KABARBURSA.COM – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) secara proaktif memfasilitasi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) memperluas akses pasar ke negara-negara nontradisional yang potensial sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif dari produk impor ilegal.
Data terbaru menunjukkan bahwa ekspor TPT Indonesia ke Korea Selatan mengalami pertumbuhan yang signifikan, menempati posisi ketiga setelah Amerika Serikat dan Jepang.
“Saat ini, Korea Selatan menjadi negara tujuan ekspor TPT yang menduduki urutan ketiga, dengan nilai ekspor tahun 2023 sebesar USD492,77 juta, dengan pangsa pasar 4,24 persen,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi, dalam keterangan tertulis, Sabtu, 16 November 2024.
Sebagai perbandingan, AS, sebagai negara tujuan utama ekspor TPT Indonesia, memiliki nilai mencapai USD4,54 miliar. Sementara Jepang yang ada di peringkat tujuan, memiliki nilai ekspor produk tersebut sebesar USD589 juta.
Andi menambahkan, potensi pasar ekspor TPT nasional ke Korea Selatan perlu disambut positif oleh pelaku industri. “Tentunya dengan upaya melalui pengembangan produk-produk lokal yang mampu memenuhi permintaan buyer internasional,” imbuhnya.
Untuk menyambut peluang ini, industri TPT nasional perlu meningkatkan kualitas produk secara berkelanjutan melalui penerapan standar mutu produk dan sistem manajemen mutu yang lebih ketat.
Kemenperin berkomitmen untuk mendukung upaya ini melalui berbagai program, seperti pelatihan tenaga kerja, fasilitasi sertifikasi, dan pemberian insentif bagi perusahaan yang menerapkan praktik produksi yang berkelanjutan.
Isu keberlanjutan semakin menjadi perhatian pasar global. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip industri hijau, seperti penggunaan bahan baku daur ulang dan efisiensi energi, industri TPT Indonesia tidak hanya akan meningkatkan daya saing produknya, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Pembinaan yang telah dilakukan, antara lain terkait pemilihan bahan baku, bahan penolong, energi, air, proses produksi, produk, kemasan, limbah, dan emisi gas rumah kaca.
Selanjutnya, dilakukan pembinaan di tataran manajemen perusahaan seperti kebijakan dan organisasi perencanaan strategis, pelaksanaan dan pemantauan, tinjauan manajemen, tanggung jawab sosial perusahaan, serta ketenagakerjaan.
Selain itu, Kemenperin juga memfasilitasi industri TPT dapat memanfaatkan perjanjian kerja sama perdagangan yang telah terjalin saat ini.
Apalagi, kata Andi, proyeksi pertumbuhan pasar TPT dan alas kaki sepanjang tahun 2024-2028 akan sebesar 3,17 persen, dengan diikuti proyeksi untuk produk pakaian jadi sebesar 2,81 persen,” ungkapnya. Di sisi lain, proyeksi revenue bakal mencapai USD798,4 miliar pada tahun 2028.
“Ini menjadikan Asia sebagai pasar terbesar dibandingkan kawasan lainnya,” ungkap dia.
Selain itu, Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Tekstil (BBSPJI Tekstil) Bandung, salah satu unit kerja di BSKJI, diharapkan dapat terus memperluas lingkup layanan jasa industri dan melengkapi infrastruktur mutu agar mampu menjawab kebutuhan global compliance.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil kajian pengembangan kerja sama akses sumber daya industri internasional yang dilakukan Kemenperin tahun ini. Tantangan industri TPT adalah gap di bidang teknologi tekstil, riset dan inovasi produk yang belum optimal, serta belum tersedianya lembaga pengujian dan sertifikasi yang mampu melayani seluruh persyaratan compliance dari pihak buyer internasional sehingga beberapa layanan masih bergantung pada lembaga swasta di luar negeri.
Pada 2024, BBSPJI Tekstil Bandung mengimplementasi kerja sama dengan Korea Institute of Industrial Technology (KITECH) Korea Selatan. Kerja sama teknis antara keduanya mencakup dukungan pengembangan infrastruktur, bantuan konsultansi teknis, kegiatan kolaborasi dalam bentuk seminar, pameran dan simposium, pertukaran informasi, teknologi, dan expert, serta beasiswa pelatihan.
Kegiatan pertukaran teknologi telah dilaksanakan sebanyak dua kali, bulan September di Ansan Korea Selatan serta di Bandung Indonesia yang kemudian dirangkaikan dengan seminar kolaborasi bagi stakeholder industri TPT dengan menghadirkan expert Korea Selatan dari lintas bidang kepakaran, antara lain KITECH Textile Innovation R&D Department, Korea Apparel Testing & Research Institute (KATRI), Korea High Tech Textile Research Institute (KOTERI), FITI Testing & Research Institute, serta industri geosintetik berkelanjutan, Goldenpow.
Kepala BBSPJI Tekstil Bandung Cahyadi menyampaikan bahwa pihaknya secara aktif membuka peluang kerja sama internasional untuk mempercepat pengembangan kapasitas kelembagaan khususnya yang sejalan dengan tugas dan fungsi organisasi, berupa layanan jasa industri serta solusi bagi peningkatan daya saing industri TPT.
“Selain kerja sama terkait transfer teknologi dan pertukaran informasi terkait standardisasi industri, kami juga terus berupaya melengkapi infrastruktur mutu kami agar industri lebih mudah melakukan proses uji mutu produk di dalam negeri,” jelasnya.
“BBSPJI Tekstil Bandung sebagai penyedia layanan jasa industri berada pada akhir ekosistem industri, yang membantu memberikan jaminan mutu produk baik melalui kegiatan pengujian, inspeksi, verifikasi serta sertifikasi, sehingga harapan kami dapat meningkatkan kinerja ekspor industri TPT dalam negeri,” pungkasnya.