KABARBURSA.COM – Saham Tesla melonjak tajam pada Jumat, 8 November 2024, setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Nilai pasar perusahaan milik Elon Musk itu menembus angka USD1 triliun, didorong ekspektasi Tesla akan mendapat perlakuan istimewa di bawah kepemimpinan Trump.
Saham Tesla naik 8,2 persen atau mencapai nilai USD321,22. Capaian ini mengangkat valuasi perusahaan di atas angka triliun dolar untuk pertama kalinya sejak lebih dari dua tahun. Kenaikan ini merupakan puncak dari reli saham Tesla sepanjang minggu yang mencapai 29 persen dan menambah lebih dari USD230 miliar kapitalisasi pasar.
“Tesla dan CEO Elon Musk mungkin menjadi pemenang terbesar dari hasil pemilu ini,” kata Garrett Nelson, analis ekuitas senior di CFRA Research, seperti dikutip Reuters.
Nelson menambahkan, kemenangan Trump diperkirakan akan mempercepat persetujuan regulasi atas teknologi mengemudi otonom Tesla. Dukungan Elon Musk terhadap Trump selama kampanye pemilihan diperkirakan menjadi faktor utama di balik reli saham Tesla. Pasar menantikan kebijakan pro-bisnis Trump yang berpotensi menguntungkan Tesla, khususnya dalam hal regulasi dan insentif untuk kendaraan listrik.
Berpotensi Pengaruhi Regulasi Kendaraan Otonom di Era Trump
Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat diyakini akan memberikan keuntungan bagi Tesla, khususnya dalam hal regulasi kendaraan otonom. Elon Musk, CEO Tesla, dikabarkan berencana melobi Trump untuk menetapkan aturan federal yang menguntungkan pengembangan teknologi self-driving milik Tesla.
Sumber Reuters menyebutkan Musk juga akan meminta Badan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional AS (NHTSA) untuk menunda tindakan penegakan hukum perihal keselamatan sistem bantuan pengemudi Tesla yang ada saat ini.
Musk telah fokus mengembangkan teknologi kendaraan self-driving, bahkan menunda rencana pembuatan mobil ekonomis dengan harga di bawah USD30.000. Namun, hambatan regulasi dan pengembangan teknologi telah menunda komersialisasi teknologi tersebut.
“Jika Musk dapat meyakinkan Trump untuk menetapkan aturan kendaraan otonom federal, itu akan menjadi hal baik bagi industri otomotif,” ujar David Whiston, ahli strategi ekuitas di Morningstar.
Whiston berpendapat perusahaan otomotif menginginkan satu set aturan yang seragam, bukan aturan berbeda di setiap negara bagian.
Sementara itu, kenaikan harga saham Tesla pada akhir Oktober lalu, didorong oleh laporan kenaikan margin laba kuartalan dan proyeksi pertumbuhan pengiriman 20 persen hingga 30 persen pada tahun depan. Tesla telah menjadi produsen mobil paling berharga di dunia selama bertahun-tahun, meninggalkan Toyota Motor Jepang, BYD China, dan lainnya jauh di belakang.
Meskipun demikian, saham Tesla diperdagangkan dengan rasio harga terhadap laba (P/E) yang tinggi, yaitu 93,47 kali lipat dari estimasi laba 12 bulan ke depan. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan teknologi seperti Nvidia (38,57), Microsoft (30,77), dan bahkan Ford (6,29).
Kekayaan Musk Melonjak
Seiring potensi perubahan regulasi yang menguntungkan bagi Tesla dan kendaraan otonom, kekayaan Elon Musk juga mengalami lonjakan signifikan. Kemenangan Donald Trump tidak hanya memberikan harapan baru bagi industri otomotif, tetapi juga berdampak langsung pada kekayaan pribadi Musk.
Menurut laporan Economic Times yang dikutip pada hari Kamis, 7 November 2024, kekayaannya melonjak hampir 8 persen atau setara dengan USD20,9 miliar sehingga total kekayaannya kini mencapai USD285,6 miliar. Dengan kurs Rp15.713 per dolar, angka ini setara dengan sekitar Rp4.492 triliun.
Kenaikan kekayaan Elon Musk ini menunjukkan bagaimana peristiwa politik dapat mempengaruhi pasar keuangan global.
Data Forbes Real-Time Billionaires mencatat bahwa lonjakan tersebut terjadi pada Rabu, 6 November 2024. Para analis mengaitkan kenaikan ini dengan ekspektasi investor terhadap kepemilikan saham Musk di Tesla dan perusahaan teknologi lainnya, yang secara historis merespon positif kebijakan pro bisnis.
Donald Trump diperkirakan akan memotong subsidi untuk energi alternatif dan memberikan Tesla keunggulan dibandingkan pesaing yang lebih kecil. Selain itu, tarif impor yang diusulkan terhadap produk China akan mengurangi peluang kendaraan listrik asal China memasuki pasar AS.
Keterpilihan Trump dan Risiko bagi Ekonomi RI
Senior Economist Bank Mandiri, Reny Eka Putri menilai, keterpilihan Donald Trump dalam Pemilihan Umum (Pemilu) di Amerika Serikat berpeluang meningkatkan inflasi harga komoditas energi yang dapat mendorong administered price.
Pasalnya, tutur Reny, Trump lebih fokus pada produksi energi fosil ketimbang mendukung transisi energi hijau. Dia menilai, hal tersebut akan berdampak pada peningkatan prospek permintaan dan harga minyak ke depan.
“Jika dilihat dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, maka terdapat risiko kenaikan inflasi harga energi yang dapat mendorong inflasi administered price,” kata Reny kepada KabarBursa.com, Kamis, 7 November 2024.
Sementara dampak keterpilihan Trump terhadap pasar keuangan, Reny menyebut, aset-aset USD berpeluang untuk kembali dilirik investor yang menekan rupiah untuk kembali melemah. Di samping itu, dia juga menilai adanya potensi pasar saham terkoreksi hingga yield obligasi domestik meningkat. “Kita perlu mewaspadai aliran dana asing yang dapat keluar akibat kemenangan Trump,” katanya.(*)