Scroll untuk baca artikel
Makro

Stimulus China Gagal Lagi, Logam Tetap di Dasar

×

Stimulus China Gagal Lagi, Logam Tetap di Dasar

Sebarkan artikel ini
logam 1
Harga logam dasar tak mampu terkerek naik, stimulus jumbo yang dikeluarkan China, boncos. (Foto: Pixabay)

KABARBURSA.COM – Stimulus yang dilakukan China sepertinya gagal lagi. Paket stimulus terbaru dari konsumen utama ini terbukti tidak memenuhi ekspektasi investor.

Mengutip laporan Reuters di Bengaluru, Senin, 11 November 2024, sebagian besar logam dasar Shanghai merosot. Kontrak tembaga Desember yang paling aktif diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange (SHFE) turun 0,8 persen menjadi 76.650 yuan atau setara dengan USD10.665,83 per ton.

Begitu pula alumunium yang melorot 0,8 persen menjadi 21.505 yuan per ton. Nikel ikut jatuh sebanyak 1,6 persen ke posisi 127.510 yuan. Logam lainnya seperti seng, timah, dan timbal, ikut terjatuh, masing-masing 0,9 persen, 0m5 persem dan 0,2 persen. Seng (zinc) berubah menjadi 24.965 yuan, dan timah menjadi 260.320 yuan.

Sedangkan timbal (lead) naik tipis 0,2 persen ke level 16.920 yuan.

Sementara, harga logam lain di London Metal Exchange (LME) menguat. Misalnya tembaga untuk kontrak pengiriman diga bulan, naik 0,4 persen menjadi USD9.478 per metrik ton.

Alumunium di kompleks LME juga naik 0,3 persen menjadi USD2.628,5 per ton. Seng menguat 0,6 persen menjadi USD2.996, timbal naik 0,2 persen ke posisi USD2.028,5. Untuk timah, menyusut 0,5 persen ke level USD31.485, begitu pula dengan nikel yang anjlok 1,1 persen ke level USD16.225.

“Harga tembaga mungkin akan tetap atau tidak berubah pada saat ini, kecuali perumus kebijakan China berbuat lebih banyak untuk menggairahkan perekonomian,” kata Kelvin Wong, analisis OANDA untuk Asia Pasifik.

“Tapi, bisa jadi seperti pada tahun 2016, di mana dia (Trump) berenca untuk meningkatkan infrastruktur Amerika, hal itu terus mendongkrak permintaan tembaga,” lanjut Wong.

Adapun persediaan tembaga di gudang yang dipantau oleh SHFE merosot 8,8 persen sejak 1 November 2024.

Diketahui, badan legislatif tertinggi China menyetujui paket stimulus jumbo senilai USD1,4 triliun pada Jumat, 8 November 2024. Tujuan dari paket stimulus itu adalah meringankan beban utang tersembunyi pemerintah daerah dari pada menyuntikkan uang secara langsung, seperti yang diharapkan banyak investor.

Sayangnya, paket stimulus jumbo ini sepertinya gagal. Karena, data menunjukkan harga konsumen China tumbuh pada laju yang paling lambat dalam empat bulan sepanjang Oktober. Sementara, deflasi semakin dalam.

Data ekonomi tersebut, lanjut analis ANZ Daniel Hynes, digunakan oleh para investor untuk mengukur permintaan.

Di sisi lain, investor juga khawatir pada kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih. Mereka khawatir akan terjadi peningkatan ketegangan perdagangan yang pada akhirnya mengancam tarif lebih dari 60 persen untuk semua barang-barag China.

Emas Terus Tertekan, Investor Masih Menunggu