Scroll untuk baca artikel
Makro

Rencana Presiden Hapus Utang UMKM: Angin Segar Himbara, Tapi…

×

Rencana Presiden Hapus Utang UMKM: Angin Segar Himbara, Tapi…

Sebarkan artikel ini
bri 1 jpg
Targetkan pertumbuhan kredit double dicgit, prospek saham BBRI diramal Cerah. (Foto: Dok BRI)

KABARBURSA.COM – Presiden Prabowo Subianto berencana menghapus atau memutihkan utang 6 juta pelaku usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM). Rencana ini akan segera diaplikasikan dalam sebuah Peraturan Presiden (Perpres) yang akan segera diterbitkan.

Ketua Dewan Penasihat Kamad Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Hashim Djojohadikusumo, melempar isu tersebut dalam sebuah diskusi ekonomi Kadin Indonesia, belum lama ini.

Rencana ini bertujuan untuk membuka kembali akses kredit bagi petani, nelayan, dan pelaku UMKM yang saat ini masuk daftar hitam pada Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Dengan menghapus utang mereka, diharapkan UMKM dapat memulai kembali aktivitas ekonomi tanpa beban finansial sebelumnya, sehingga meningkatkan daya beli dan produktivitas mereka.

Rencana Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus utang sekitar 6 juta petani, nelayan, dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap emiten, khususnya bank-bank yang memiliki eksposur tinggi terhadap kredit UMKM.

Tidak hanya kepada pelaku UMKM, penghapusan utang ini juga akan mempengaruhi kinerja keuangan bank-bank milik negara, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dam PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Dengan penghapusan kredit macet, maka rasio kredit bermsasalah (Non-Performing Loan/NPL) bank dapat menurun, yang berpotensi meningkatkan kualitas aset dan citra keuangan bank. Selain itu, dapat mengurangi biaya penagihan dan administrasi yang selama ini dikeluarkan untuk mengelola kredit macet, sehingga meningkatkan efisiensi operasional bank.

“Rencana ini memang sudah ditunggu, selama ini tidak berani melakukan itu karena masih ada berbagai aturan yang bisa mengkategorikan itu sebagai kerugian negara,” kata Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Sunarso, dalam komferensi Pers Kinerja Keuangan BRI Triwulan III-2024, Rabu, 30 Oktober 2024.

Namun, menurut Sunarso, ada satu hal yang perlu diwaspadai, yaitu munculnya moral hazard, di mana debitur mungkin kurang termotivasi untuk memenuhi kewajiban pembayaran di masa depan, dengan harapan akan ada penghapusan utang lagi.

Jika kekhawatiran tersebut dapat dihilangkan, maka BRI telah mengkalkulasi perkiraan dampak terhadap kinerja keuangan BRI yang akan dimasukkan ke dalam perencanaan keuangan untu tahun depan ketika kebijakan ini diberlakukan.

“Sebenarnya, yang paling penting dari kebijakan ini adalah pemutihan dari blacklist agar kalau orang-orang itu masih kuar, masih bisa berusaha, bisa punya akses pembiayaan, kemudian bisa berusaha lagi. Itu sebenarnya yang paling penting. Terus bagi bank-nya, dengan memberikan kesempatan itu, tidak dikategorikan sebagai kerugian negara,” ujar Sunarso.

Diketahui, hingga Juni 2024, total kredit yang disalurkan kepada UMKM di Indonesia mencapai sekitar Rp1.135 triliun, yang mencakup 20,51 persen dari total kredit perbankan nasional.

Dari jumlah tersebut, kredit macet untuk UMKM tercatat sebesar 4,04 persen per Juni 2024 atau senilai Rp45,9 triliun. Angka ini mendekati ambang batas 5 persen yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pertumbuhan Kredit BRI Naik 12 Persen

Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan 3Q24 BRI berhasil membukukan laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp45,06 triliun, meningkat 2,43 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.

Salah satu pendorong utama pertumbuhan laba BRI adalah peningkatan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII). Pada kuartal III-2024, NII BRI tercatat sebesar Rp105,76 triliun, naik 4,5 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan NII ini mencerminkan kemampuan BRI untuk menjaga margin bunga bersih di tengah tantangan perekonomian yang dihadapi pada tahun ini.

Sementara, secara konsolidasian, hingga September 2024, BRI mencatat penyaluran kredit sebesar Rp1.297,6 triliun, meningkat 8,33 persen dibandingkan dengan penyaluran kredit per September 2023 yang sebesar Rp1.197,83 triliun. Pertumbuhan kredit ini menunjukkan komitmen BRI dalam mendukung sektor UMKM yang merupakan tulang punggung perekonomian nasional.

BRI sangat optimistis bahwa penyaluran kredit akan terus tumbuh hingga akhir tahun. Manajemen BRI meyakini bahwa pertumbuhan kredit bisa mencapai 10-12 persen (yoy) sampai akhir 2024. Target ini menunjukkan keyakinan BRI terhadap prospek ekonomi nasional, meskipun ada tantangan yang dihadapi oleh sektor perbankan akibat kondisi ekonomi global yang kurang stabil.

Selain pertumbuhan kredit, BRI juga berhasil meningkatkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). Hingga September 2024, DPK BRI tercatat sebesar Rp1.362,42 triliun, tumbuh 5,59 persen (yoy) dibandingkan dengan kuartal III-2023 yang sebesar Rp1.290,28 triliun. Dari total DPK ini, dana murah atau current account saving account (CASA) berkontribusi sebesar Rp874,23 triliun, yang mengambil porsi 64,17 persen dari total DPK BRI.

Kualitas Aset Terjaga

Di tengah berbagai tantangan, BRI mampu menjaga kualitas asetnya. Ini tercermin dari rasio non-performing loan (NPL) gross yang berada di level 3,04 persen per September 2024. Angka ini menunjukkan perbaikan dari NPL pada September 2023 yang sebesar 3,23 persen.

Perbaikan NPL ini menunjukkan keberhasilan BRI dalam menjaga kualitas kredit dan memitigasi risiko kredit bermasalah, meskipun tetap perlu diwaspadai dinamika ekonomi yang bisa mempengaruhi kemampuan pembayaran kredit oleh debitur.

Total aset BRI juga mengalami peningkatan yang signifikan. Hingga September 2024, total aset BRI tercatat sebesar Rp1.961,92 triliun, tumbuh 5,94 persen (yoy) dibandingkan dengan total aset pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan total aset ini mencerminkan ekspansi yang dilakukan BRI, baik dalam bentuk penyaluran kredit maupun investasi di berbagai sektor yang mendukung pertumbuhan bank.

Secara keseluruhan, kinerja keuangan BRI hingga kuartal III-2024 menunjukkan pertumbuhan yang positif, baik dari segi laba, penyaluran kredit, maupun penghimpunan dana pihak ketiga. Meskipun tantangan ekonomi global masih menjadi ancaman, BRI berhasil menjaga kinerja operasionalnya, termasuk dalam menjaga kualitas aset dan memperbaiki rasio NPL.

Dengan prospek pertumbuhan kredit yang optimis hingga akhir tahun, BRI diharapkan tetap menjadi salah satu bank terbesar yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya melalui dukungannya terhadap sektor UMKM.

BRI juga terus berupaya memperkuat posisinya sebagai bank terkemuka di Indonesia dengan memperluas jangkauan layanan, meningkatkan inovasi digital, dan terus mendukung pertumbuhan ekonomi melalui sektor-sektor produktif.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.