KABARBURSA.COM – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa masyarakat yang lahannya digunakan untuk program cetak sawah akan mendapat bagian 20 sampai 30 persen dari keuntungan yang diraih.
Program ini bertujuan untuk mendorong produktivitas pertanian, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengelolaan lahan yang lebih modern dan efisien. Salah satu contoh nyata adalah masyarakat di Distrik Wanam, Ilwayab, Merauke, yang lahannya dimanfaatkan dalam program cetak sawah tersebut.
“Misalnya, satu keluarga memiliki lahan 1.000 hektare, dengan pembagian hasil sebesar 80:20 atau 70:30. Dari pembagian tersebut, pemilik lahan dapat mengantongi keuntungan sebesar 20 hingga 30 persen,” ujar Amran dalam konferensi pers yang berlangsung di Kantor Kementerian Pertanian, kawasan Ragunan, Jakarta Selatan, pada Jumat, 8 November 2024.
Ia menambahkan, dengan luas lahan yang mencapai 1.000 hektar, pemilik lahan dapat merasakan perubahan signifikan dalam kesejahteraan mereka, bahkan dapat menjadi “orang kaya baru” di daerah tersebut.
Selain itu, Amran juga menyebutkan bahwa pemerintah menargetkan untuk mengembangkan lahan sawah di wilayah Merauke, Papua Selatan, hingga mencapai satu juta hektar. Proyek ini melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menggarap lahan yang ada.
Program ini juga memberikan peluang bagi petani milenial untuk terlibat dalam proses cetak sawah, mengoptimalkan penggunaan teknologi dan pendekatan pertanian yang lebih modern.
“Kami sudah mengunjungi Merauke sebanyak delapan kali, dan setiap kali disambut dengan antusiasme tinggi dari masyarakat yang ingin lahannya digarap. Mereka ingin lahan mereka diolah, karena itu adalah milik mereka, bukan milik pemerintah,” ujar Amran.
Pada awal November 2024, Presiden Prabowo Subianto, yang didampingi oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengunjungi langsung lokasi cetak sawah di Kabupaten Merauke. Dalam kunjungan tersebut, Presiden Prabowo menyampaikan dua pesan penting terkait program cetak sawah ini.
“Presiden meminta agar kita melakukan akselerasi terhadap program cetak sawah ini, karena ini merupakan bagian dari upaya kita untuk mencapai swasembada pangan,” ujar Amran mengutip pernyataan Presiden Prabowo.
Terpentjng, Prabowo menekankan, pentingnya memperhatikan kesejahteraan masyarakat Papua dalam pelaksanaan program ini. “Pemerintah harus hadir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Kata kuncinya adalah pemerintah hadir dan kami menargetkan swasembada pangan dalam waktu empat tahun,” ucap Amran.
Keinginan untuk memanfaatkan lahan di Merauke untuk kegiatan pertanian semakin kuat. Menurut Amran, banyak masyarakat di wilayah tersebut yang memohon agar program cetak sawah segera dilaksanakan. Mereka berharap, dengan adanya program ini, kehidupan mereka akan meningkat, baik dari segi ekonomi maupun kualitas hidup.
“Kami telah melakukan perjalanan bolak-balik ke Merauke selama 12 bulan terakhir, dan setiap kali kami datang, masyarakat menyambut baik dan mendukung penuh program ini. Mereka sangat menginginkan agar lahan pertanian mereka segera digarap,” ungkap Amran.
Program cetak sawah ini merupakan salah satu upaya besar pemerintah untuk mencapai swasembada pangan nasional. Dengan memanfaatkan potensi lahan yang ada, diharapkan program ini tidak hanya akan meningkatkan produksi pangan, tetapi juga membawa dampak positif bagi perekonomian lokal, khususnya di daerah-daerah yang selama ini kurang berkembang.
Merauke, yang memiliki luas wilayah yang sangat besar, diyakini memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pusat produksi pangan di Indonesia.
Pemerintah, melalui kementerian terkait, akan terus mendorong percepatan pelaksanaan program ini, dengan fokus pada penggunaan teknologi pertanian yang tepat guna. Kehadiran petani milenial dalam program ini menjadi sangat penting, karena mereka diharapkan dapat membawa inovasi dan cara-cara pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Di sisi lain, pengembangan lahan pertanian yang terintegrasi ini juga menjadi kesempatan besar bagi sektor lain, seperti infrastruktur, perbankan, dan logistik, untuk berkembang. Dengan bertambahnya luas area pertanian, kebutuhan akan dukungan infrastruktur yang memadai seperti jalan, irigasi, dan fasilitas pengolahan hasil pertanian akan semakin besar. Ini tentu membuka peluang bagi sektor-sektor pendukung untuk tumbuh dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Program cetak sawah ini, meskipun masih dalam tahap pengembangan, memiliki prospek yang sangat baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama di daerah-daerah yang selama ini kurang diperhatikan dalam hal pengelolaan lahan pertanian. Peningkatan pendapatan petani lokal dan peningkatan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar global menjadi salah satu tujuan utama yang ingin dicapai melalui program ini.
Kendati demikian, pelaksanaan program ini juga tidak lepas dari tantangan. Faktor cuaca, masalah sosial, serta koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi tantangan yang harus dihadapi dalam merealisasikan ambisi besar ini. Namun, dengan dukungan masyarakat setempat dan komitmen pemerintah untuk terus melakukan evaluasi dan perbaikan, program cetak sawah ini diyakini akan memberikan dampak positif yang luas, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Secara keseluruhan, program cetak sawah di Merauke merupakan langkah konkret dalam upaya mencapai kedaulatan pangan Indonesia. Dengan melibatkan masyarakat lokal, memanfaatkan teknologi modern, serta memperhatikan kesejahteraan petani, pemerintah berharap dapat membawa perubahan signifikan bagi daerah tersebut dan Indonesia secara keseluruhan. (*)