keyakinan bahwa risiko kredit dan risiko pasar yang tetap terjaga.
“Ekspektasi terhadap kinerja perbankan pada triwulan II-2024 juga optimis dengan Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) sebesar 83. Optimisme kinerja perbankan didorong oleh ekspektasi bahwa sisi funding (dana pihak ketiga/DPK) akan tetap mampu menyokong meningkatnya penyaluran kredit yang berdampak pada peningkatan laba dan modal perbankan,” pungkasnya.
Lebih lanjut katanya, optimisme kenaikan pertumbuhan kredit pada triwulan II-2024 didorong ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik yang membaik pasca Pemilu 2024, adanya momentum hari Raya Idul Fitri dan banyaknya hari libur sepanjang April hingga Juni yang meningkatkan konsumsi masyarakat, serta masih terjaganya daya beli masyarakat.
Dukung Pertumbuhan Kredit
Dari sisi penghimpunan dana, responden memperkirakan bahwa pada triwulan II-2024, DPK juga akan tumbuh meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin membaik, usaha bank memperoleh sumber dana untuk mendukung pertumbuhan kredit, dan adanya dana pemerintah yang masuk pada bank daerah.
Pada SBPO, OJK juga menghimpun informasi terkait prospek penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) ke depan yang diyakini masih akan tumbuh meskipun sempat melambat pada awal tahun 2024 karena dipengaruhi oleh situasi politik yang belum menentu, sehingga membuat nasabah cenderung wait and see serta menahan diri untuk melakukan pembelian kendaraan bermotor.
Adapun hal yang mendasari keyakinan mayoritas bahwa prospek pertumbuhan KKB ke depan cukup tinggi antara lain dikarenakan potensi pasar otomotif di Indonesia yang masih sangat besar didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Hal tersebut diyakini akan mendorong terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat yang mana akan berdampak juga terhadap penjualan kendaraan bermotor.
Selanjutnya, dari hasil survei juga diperoleh informasi mengenai dampak permasalahan sektor Properti dan Real Estate di beberapa negara bagi bank-bank di Indonesia yang mana diyakini tidak akan memberikan dampak signifikan baik langsung maupun tidak langsung. Industri real estate dan properti di Indonesia pada tahun 2024 juga diyakini masih akan tumbuh positif seiring dengan permintaan yang terjaga di tengah perbaikan daya beli.(*)