Scroll untuk baca artikel
Makro

Indonesia dan China Sepakati Kerja Sama Ekonomi Biru

×

Indonesia dan China Sepakati Kerja Sama Ekonomi Biru

Sebarkan artikel ini
prabowo subianto xi jinping
Keputusan Indonesia bergabung dalam kelompok ekonomi BRICS mendatangkan keuntungan dan kerugian yang datang bersamaan, baik dari sisi geopolitik dan ekonomi. (Foto: IG Presiden Republik Indonesia)

KABARBURSA.COM – Indonesia dan China secara resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang berfokus pada penguatan kerja sama ekonomi biru.

MoU ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi sektor kelautan Indonesia, meliputi pengelolaan sumber daya laut, pengembangan energi terbarukan laut, dan berbagai sektor terkait lainnya.

Penandatanganan MoU dilaksanakan di Great Hall of the People, Beijing, dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mewakili Indonesia, sementara Menteri Perdagangan Republik Rakyat Tiongkok, Wang Wentao, mewakili China. Acara ini turut disaksikan oleh Presiden RI, Prabowo Subianto, dan Presiden RRT, Xi Jinping.

Kesepakatan ini mencakup berbagai sektor, termasuk pemanfaatan energi terbarukan laut, pengelolaan perikanan, akuakultur, pariwisata maritim, serta pengembangan industri kelautan dan inovasi.

Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa beberapa bidang yang akan menjadi fokus kerja sama adalah industri hilirisasi produk kelautan, seperti pengolahan makanan laut dan biofarmasi, pembuatan kapal, serta pengembangan infrastruktur pelabuhan dan transportasi laut.

“Penandatanganan ini memperkuat komitmen kedua negara untuk berkolaborasi dalam sektor Blue Economy. Kerja sama ini sangat penting, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan dan China yang unggul dalam teknologi kelautan, seperti industri kapal dan biofarmasi laut,” ungkap Airlangga.

Selain itu, MoU ini diharapkan dapat mendorong perkembangan sektor pariwisata bahari dan energi bersih, termasuk fotovoltaik, tenaga angin, serta energi pasang surut, dengan fokus pada penguatan jaringan transmisi antar pulau.

Kerja sama ini juga bertujuan mendukung target pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diprediksi akan mencapai 8 persen pada 2028 dan 2029, dengan sektor kelautan sebagai salah satu pilar utama.

Airlangga menambahkan, kerja sama ini juga menjadi langkah penting dalam transisi Indonesia menuju ekonomi hijau, melalui peningkatan investasi dalam teknologi ramah lingkungan dan inovasi kelautan.

Selain pemerintah, sektor swasta dan lembaga riset juga akan dilibatkan untuk mengidentifikasi peluang lebih lanjut dalam kolaborasi ini.

“Dengan sumber daya laut yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kolaborasi dengan China merupakan langkah awal untuk mengoptimalkan potensi kelautan nusantara,” kata Airlangga.

Penandatanganan MoU ini menjadi bagian dari kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Beijing pada 8-11 November 2024, yang juga dihadiri oleh beberapa Menteri, termasuk Menteri Investasi dan Hilirisasi serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Kerja Sama Sektor Kelautan dan Perikanan

Presiden Indonesia Prabowo Subianto bersama Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sakti Wahyu Trenggono, melakukan pertemuan dengan Presiden China, Xi Jinping, pada Sabtu, 9 November 2024. Dalam pertemuan tersebut, kedua negara sepakat untuk memperkuat kerja sama di sektor kelautan dan perikanan, yang ditandai dengan penandatanganan pedoman kerja sama teknis (Technical Cooperation Guidelines/TCG).

Penandatanganan TCG ini dilakukan oleh Menteri KKP Wahyu Trenggono bersama Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan China, Han Jun. TCG ini merupakan bagian dari Implementing Arrangement yang sudah disepakati kedua negara pada awal September 2023.

Wahyu Trenggono menjelaskan bahwa penandatanganan TCG ini akan mempererat hubungan perikanan yang berkelanjutan antara Indonesia dan China.

“China merupakan mitra kerja sama yang strategis dan masuk dalam lima besar pasar perikanan Indonesia. Dengan penandatanganan TCG ini, kerja sama perikanan dua negara bisa memperkuat sektor perikanan kita,” kata Wahyu Trenggono dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 10 November 2024.

TCG mencakup 12 bagian pengaturan kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok, termasuk soal perusahaan patungan, kapal, hingga kuota penangkapan ikan.

