Scroll untuk baca artikel
Makro

Harga Minyak Mentah Rebound: Stok AS Turun, OPEC+ Tunda Produksi

×

Harga Minyak Mentah Rebound: Stok AS Turun, OPEC+ Tunda Produksi

Sebarkan artikel ini
kilang minyak
Minyak mentah dunia hari ini berhasil rebound, tersulut turunnya stok minyak mentah AS dan kemungkinan ditundanya produksi minyak mentah negara-negara anggota OPEC+. Foto: Int

KABARBURSA.COM – Harga minyak mentah dunia kembali rebound didukung penurunan stok minyak Amerika Serikat (AS) dan kemungkinan ditundanya peningkatan produksi OPEC+.

Harga minyak mentah global rebound pada penutupan perdagangan Kamis dinihari WIB, 31 Oktober 2024, dengan kenaikan lebih dari 2 persen setelah laporan yang menunjukkan penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah dan bensin Amerika Serikat.

Di samping itu, spekulasi bahwa OPEC+ (Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya) mungkin menunda rencana peningkatan output minyak juga turut mendorong harga minyak naik lebih tinggi.

Harga minyak mentah berjangka Brent, yang menjadi patokan pasar global, naik USD1,43 atau 2,01 persen, sehingga ditutup pada USD72,55 per barel.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan untuk Amerika Serikat, naik USD1,4 atau 2,08 persen, menjadi USD68,61 per barel.

Kenaikan ini terjadi setelah harga minyak sempat mengalami penurunan tajam lebih dari 6 peren di awal pekan, akibat berkurangnya kekhawatiran akan eskalasi konflik Timur Tengah yang lebih luas.

Faktor Pendukung Penguatan Harga Minyak

Terdapat beberapa faktor utama yang mendukung kenaikan harga minyak ini, di antaranya penurunan tak Terduga stok minyak dan bensin AS.

Menurut laporan Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), stok bensin di Amerika Serikat turun tajam minggu lalu, mencapai level terendah dalam dua tahun terakhir. Penurunan ini didorong oleh permintaan yang kuat di dalam negeri.

Selain itu, stok minyak mentah juga mengalami penurunan mengejutkan akibat turunnya impor minyak dari beberapa negara. Impor minyak mentah dari Arab Saudi tercatat merosot ke titik terendah sejak Januari 2021, yaitu hanya 13.000 barel per hari, turun drastis dari 150.000 barel per hari pada minggu sebelumnya.

Impor dari negara lain seperti Kanada, Irak, Kolombia, dan Brasil juga menurun, yang semakin mempersempit pasokan minyak mentah di Amerika.

“Penurunan stok bensin yang signifikan di tengah meningkatnya permintaan menjadi salah satu faktor paling mendukung kenaikan harga minyak. Selain itu, impor minyak yang lebih rendah turut membantu mengurangi persediaan minyak mentah,” kata analis Kpler Matt Smith.

Faktor pendukung lainnya adalah kemungkinan penundaan peningkatan produksi OPEC+. Spekulasi bahwa OPEC+ mungkin menunda rencana peningkatan produksi yang dijadwalkan untuk Desember 2024 turut menjadi pendorong utama kenaikan harga minyak. OPEC+, yang terdiri dari negara-negara pengekspor minyak besar seperti Arab Saudi dan Rusia, sebelumnya telah merencanakan untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari pada bulan Desember.

Namun, sumber dari OPEC+ mengungkapkan bahwa organisasi tersebut dapat menunda rencana ini selama sebulan atau lebih, mengingat kekhawatiran atas lemahnya permintaan minyak global serta meningkatnya pasokan.

“OPEC+ selalu menekankan bahwa penghentian pemotongan pasokan sukarela mereka akan bergantung pada kondisi pasar. Dengan kondisi ekonomi global yang melemah, khususnya di China, kemungkinan untuk menunda peningkatan produksi menjadi masuk akal,” ujar Kepala Riset di Onyx Capital Group Harry Tchilinguirian.

Jika OPEC+ memutuskan untuk menunda peningkatan output, maka ini dapat memperpanjang periode pemotongan produksi yang telah dilakukan selama beberapa waktu terakhir, yang setara dengan sekitar 5,7 persen dari permintaan minyak global atau 5,86 juta barel per hari.

Langkah ini diharapkan dapat menjaga harga minyak tetap stabil di tengah prospek melemahnya pertumbuhan ekonomi global dan ketidakpastian pasar.

Keputusan final terkait kebijakan produksi minyak ini akan dibahas dalam pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan pada 1 Desember 2024.

Berdasarkan laporan Reuters, dua sumber dari OPEC+ mengisyaratkan bahwa penundaan peningkatan produksi bisa saja diputuskan secepat minggu depan, menjelang pertemuan resmi.

Harga minyak mentah global rebound lebih dari 2 persen setelah didukung oleh penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah dan bensin Amerika Serikat, serta spekulasi bahwa OPEC+ mungkin akan menunda rencana peningkatan produksi minyaknya.

Kondisi ini memberikan dukungan bagi harga minyak yang sempat mengalami tekanan sebelumnya akibat meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Keputusan OPEC+ yang akan diumumkan pada pertemuan mendatang akan menjadi salah satu faktor kunci yang menentukan arah harga minyak global di akhir tahun 2024.

Sehari sebelumnya, Harga minyak dunia merosot seiring laporan diplomasi untuk meredakan konflik di Lebanon yang dipimpin oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Harga minyak Brent turun 30 sen atau 0,4 persen ke USD71,12 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 17 sen atau 0,3 persen ke USD67,21 per barel, melanjutkan pelemahan lebih dari 6 persen pada perdagangan sebelumnya.(*)