KABARBURSA.COM – Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) memunculkan spekulasi mengenai posisi Jerome Powell sebagai Ketua The Federal Reserve (The Fed). Pasalnya, Trump kerap menunjukkan ketidakpuasannya terhadap kepemimpinan Powell.
Namun, dalam konferensi pers setelah pertemuan pejabat The Fed, Powell menegaskan bahwa ia tidak berencana meninggalkan jabatannya, meskipun Trump mungkin memintanya mundur. Menurut aturan, Powell akan tetap menjabat hingga 2026.
“Tidak,” kata Powell dengan nada tegas ketika ditanya apakah ia akan mundur jika Trump memintanya, seperti dilaporkan CNN pada Jumat, 8 November 2024.
“Aturannya melarang,” sambungnya.
Sumber dekat Trump yang tak ingin disebutkan namanya menyatakan bahwa Trump berencana mempertahankan Powell hingga masa jabatannya berakhir pada Mei 2026.
Sebagai informasi, Powell pertama kali diangkat sebagai Ketua The Fed oleh Trump pada 2018, dan kemudian ditunjuk kembali oleh Presiden Joe Biden pada 2022.
Saat ini, sejumlah nama telah muncul sebagai calon pengganti Powell, seperti Kevin Warsh, mantan pejabat The Fed di periode pertama Trump, serta Kevin Hassett, mantan kepala ekonom Trump.
Trump dan Powell diketahui sering berseberangan selama periode pertama Trump di Gedung Putih, bahkan Trump pernah mengancam akan memecat Powell. Namun, presiden tidak memiliki kewenangan penuh untuk memecat Ketua The Fed tanpa alasan khusus, kecuali ingin melanggar aturan yang berlaku.
Kekayaan Elon Musk Bertambah Rp328,4 Triliun
Kekayaan pendiri dan CEO Tesla, Elon Musk, melonjak hampir 8 persen atau setara dengan USD20,9 miliar (sekitar Rp328,402 triliun) dengan kurs Rp15.713 per dolar Amerika Serikat (AS), menyusul kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS.
Berdasarkan laporan Economic Times yang dikutip pada hari Kamis, 7 November 2024, kekayaan Musk kini mencapai USD285,6 miliar atau sekitar Rp4.492 triliun.
Kenaikan kekayaan Elon Musk ini menunjukkan bagaimana peristiwa politik dapat mempengaruhi pasar keuangan global.
Data Forbes Real Time Billionaires mencatat bahwa lonjakan tersebut terjadi pada Rabu, 6 November 2024. Para analis mengaitkan kenaikan ini dengan ekspektasi investor terhadap kepemilikan saham Musk di Tesla dan perusahaan teknologi lainnya, yang secara historis merespon positif kebijakan pro bisnis.
Saham Tesla melonjak 14,8 persen pada Rabu setelah investor mengantisipasi bahwa pemerintahan Trump akan mendukung pertumbuhan Tesla, khususnya melalui kebijakan yang menguntungkan bagi industri kendaraan listrik.
Donald Trump diperkirakan akan memotong subsidi untuk energi alternatif, memberikan Tesla keunggulan dibandingkan pesaing yang lebih kecil.
Selain itu, tarif impor yang diusulkan terhadap produk China akan mengurangi peluang kendaraan listrik asal China memasuki pasar AS.
Seiring kenaikan saham Tesla, pesaingnya mengalami penurunan; saham Nio yang berkantor pusat di Shanghai, China, turun 5,3 persen, Rivian turun 8,3 persen, dan Lucid Group juga turun 5,3 persen.
Berdasarkan data Badan Informasi Energi AS, hingga pertengahan 2024, Tesla memimpin pasar kendaraan listrik di AS dengan pangsa pasar sebesar 48,9 persen.
Proyeksi Pasar Modal RI
Pasar modal Indonesia dinilai bakal terkena sentimen negatif setelah Donald Trump resmi terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS).
Research Analyst Reliance Sekuritas, Ayu Dian mengatakan terpilihnya Donald Trump saat ini lebih direspon negatif oleh pasar, tercermin dari pelemahan IHSG dan Rupiah beberapa hari belakangan ini.
Menurut Dian, pasar modal Indonesia tengah menghadapi risiko berkaca dari rencana-rencana yang telah dicanangkan pemerintahan Trump.
“Kami sendiri melihat ada risiko ke pasar modal Indonesia karena pemerintahan Trump akan berfokus pada pertumbuhan ekonomi dengan memotong pajak korporasi dan meningkatkan tarif impor,” jelas dia kepada Kabar Bursa, Jumat, 8 November 2024.
Jika kebijakan tersebut dilakukan, kata Dian, ada potensi untuk kembali meningkatkan defisit anggaran dan inflasi AS yang membuat ruang pemangkasan suku bunga dapat terganggu.
“Hal ini akan jadi sentimen negatif dan dapat berdampak pada stabilitas rupiah,” tuturnya.
Kendati begitu, Dian memandang pasar sudah memprice in risiko tersebut dan pelemahan saham dapat dijadikan momentum untuk investor yang ingin buy on weakness.
Hal senada juga diungkapkan Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi. Dia melihat terpilihnya Trump berpotensi membuat pasar modal tanah air lebih tertekan akibat beberapa sentimen.
“Potensi penguatan nilai USD sehingga menekan nilai tukar Rupiah dan emerging market lainnya,” kata dia kepada Kabarbursa.com, Jumat, 8 November 2024.
Selain itu, lanjut Audi, ketidakpastian juga berpotensi meningkat seiring dengan perang dagang yang dapat kembali terjadi. Terakhir dia memandang, potensi tertahannya suku bunga FFR pada level tinggi seiring tidak tercapai.
“Normalisasi inflasi AS sesuai target dan pada akhirnya dapat mendorong outflow kembali terjadi,” pungkas dia. (*)