Scroll untuk baca artikel
Makro

Prabowo Teken Kontrak Baru dengan China untuk Energi Hijau

×

Prabowo Teken Kontrak Baru dengan China untuk Energi Hijau

Sebarkan artikel ini
IMG 0031
Energi hijau dan energi terbarukan menjadi pembahasan penting untuk keberlanjutan energi. Foto: Getty Image.

KABARBURSA.COM – Presiden Prabowo Subianto baru saja menandatangani kontrak baru dengan pemerintahan China terkait energi hijau.

Penandatanganan dilakukan di sela-sela lawatan Prabowo ke China yang dijadwalkan pada 8 hingga 11 November 2024. Kesepakatan ini disebut-sebut sebagai babak baru dalam kolaborasi kedua negara memperkuat sektor energi bersih dan mineral hijau.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dan dua pejabat tinggi China, yakni Menteri Perdagangan (MOFCOM) Wang Wentao dan Ketua National Development and Reform Commission (NDRC) Zheng Shanjie, turut berperan penting dalam pengesahan MoU ini.

Salah satu kesepakatan utama yang disepakati adalah kerja sama pengembangan industri mineral hijau, yang sejalan dengan visi global mempercepat transisi menuju energi berkelanjutan.

MoU antara Indonesia dan China di bawah MOFCOM berfokus pada pengembangan industri mineral hijau dari tahap penambangan hingga hilirisasi di Indonesia.

Kerja sama ini sejalan dengan komitmen kedua negara dalam memerangi perubahan iklim dan mendukung pengembangan energi bersih.

“MoU ini menjadi langkah konkret untuk memperkuat rantai pasok mineral berkelanjutan dan menciptakan peluang investasi besar dalam pengembangan energi bersih di kedua negara,” ujar Bahlil setelah penandatanganan, dikutip dari Antara, Minggu, 10 November 2024.

Kerja sama ini diharapkan akan mendorong investasi signifikan dari perusahaan China untuk memperkuat industri mineral hijau di Indonesia, sebuah sektor yang menjadi kunci bagi masa depan energi bersih.

Istilah mineral hijau mengacu pada produk mineral yang diperlukan untuk industri ramah lingkungan dan rendah karbon, serta proses eksplorasi dan pemanfaatan mineral yang ramah lingkungan.

Dengan semakin mendesaknya kebutuhan global untuk mengurangi emisi karbon, mineral hijau seperti nikel, tembaga, dan litium menjadi bahan utama bagi industri kendaraan listrik, energi terbarukan, serta teknologi penyimpanan energi.

Indonesia, yang merupakan salah satu produsen terbesar nikel di dunia, memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasok global mineral hijau.

“Melalui kerja sama ini, kita bisa mengembangkan industri mineral hijau bernilai tambah tinggi, yang sangat penting bagi pengembangan energi bersih sesuai arahan Presiden Prabowo,” lanjut Bahlil.

MoU kedua yang ditandatangani dengan NDRC bertujuan untuk memperkuat kerja sama dalam pengembangan dan pemanfaatan sumber daya mineral yang penting bagi industri modern, seperti tembaga, bauksit, dan logam tanah jarang.

Kolaborasi ini membuka peluang bagi kedua negara untuk menjajaki investasi di sektor penambangan, hilirisasi, dan penguatan rantai pasok mineral yang aman dan berkelanjutan.

Selain itu, Kementerian ESDM Indonesia akan memainkan peran penting dalam memastikan kelancaran implementasi kerja sama ini. Diharapkan, investasi di sektor mineral Indonesia akan semakin meningkat, memperkuat posisi negara sebagai pemasok utama mineral bagi industri global.

PGEO Hingga ADRO Tersulut Energi Hijau