KABARBURSA.COM – Militer Israel mengumumkan bahwa pasukannya berhasil membunuh Yahya Sinwar, pemimpin Hamas, pada Rabu di Gaza bagian selatan. Dilansir dari Aljazeera, Jujat, 18 Oktober 2024, pengumuman tersebut disampaikan pada Kamis, kemarin dan pihak militer Israel memastikan identitas Sinwar setelah proses identifikasi jenazah selesai.
“Setelah proses identifikasi tubuh selesai, dapat dipastikan bahwa Yahya Sinwar telah dieliminasi,” demikian pernyataan militer Israel.
Mereka juga menjelaskan bahwa operasi gabungan dengan Shin Bet, dinas keamanan dalam negeri Israel, selama setahun terakhir dan dalam beberapa pekan ini, berhasil membatasi gerak Sinwar hingga akhirnya tewas.
Hamas belum memberikan komentar perihal klaim Israel tersebut. Sejak Oktober tahun lalu, Israel telah melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza yang menewaskan lebih dari 42 ribu warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil. Serangan ini dilakukan sebagai balasan atas serangan yang dipimpin Hamas ke Israel bagian selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.139 orang.
Identitas Sinwar dipastikan melalui tes DNA oleh tentara dan polisi Israel setelah tiga orang dikabarkan tewas oleh pasukan Israel di Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu segera mengklaim keberhasilan atas kematian Sinwar, namun menegaskan bahwa perang di Gaza belum berakhir. “Hari ini kita telah menuntaskan balas dendam. Hari ini kejahatan telah dipukul, tetapi tugas kita masih belum selesai,” kata Netanyahu dalam pernyataan video. “Kepada keluarga sandera yang terkasih, saya sampaikan: Ini adalah momen penting dalam perang ini. Kami akan terus berjuang hingga semua orang yang kalian cintai, yang kita cintai, kembali ke rumah.”
Hampir 250 orang ditahan sebagai sandera selama serangan 7 Oktober 2023. Sekitar setengahnya telah dibebaskan, sementara sekitar 70 orang diyakini masih ditahan di Gaza.
Sinwar Target Utama Israel
Yahya Sinwar, 62 tahun, merupakan salah satu otak di balik serangan 7 Oktober ke Israel dan telah menjadi target utama Israel sejak saat itu. Terpilih sebagai pemimpin Hamas di Gaza pada 2017, ia pernah dipenjara di Israel selama 22 tahun sebelum dibebaskan dalam pertukaran tahanan pada 2011.
Disiplin dan fokus, Sinwar dikenal gigih dalam melawan Israel. Hind Hassan, seorang jurnalis yang mewawancarai Sinwar pada 2021, mengungkapkan Sinwar mengatakan padanya bahwa rakyat Palestina sering diharapkan menjadi “korban yang sempurna,” sesuatu yang menurutnya tidak bisa dipenuhi.
Klaim kematian Sinwar muncul beberapa bulan setelah pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas, di Teheran pada Juli 2024 lalu. Israel diduga berada di balik serangan tersebut. Setelah kematian Haniyeh, Sinwar dipilih sebagai pemimpin utama Hamas.
Israel juga mengklaim telah membunuh kepala militer Hamas, Mohammed Deif, pada Agustus, meskipun hal itu belum dikonfirmasi oleh kelompok Palestina tersebut.
Perang Meluas ke Kawasan Lain
Di luar Gaza, serangan Israel di Beirut pada 27 September menewaskan Hassan Nasrallah, pemimpin kelompok Hezbollah asal Lebanon yang telah terlibat konflik dengan Israel sejak 8 Oktober 2023. Hezbollah yang merupakan sekutu Hamas ini menyatakan serangan mereka sebagai solidaritas terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Perang di Gaza telah memicu konflik regional, melibatkan kelompok seperti Houthi di Yaman, dan bahkan Iran, yang pada 1 Oktober melakukan serangan rudal langsung ke Israel sebagai balasan atas kematian Nasrallah dan Haniyeh.
Diperkirakan Israel akan melakukan serangan balasan ke Iran dengan potensi melibatkan Amerika Serikat (AS). AS telah mengirimkan sistem pertahanan rudal dan pasukan ke Israel untuk memperlihatkan kesiapan untuk keterlibatan lebih lanjut jika diperlukan.
Keluarga Sandera Menunggu Kepastian
Masyarakat Israel menyambut klaim bahwa Sinwar telah tewas. Keluarga para sandera berharap hal ini bisa membuka jalan untuk kesepakatan pembebasan kerabat mereka.
“Ini perkembangan penting dan mendesak terkait para sandera. Nyawa mereka kini dalam bahaya yang lebih besar daripada sebelumnya,” kata Orna Neutra, ibu dari Omer yang saat ini disandera di Gaza.
“Kami mendesak pemerintah Israel dan administrasi AS untuk bertindak cepat dan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan dengan para penyandera,” imbuhnya.
Israel hingga saat ini menolak kesepakatan pembebasan sandera yang mencakup gencatan senjata dan pembebasan tahanan Palestina, meskipun beberapa negara telah mencoba memfasilitasi kesepakatan tersebut dan Hamas menyatakan kesediaannya.
Sebaliknya, Perdana Menteri Netanyahu terus menyerukan kemenangan total atas Hamas dan menegaskan perang tidak akan berhenti sampai hal itu tercapai.
Sinwar Tewas, Akankah Perang Berakhir?
Di Gaza, banyak warga tidak yakin kematian Sinwar akan membawa perdamaian. “Pembunuhan Sinwar tidak akan menghentikan perang karena ini adalah perang terhadap perjuangan dan eksistensi Palestina,” ujar Salah Musleh, warga Gaza tengah. “Israel telah membunuh pemimpin Hamas seperti Ismail Haniyeh, Saleh al-Arouri, dan sekarang Sinwar, tetapi perang masih terus berlanjut. Kami bangga dengan akhir yang dialami Sinwar.”
Musleh menambahkan, kematian Sinwar tidak mengubah dinamika konflik yang masih berlangsung dan menggambarkan perang sebagai upaya yang lebih luas terhadap keberadaan Palestina.(*)