Scroll untuk baca artikel
Makro

Komitmen Menkop Tingkatkan Penyerapan dan Kualitas Susu Produksi Koperasi

×

Komitmen Menkop Tingkatkan Penyerapan dan Kualitas Susu Produksi Koperasi

Sebarkan artikel ini
Gambar WhatsApp 2024 11 11 pukul 19.32.17 b0d0c794 scaled
Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi (kanan) dan Wakil Menteri Fery Juliantono (Kiri) saat konfrensi pers di kantor Kementerian Koperasi, Jakarta Selatan, 11 November 2024 (Foto: Kabar Bursa/Dian Finka)

KABARBURSA.COM – Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi menekankan pentingnya peningkatan penyerapan dan kualitas susu produksi dari koperasi lokal. Ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada susu impor.

“Indonesia masih bergantung pada impor susu sebesar 80 persen dari total kebutuhan nasional yang mencapai 4,4 juta ton per tahun,” kata Budi dalam konferensi pers di kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta Selatan, Senin, 11 November 2024.

Jika dihitung, dalam setahun, konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia hanya sekitar 15 liter, masih jauh di bawah negara tetangga Vietnam yang mencapai 75 liter per kapita per tahun.

“Padahal susu adalah komponen penting dalam menciptakan sumber daya manusia unggul,” ungkap Budi.

Untuk mengatasi masalah tersebut dan dalam upaya memperkuat kemandirian pangan, Kementerian Koperasi (Kemenkop) tengah mendorong koperasi susu agar tidak hanya menjual susu segar, tetapi mulai masuk ke hilirisasi produk.

Menurut Budi, koperasi sebaiknya mulai memproduksi susu pasteurisasi, UHT, atau produk yang sudah dikemas siap konsumsi. Dengan begitu, produk susu lokal dapat lebih mudah terserap oleh pasar dan memberi nilai tambah bagi koperasi serta anggotanya.

“Kami tidak bisa membiarkan ketergantungan ini berlanjut. Kemandirian dalam sektor susu harus ditingkatkan sebagai bagian dari upaya swasembada pangan,” tegasnya.

Budi menegaskan bahwa target penyerapan susu dari koperasi untuk program ini akan tetap menjadi fokus pemerintah. Program ini diharapkan tidak hanya meningkatkan konsumsi susu masyarakat, tetapi juga membuka peluang bagi koperasi untuk mendapatkan pendapatan yang lebih stabil.

Soal harga, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika ini mengakui bahwa harga susu di Indonesia masih kompetitif, bahkan sekitar lima persen lebih murah dibandingkan harga global. Namun, ia menekankan bahwa tantangan utama ada pada kualitas produk.

Ia menjelaskan bahwa Kementerian akan terus mendorong peningkatan standar kualitas produk dari koperasi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus mengurangi dominasi produk impor.

“Upaya ini bukan sekadar soal harga, tapi juga kualitas dan daya saing produk lokal. Kami berharap koperasi susu mampu menghasilkan produk dengan standar kualitas yang tinggi, sehingga susu dari peternak lokal bisa menjadi pilihan utama masyarakat,” tuturnya.

Lebih lanjut, eks Ketua Umum Projo ini menambahkan bahwa langkah-langkah lebih lanjut terkait kebijakan pengembangan sektor susu nasional akan dikoordinasikan bersama kementerian dan lembaga terkait, khususnya dengan Kementerian Pertanian (Kementan).

Adapun kerja sama lintas sektor ini bertujuan mendukung koperasi dalam mengoptimalkan produksi susu serta mengatasi tantangan impor yang masih membayangi industri susu dalam negeri.

Dengan langkah-langkah ini, Budi berharap koperasi susu Indonesia dapat lebih mandiri dalam mengolah dan memasarkan produknya, serta berperan aktif dalam menciptakan kemandirian pangan nasional yang berkelanjutan.

Tantangan Koperasi Susu Nasional

Lebih jauh, Budi mengungkapkan langkah-langkah strategis yang diambil oleh Kemenkop untuk mengatasi tantangan yang dihadapi koperasi susu nasional.

Salah satu langkah utama adalah penyaluran pembiayaan khusus oleh Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) untuk koperasi susu. Pembiayaan ini bertujuan untuk meningkatkan volume dan kualitas produksi susu, sekaligus mendorong koperasi untuk melakukan hilirisasi produk susu.

“Pembiayaan ini bertujuan agar koperasi mampu mengolah susu berlebih menjadi produk turunan seperti minuman pasteurisasi, yoghurt, dan keju. Hilirisasi ini akan meningkatkan nilai tambah bagi koperasi dan mengurangi ketergantungan pada pabrik pengolahan,” ujarnya.

Selain itu, Menkop juga menekankan pentingnya peningkatan standar mutu produksi pada koperasi susu. Ia menggarisbawahi bahwa koperasi harus berkolaborasi dengan pabrik pengolahan untuk mencapai standar mutu yang tinggi, terutama dalam teknologi pengolahan dan penyimpanan.

“Penting bagi koperasi untuk memperkuat kemitraan dengan pabrik guna memastikan kualitas susu yang dihasilkan sesuai kebutuhan industri. Ini akan membantu koperasi menghadapi tantangan produksi berlebih tanpa mengorbankan kualitas,” tambahnya.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas, Kemenkop juga menjalin kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menghasilkan bibit sapi perah unggul. Harapannya, setiap ekor sapi perah dapat memproduksi minimal 25 liter susu per hari, sehingga koperasi dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri.

Selain itu, pemerintah mendorong Gabungan Koperasi Susu Garut (GKSG) agar dapat mendirikan industri pengolahan susu dalam bentuk skim milk powder, whole milk powder, hingga produk turunan lainnya.

Adapun upaya ini bertujuan agar produk susu lokal dapat bersaing dari segi harga dan kualitas dengan produk impor, khususnya untuk keperluan industri pengolahan susu.

Budi juga berencana melakukan kampanye nasional untuk meningkatkan konsumsi produk susu di Indonesia. “Kampanye ini bertujuan untuk mendorong konsumsi produk turunan susu di masyarakat, sehingga mampu mendukung industri dan koperasi dalam negeri,” ujarnya.

Masalah rantai pasok industri susu yang sedang mencuat di Indonesia, menurut Budi, merupakan persoalan lama yang kini membutuhkan perhatian serius, seperti yang terjadi di Boyolali dan Pasuruan.

Ia berharap langkah-langkah strategis ini dapat menjadi solusi jangka panjang bagi industri susu dan meningkatkan kesejahteraan peternak serta koperasi di Indonesia. (*)