Scroll untuk baca artikel
Makro

Janji Imbal Hasil Menarik bikin Investor Asing Borong Obligasi RI

×

Janji Imbal Hasil Menarik bikin Investor Asing Borong Obligasi RI

Sebarkan artikel ini
Obligasi, surat utang
ILUSTRASI OBLIGASI - Investor asing antre borong obligasi RI karena keyakinan akan imbal hasil yang menarik dan stabilitas politik pemerintahan Prabowo-Gibran. Foto: KBC

KABARBURSA.COM – Janji imbal hasil menarik dan stabilitas politik yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto, menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing. Dalam beberapa bulan terakhir, tampak investor asing memborong obligasi RI.

Dalam pernyataanya, Presiden berjanji untuk mempertahankan disiplin fiskal, serta kondisi ekonomi yang relatif stabil di tengah ketidakpastian global, terutama terkait pemilu di Amerika Serikat (AS).

Mengutip beberapa sumber, Kamis, 31 Oktober 2024, investor asing telah melakukan pembelian bersih obligasi berdenominasi rupiah selama enam bulan berturut-turut hingga Oktober 2024. Ini adalah periode pembelian terlama sejak 2017 dan mencerminkan ketertarikan yang besar terhadap aset-aset di pasar negara berkembang (emerging markets), khususnya di Asia Tenggara.

Salah satu faktor utama yang menarik minat investor asing adalah komitmen Presiden Prabowo untuk menjalankan kebijakan fiskal yang disiplin. Keputusan Prabowo untuk mempertahankan Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan dipandang sebagai sinyal positif.

Indrawati dikenal sebagai sosok yang mampu menjaga stabilitas fiskal dengan pendekatan konservatif. Komitmen ini, termasuk target defisit anggaran yang berada di bawah batas yang ditetapkan, memberikan kepercayaan pada investor bahwa kebijakan fiskal Indonesia akan tetap stabil dan berkelanjutan.

Lalu, langkah mengejutkan Bank Indonesia pada September 2024, ketika bank sentral memangkas suku bunga untuk memacu pertumbuhan ekonomi, juga memberikan dorongan bagi obligasi Indonesia.

Inflasi yang terkendali turut memperkuat daya tarik ini. Kebijakan ini mendukung permintaan obligasi berdenominasi rupiah, mengingat suku bunga yang lebih rendah meningkatkan prospek imbal hasil dari instrumen fixed income seperti obligasi pemerintah.

Sementara, volatilitas yang terkait dengan pemilu AS dan ketidakpastian seputar kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) membuat investor mencari alternatif investasi di pasar berkembang.

Obligasi Indonesia, dengan imbal hasil riil yang relatif tinggi dibandingkan negara-negara tetangga, menjadi pilihan yang menarik. Sejak aksi beli dimulai pada Mei 2024, pengukur obligasi utama Indonesia telah mengembalikan sekitar 5 persen, lebih baik dibandingkan dengan sebagian besar negara Asia Tenggara lainnya.

Tantangan dan Prospek Kedepan

Meskipun minat terhadap obligasi Indonesia tetap kuat, ada tanda-tanda bahwa semangat investor mungkin tidak bertahan selamanya. Salah satu tanda peringatan muncul pada akhir Oktober, ketika harga obligasi Indonesia turun mengikuti tren global aksi jual obligasi, termasuk di pasar Treasury AS.

Pada lelang utama 29 Oktober, permintaan untuk obligasi rupiah turun ke level terendah dalam setahun, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun melonjak ke level tertinggi sejak 1 Agustus 2024.

Faktor lain yang berpotensi menekan pasar obligasi Indonesia adalah kekuatan dolar AS dan peningkatan imbal hasil Treasury AS. Jika ekspektasi pasar berubah dan laju penurunan suku bunga The Fed melambat, hal ini dapat mengurangi minat terhadap obligasi di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Menurut ahli strategi pasar berkembang di Natwest Markets Aditya Sharma, penyesuaian ekspektasi suku bunga The Fed dan penguatan dolar AS adalah salah satu faktor utama yang memicu penurunan harga obligasi Indonesia pada bulan Oktober.

Selain itu, tekanan tambahan dapat muncul jika Bank Indonesia memutuskan untuk menunda pemangkasan suku bunga lebih lanjut guna mendukung nilai tukar rupiah.

Namun, meskipun ada tantangan, peluang untuk perbaikan posisi di pasar obligasi Indonesia tetap terbuka. Menurut Sharma, porsi kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah Indonesia saat ini masih relatif rendah dibandingkan dengan rata-rata historis.

Dengan premi imbal hasil yang lebih tinggi atas obligasi AS, ada potensi peningkatan daya tarik obligasi Indonesia di mata investor asing.

Manuver Pemerintahan Baru dan Stabilitas Politik

Salah satu variabel utama yang tetap menjadi sorotan investor adalah manuver kebijakan dari pemerintahan baru Prabowo Subianto. Langkah Prabowo untuk mempertahankan Sri Mulyani dalam kabinetnya memberikan kepercayaan bahwa arah kebijakan fiskal akan tetap berada dalam jalur konservatif, yang diharapkan dapat meredam kekhawatiran investor terhadap rencana belanja yang ambisius.

Kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank di Singapura Vishnu Varathan, menilai bahwa “Perdagangan Indrawati” dapat dilihat sebagai hal positif secara fiskal, meskipun ada kekhawatiran seputar kebijakan AS.

Dengan latar belakang pemilu AS yang menciptakan risiko fiskal bagi ekonomi global, stabilitas politik dan keberlanjutan reformasi di Indonesia menjadi faktor yang cenderung diminati oleh investor.

Obligasi negara Indonesia telah menjadi salah satu instrumen investasi paling menarik bagi investor asing dalam beberapa bulan terakhir. Kombinasi antara stabilitas politik, komitmen terhadap disiplin fiskal, dan imbal hasil yang kompetitif telah menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama bagi investor yang mencari alternatif di pasar negara berkembang.

Meskipun ada tantangan ke depan, termasuk kekuatan dolar AS dan ketidakpastian seputar kebijakan The Fed, peluang bagi pertumbuhan lebih lanjut di pasar obligasi Indonesia tetap ada.

Di tengah ketidakpastian global, khususnya terkait pemilu AS, obligasi Indonesia dapat terus menjadi pilihan yang menarik bagi investor yang mencari stabilitas di pasar Asia Tenggara.

Stabilitas politik di bawah pemerintahan baru, dipadukan dengan kebijakan fiskal yang hati-hati, memberikan pijakan yang kuat untuk menarik arus modal asing yang lebih besar dalam jangka panjang.(*)