Ruang lingkup kerja sama ini mencakup perikanan tangkap, pengolahan produk perikanan, serta pembangunan fasilitas perikanan di darat, termasuk pelabuhan perikanan.

Selain itu, kerja sama ini juga melibatkan pertukaran keterampilan, pelatihan, dan pertukaran data terkait sektor perikanan, serta upaya kolaborasi dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja perikanan dan masyarakat sekitar daerah penangkapan ikan.

TCG juga mencakup komitmen bersama Indonesia dan Tiongkok untuk melakukan pengawasan dan evaluasi secara ketat terhadap kegiatan perikanan, untuk memastikan sumber daya ikan dan lingkungan tetap terjaga. Selain itu, kedua negara sepakat untuk mencegah kegiatan penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU Fishing).

“TCG ini merupakan bagian dari hubungan kerja sama yang lebih luas antara Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok di bidang perikanan,” ungkap Trenggono.

Lanjutnya menjelaskan, perjanjian ini juga bertujuan untuk membangun ketahanan pangan serta meningkatkan pendapatan negara melalui sektor perikanan, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan.

Peningkatan Ekspor Perikanan Indonesia

Sementara itu, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian KKP Budi Sulistiyo mengatakan ekspor produk perikanan Indonesia hingga September 2024 tercatat mencapai USD4,23 miliar, dengan total volume ekspor sebesar 1,02 juta ton. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 3,1 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.

Budi menambahkan, peningkatan signifikan terjadi pada Agustus 2024, di mana volume ekspor meningkat 34,2 persen dan nilainya tumbuh 10,7 persen dibandingkan Agustus tahun sebelumnya.

“Peningkatan ini menjadi indikator positif bagi kinerja ekspor perikanan nasional,” kata Budi.

Amerika Serikat (AS) tetap menjadi pasar utama bagi produk perikanan Indonesia, dengan nilai ekspor mencapai USD1,38 miliar, atau sekitar 32,6 persen dari total ekspor perikanan Indonesia. Ekspor ke China juga mengalami pertumbuhan 7,8 persen, sementara ekspor ke negara ASEAN meningkat sebesar 18,7 persen.

Salah satu komoditas ekspor unggulan adalah udang, yang mencatatkan nilai ekspor sebesar USD1,18 miliar atau 28,1 persen dari total ekspor perikanan Indonesia.

Selain itu, komoditas seperti Tuna-Cakalang-Tongkol (TCT) dan Cumi-Sotong-Gurita (CSG) juga mengalami peningkatan yang signifikan, masing-masing tumbuh 7,9 persen dan 24,7 persen.

Surplus Neraca Perdagangan Perikanan

Meskipun ekspor mengalami peningkatan, impor Indonesia di sektor perikanan justru mencatatkan penurunan yang signifikan, mencapai 26,2 persen hingga September 2024. Total impor perikanan tercatat sebesar USD366,98 juta, dengan volume impor mencapai 212,49 ribu ton.

“Penurunan impor ini menjadi sinyal baik bagi surplus neraca perdagangan perikanan kita,” ujar Budi.

Di sisi impor, Tiongkok masih menjadi negara asal impor terbesar untuk produk perikanan Indonesia, dengan nilai mencapai USD64,96 juta atau 17,7 persen dari total impor perikanan Indonesia. Namun, angka ini mengalami penurunan 42,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan terbesar terjadi pada impor Makarel dan Rajungan-Kepiting, yang masing-masing turun lebih dari 50 persen.

Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP Erwin Dwiyana mengatakan bahwa pemerintah terus berkomitmen untuk meningkatkan ekspor produk perikanan Indonesia melalui berbagai strategi. Salah satunya adalah dengan memperluas akses pasar tradisional seperti Uni Eropa dan Jepang, serta membuka pasar baru di kawasan non-tradisional seperti Afrika Utara dan Asia Selatan.

“Pemerintah juga fokus pada promosi produk perikanan Indonesia melalui pameran internasional, seperti Japan International Seafood & Technology Expo dan Trade Expo Indonesia,” jelas Erwin.

Ia juga menekankan pentingnya hilirisasi produk perikanan untuk meningkatkan nilai tambah yang dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Erwin berharap, upaya ini akan meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia dan memperkuat posisi pasar internasional.

Kerja sama yang semakin erat antara Indonesia dan China di sektor kelautan dan perikanan diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan Indonesia, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui sektor perikanan.

Dengan adanya kesepakatan TCG ini, Indonesia semakin memperkokoh hubungan bilateral dengan China dan memperluas peluang ekspor produk perikanannya ke pasar global. (*)