Scroll untuk baca artikel
Makro

Sektor TI dan Jasa Mendorong Pertumbuhan Layanan di China pada 2024

×

Sektor TI dan Jasa Mendorong Pertumbuhan Layanan di China pada 2024

Sebarkan artikel ini
pboc 1
SUKU BUNGA ACUAN - Bank Sentral China (People’s Bank of China) mengindikasikan kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan yang saat ini berada di level 1,5 persen. (Foto: Bloomberg)

KABARBURSA.COM – Output layanan bernilai tambah (value-added service/VAS) di China mencatat kenaikan sebesar 4,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) selama tiga kuartal pertama 2024, menurut data Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) China yang dirilis.

Pertumbuhan ini didorong oleh lonjakan output di sektor transmisi informasi, perangkat lunak, dan teknologi informasi (TI) yang meningkat tajam sebesar 11,3 persen. Sementara itu, sektor katering dan akomodasi juga menunjukkan performa positif dengan peningkatan 6,3 persen (yoy). Seperti dikutip xinhua di Jakarta, Sabtu 19 Oktober 2024.

Pada bulan September, indeks yang mengukur output industri jasa di negara tersebut mengalami kenaikan 5,1 persen (yoy), lebih tinggi 0,5 poin persentase dibandingkan bulan sebelumnya.

Di antara subsektor, layanan transmisi informasi, software, dan TI mencatat pertumbuhan tertinggi dengan peningkatan sebesar 11,4 persen. Jasa penyewaan dan bisnis menyusul dengan pertumbuhan 9,7 persen, disusul sektor keuangan yang mencatat kenaikan 6,5 persen.

Data juga memperlihatkan aktivitas bisnis yang tinggi di berbagai industri, seperti layanan pos, telekomunikasi, penyiaran, transmisi satelit, serta layanan internet, software, dan TI. Selain itu, sektor jasa moneter dan keuangan juga melaporkan peningkatan signifikan.

Selama tiga kuartal pertama 2024, penjualan ritel di sektor jasa tumbuh sebesar 6,7 persen (yoy), menunjukkan pemulihan yang stabil di tengah kondisi ekonomi global yang penuh tantangan.

Gagal Capai Target

Strategi ekonomi China dapat dikatakan gagal total. Stimulus yang dilancarkan tidak mampu mencapai target yang disiapkan. Karena itu, China berencana untuk mengeluarkan stimulus jumbo sebagai langkah perbaikan.

Data terbaru terkait ekspor dan impor pada September 2024 menandakan tantangan besar bagi ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Ekspor China hanya meningkat sebesar 2,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya, jauh di bawah ekspektasi sebesar 6 persen dan turun dari 8,7 persen pada Agustus.

Ini merupakan laju paling lambat dalam lima bulan terakhir. Impor juga mencatatkan kenaikan yang sangat rendah, hanya 0,3 persen, lebih kecil dari proyeksi sebesar 0,9 persen. Hal ini menunjukkan pelemahan dalam sektor ekspor ulang yang merupakan bagian penting dari total ekspor China.

Salah satu sektor yang sebelumnya memberikan dorongan bagi perekonomian China yang melambat, justru mulai menunjukkan perlambatan. Penurunan ekspor ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti:

  1. Gangguan Eksternal: Citi mencatat adanya gangguan sementara, seperti cuaca ekstrem dan pemogokan pekerja pelabuhan di Amerika Serikat, yang mungkin mempengaruhi aktivitas ekspor China pada bulan-bulan terakhir.
  2. Kondisi Ekonomi Global: Pelemahan global dan kebijakan perdagangan yang semakin tidak pasti, terutama dengan kemungkinan tarif baru dari mitra dagang utama China, juga menjadi hambatan bagi ekspor China ke depan.
  3. Strategi Harga Produsen: Produsen China menghadapi tekanan untuk menurunkan harga produk mereka guna mengosongkan inventaris di tengah prospek ketidakpastian perdagangan, yang juga berpotensi mengurangi pendapatan ekspor.

Stimulus Lebih Besar yang Diharapkan

Dalam menghadapi tantangan ini, analis Citi memprediksi bahwa pemerintah China kemungkinan akan merilis langkah-langkah stimulus yang lebih besar dalam waktu dekat. Meskipun pemerintah telah meluncurkan serangkaian kebijakan stimulus untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, termasuk target Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan sebesar 5 persen untuk 2024, data terbaru menunjukkan bahwa stimulus yang lebih besar diperlukan untuk mempertahankan momentum tersebut.

Langkah-langkah yang diantisipasi meliputi:

  1. Penerbitan Obligasi Pemerintah Daerah: Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan belanja fiskal di level lokal, yang diharapkan dapat mendorong investasi infrastruktur dan proyek-proyek ekonomi.
  2. Dukungan untuk Pasar Properti: Pasar properti yang goyah tetap menjadi salah satu perhatian utama pemerintah. Langkah-langkah tambahan untuk mendukung sektor ini sangat diharapkan, meskipun pemerintah belum menguraikan rencana yang lebih konkret.
  3. Belanja Fiskal yang Lebih Besar: Dengan ekonomi yang masih menghadapi tekanan deflasi, pemerintah diharapkan menggenjot belanja publik untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor-sektor yang bisa memberikan efek langsung seperti infrastruktur dan teknologi.

Meskipun ada ekspektasi stimulus yang lebih besar, investor masih merasa kecewa dengan kurangnya langkah eksplisit yang mendukung konsumsi pribadi. Permintaan domestik, terutama belanja konsumen, tetap lesu meski ada upaya pemerintah untuk meningkatkan aktivitas ekonomi. Ketidakpastian tentang waktu dan cara implementasi langkah-langkah stimulus juga menambah kekhawatiran.

Proyeksi ke Depan

Dengan penurunan ekspor dan lemahnya pertumbuhan impor, beberapa analis, termasuk dari Citi, memperkirakan bahwa momentum ekonomi China mungkin sudah mencapai puncaknya pada bulan-bulan sebelumnya. Penurunan ekspor juga diantisipasi akan mendorong pemerintah untuk memperkuat langkah-langkah stimulus agar ekonomi tidak semakin melemah.

Secara keseluruhan, meskipun China telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas ekonominya, tantangan global dan domestik masih membayangi. Tanpa adanya dorongan yang lebih besar melalui stimulus fiskal yang efektif dan kebijakan yang mendukung konsumsi, risiko perlambatan ekonomi yang lebih dalam bisa semakin besar.(*)