Scroll untuk baca artikel
Makro

Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi di Tengah Ketidakpastian Global

×

Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi di Tengah Ketidakpastian Global

Sebarkan artikel ini
MGL1872 11zon
Ilustrasi emas. (Foto: Abbas Sandji/Kabar Bursa)

KABARBURSA.COM – Harga emas terus melesat, menyentuh rekor tertinggi di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi global, terutama menjelang pemelihan Presiden Amerika Serikat (AS) yang tidak lama lagi.

Di tengah permintaan yang tinggi terhadap aset safe haven, emas di pasar spot pada Kamis dinihari WIB, 31 Oktober 2024, naik 0,43 persen menjadi USD2.786,61 per ons pada pukul 03.13 WIB.

Sebelumnya, harga emas telah menyentuh rekor tertingginya di USD2.790,01 dalam sesi perdagangan awal. Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat juga mencatat kenaikan 0,7 persen, ditutup di USD2.800,8 per ons.

Beberapa faktor penting mendorong kenaikan harga emas ke level tertinggi. Salah satu faktor utama adalah ketidakpastian politik yang diakibatkan oleh pemilihan presiden Amerika Serikat yang semakin mendekat.

Jajak pendapat menunjukkan persaingan ketat antara mantan Presiden Donald Trump dari Partai Republik dan Wakil Presiden Kamala Harris dari Partai Demokrat, yang membuat para investor lebih memilih aset safe haven seperti emas untuk melindungi nilai aset mereka.

Selain itu, kondisi ekonomi global yang dipengaruhi oleh sejumlah peristiwa geopolitik turut memperkuat permintaan emas.

Analis RJO Futures Daniel Pavilonis, menyebutkan bahwa selain pemilu, penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed), serta ketidakpastian terkait konflik Rusia-Ukraina juga menjadi katalisator penting dalam mendorong harga emas.

“Ada banyak faktor yang mendorong harga emas naik, dan semua berita negatif justru membuat emas semakin menarik bagi para investor. Langkah selanjutnya, kita mungkin akan melihat harga emas mencapai USD2.850,” ujar Pavilonis.

Untuk diketahui, tahun ini, emas telah melonjak lebih dari 35 persen, mencatatkan kinerja tahunan terbaiknya sejak 1979. Salah satu faktor pendorong utama reli ini adalah kebijakan moneter global yang cenderung akomodatif.

Suku bunga rendah yang diterapkan oleh bank sentral di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, semakin meningkatkan daya tarik emas sebagai aset investasi. Saat suku bunga rendah, emas menjadi pilihan yang lebih menarik karena tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi atau instrumen keuangan lainnya yang terpengaruh oleh suku bunga.

Para analis memproyeksikan bahwa harga emas dapat terus meningkat, bahkan mencapai level USD3.000 per ons pada 2025. Dominik Sperzel, Head of Trading di Heraeus Metals Germany, menyatakan bahwa kekhawatiran di pasar negara berkembang, peningkatan arus masuk ETF emas, serta penyesuaian pasar pasca pemilu AS akan menjadi faktor yang mendorong harga logam mulia ini dalam beberapa tahun ke depan.

Selain faktor geopolitik dan pemilu, data ekonomi AS juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi harga emas. Laporan menunjukkan bahwa pertumbuhan payrolls swasta di Amerika melonjak sebanyak 233.000 pekerjaan pada Oktober, melebihi ekspektasi sebelumnya.

Meskipun badai dan aksi mogok buruh sempat dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan lapangan kerja, data ini menunjukkan ketahanan ekonomi AS.

Produk Domestik Bruto (PDB) AS juga tercatat tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 2,8 persen. Namun, para perumus kebijakan The Fed diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga sebesar seperempat poin pada minggu depan.

Pasar kini menantikan rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) dan data penggajian yang akan dipublikasikan pada Kamis, 31 Oktober 2024 dan Jumat, 1 November 2024, yang dapat memberikan lebih banyak petunjuk tentang arah kebijakan moneter AS ke depan.

Penurunan Harga Logam Lainnya

Di sisi lain, meskipun emas menunjukkan penguatan signifikan, beberapa logam lainnya mengalami penurunan. Paladium, yang sempat mencapai titik tertinggi dalam 10 bulan pada Selasa, anjlok 5,8 persen menjadi USD1.151,75 per ons.

Penurunan ini sebagian besar dipicu oleh spekulasi bahwa sanksi terhadap paladium Rusia mungkin tidak akan diterapkan jika Donald Trump memenangkan pemilihan presiden minggu depan.

Selain itu, perak spot juga mengalami penurunan sebesar 1,7 persen, diperdagangkan di USD33,87 per ons, sementara platinum anjlok 2,8 persen menjadi USD1.014,10 per ons.

Penurunan harga logam-logam ini menunjukkan perbedaan sentimen investor terhadap berbagai komoditas logam mulia di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi global.

Harga emas yang melonjak ke rekor tertinggi mencerminkan ketidakpastian yang mengelilingi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, khususnya menjelang pemilihan presiden AS dan kebijakan moneter The Fed yang akan datang.

Ketegangan geopolitik, suku bunga rendah, dan kekhawatiran terkait prospek pertumbuhan global mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset safe haven seperti emas.

Dengan kondisi ekonomi dan politik yang masih bergejolak, harga emas diperkirakan akan terus bergerak naik dalam waktu dekat, bahkan mencapai level yang lebih tinggi di masa depan.(*)